
Belakangan ini, media sosial sedang diramaikan oleh lagu "Garam dan Madu" karya Naykilla, Jemsii, dan Tenxi. Lagu ini berhasil mencuri perhatian publik, salah satunya karena keunikan lagu ini yang berhasil memadukan genre hip-hop dan dangdut.
Retorika.id - Akhir-akhir ini, banyak yang menyebut bahwa lagu “Garam dan Madu” karya Naykilla, Jemsii, dan Tenxi merupakan representasi dari musik dangdut pada kalangan generasi Z. Lagu ini juga menjadi polemik karena lirik dan videonya yang cukup kontroversi.
Banyak yang menganggap bahwa liriknya tidak sesuai dengan tata bahasa, seperti pemilihan kata pada bagian verse 2 yaitu ‘Malam chaos ini’ yang secara tata bahasa harusnya menggunakan ‘malam chaotic ini’. Dilanjutkan dengan pemilihan ‘ku terasa sepi’ dibanding dengan ‘ku merasa
sepi.’
Meski secara tata bahasa banyak diprotes, lagu ini tetap digadang-gadang memiliki keunikan sendiri. “Garam dan Madu” bisa dikatakan sebagai manifestasi dari poetic freedom. Meski tata bahasanya cukup banyak diperdebatkan, perlu diingat bahwa selera musik bersifat subjektif dan biasanya juga didasari oleh field of experience dan referensi seseorang. Artinya, pengalaman emosi seseorang akan mempengaruhinya dalam mendengarkan musik.
Penciptaan lirik pada karya seni musik terkadang berkaitan dengan lingkungan sekitar serta nilai budaya. Musik dangdut sendiri bisa dikatakan mudah diterima dan dekat dengan masyarakat karena pada umumnya musik dangdut menggambarkan realitas masyarakat yang mendengarkannya. Sama halnya dengan lagu “Garam dan Madu” yang disebut sebagai dangdut generasi Z. Lagu ini mudah diterima generasi Z karena menggambarkan potret asmara kawula muda saat ini.
Lalu muncul pertanyaan; apakah benar Garam dan Madu merupakan musik dangdut? Musik dangdut sendiri tidak lagi menjadi ikon budaya yang kuno, tetapi sudah menjadi bagian dari budaya populer nasional. Dangdut banyak mengalami perkembangan, salah satu fenomenanya ialah melalui Dangdut Koplo. Jawa Timur menjadi basis kemunculan dari Dangdut Koplo. Kehadiran subgenre tersebut menambah khasanah dari musik dangdut itu sendiri.
Meskipun sejumlah komunitas dangdut era sebelumnya menafikan bahwa koplo bukanlah dangdut, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat penikmatnya menganggap bahwa koplo bagian dari dangdut. Popularitas dari dangdut koplo ini perlahan mulai menggeser musik dangdut yang masih menjunjung orisinalitasnya.
Lagu “Garam dan Madu” sendiri menggabungkan antara elemen koplo dengan musik modern seperti hip-hop dalam aransmennya, yang demikian bisa dikatakan bahwa “Garam dan Madu” termasuk dalam dangdut kontemporer dengan nuansa baru dalam dunia musik Indonesia dengan genre unik yang memadukan hip-hop dan dangdut.
Penulis: Shafa Athirah
Editor: Vraza Cecilia
TAG: #aspirasi #seni # #