.jpg)
Baru-baru ini, Presiden Prabowo menyampaikan gagasan perluasan kebun kelapa sawit. Akan tetapi, langkah ini berpotensi membawa efek negatif lebih lanjut bagi masa depan perhutanan Indonesia.
Retorika.id - Kelapa sawit merupakan salah satu pendongkrak ekonomi terbesar Indonesia. Produksi minyak kelapa sawit juga telah menjadi sandaran profesi sebanyak 16,2 juta masyarakat lokal (Bennedict & Heilmayr, 2024).
Tak hanya petani, perkebunan kelapa sawit juga memunculkan profesi lain, seperti pengrajin, pengepul, dan tengkulak. Dalam wawancara di sebuah dokumenter karya National Geographic Indonesia pada tahun 2024, Pramono, salah satu petani sawit, mengatakan bahwa penghasilannya sangat cukup untuk kehidupan keluarganya. Dengan uang tersebut, ia dapat menyekolahkan semua anaknya dari SD hingga menjadi sarjana.
Melihat potensi kelapa sawit, tidak mengherankan jika pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan sektor ini.
Dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di gedung Bappenas pada Desember tahun lalu, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa lahan kelapa sawit perlu diperbanyak untuk meningkatkan jumlah produksi.
Akan tetapi, hal ini bukannya datang tanpa menuai pro dan kontra.
Hutan yang dibabat habis tidak akan bisa digantikan fungsinya oleh pohon kelapa sawit. Fungsi dari perkebunan sawit tak bisa menggantikan fungsi hutan sepenuhnya. Hutan adalah tempat bernaung banyak satwa dan tumbuhan.
Selain itu, terdapat masyarakat adat yang kehidupannya yang bergantung pada hutan. Jika ditebang, konsekuensinya adalah satwa akan kehilangan habitatnya, masyarakat adat akan kehilangan tanahnya, dan jumlah gas karbon akan meningkat di atmosfer.
Polemik kelapa sawit di Indonesia berada di persimpangan antara potensi ekonomi yang besar dan tantangan lingkungan yang serius. Meski memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negara dan menyediakan mata pencaharian bagi banyak orang, dampak negatif yang muncul tentu tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam menerapkan praktik perkebunan sawit yang berkelanjutan. Dengan tata kelola yang tepat, kelapa sawit tak cuma mendatangkan keuntungan ekonomi, tetapi juga dapat menjaga keseimbangan ekosistem untuk generasi sekarang dan mendatang.
Referensi
Bennedict, J. J., & Heilmayr, R. (2024, Oktober 21). Ekspor dan Deforestasi Kelapa Sawit Indonesia. trase. Retrieved January 19, 2025, from https://trase.earth/insights/ekspor-dan-deforestasi-kelapa-sawit-indonesia
National Geographic Indonesia (Director). (2024). Mampukah Sawit Menjaga Masa Depan Bumi? [Film]. National Geographic Indonesia. https://youtu.be/tBtqrLMwGYY?si=PNyvkJIROk7iwXqN (Original work published 2024)
Penulis: Salwa Nurmedina Prasanti
Editor: Adil Salvino
TAG: #aspirasi #demokrasi #lingkungan #