» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Surat Pembaca
Patriotik Kartini
22 Februari 2019 | Surat Pembaca | Dibaca 3798 kali
Meneladani Kartini: Pesan untuk Kartini Muda Foto: Kupang Tribunnews
Sosok Kartini sangat bersinergi dalam memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Kartini bermimpi kelak perempuan Indonesia akan semakin cerdas, berwawasan luas, terbuka, dan bebas berkarya seperti apa yang diinginkannya. Perjuangan impian Kartini ini menjadikannya sebagai pedoman bagi perempuan Indonesia di masa kini dan masa depan.

retorika.id - Bicara tentang patriotisme, tentu saja pemikiran kita akan kembali ke masa lalu, ke saat pahlawan berkorban memperjuangkan kemerdekaan Indonesia selama 3,5 abad. Mereka menjadikan bangsa Indonesia yang kuat dan bersatu.

Mengulas mengenai sosok Kartini yang merupakan perempuan ningrat pemikiran moderat. Ia tumbuh besar dengan jiwa patriotismenya. Walau ia hanya menimba ilmu sampai Sekolah Dasar, namun ia menghabiskan waktu untuk memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Dengan jiwa besar di dalam dirinya, ia mampu mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Kartini di Semarang pada tahun 1912. Adanya Sekolah yang ia dirikan, perempuan Indonesia mampu mendapatkan pendidikan dan kesempatan berkarya sebesar para laki-lakidi masanya saat itu.

Hal yang telah dilakukannya memiliki tujuan untuk mengubah paradigma masyarakat Indonesia terhadap gender. Ia juga merupakan sosok pemimpin yang mampu membumikan nilai prinsip khidmat (pelayanan) yakni memberikan dampak kebaikan pada taraf hidup masyarakat. Karena itu, setiap tanggal 21 April selalu memperingati Hari Kartini dan semestinya membuat segenap warga negara Indonesia mampu mengobarkan kebesaran jiwa patriotismenya. Seperti beberapa kutipan di bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” berikut ini.

            “Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.” - R. A. Kartini

Sosok Kartini sangat bersinergi dalam memperjuangkan kesetaraan hak kaum wanita. Pada kutipan tersebut, Kartini tidak hanya membanggakan negara karena jiwa patriotismenya, namun ia juga ingin menyuarakan isi hati para kaum wanita di Indonesia dengan surat-surat yang ia buat bersama teman-teman wanitanya. Ia meyakinkan bahwa setelah situasi keterpurukan dengan adanya permasalahan gender, pasti akan ada keadilan yang


ditegakkan bahwa kaum wanita juga mampu seperti kaum pria.         

“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” - R.A. Kartini

Kartini mampu menjadikan perempuan Indonesia yang semakin cerdas, berwawasan luas, terbuka, dan bebas berkarya seperti apa yang diinginkannya. Perjuangan impian Kartini menjadikannya sebagai pedoman bagi perempuan pada masa kini dan masa depan. Dan perjuangan kita sebagai perempuan masa kini masih belum berakhir, karena kita adalah pondasi negara. Tetap dirikan jiwa patriotisme dalam diri kita sebagai perempuan Indonesia untuk menjaga semangat dan impian Kartini. Dengan hasil karya yang kita buat, kita bisa memaknai jiwa patriotik agar tetap terjaga di era modern ini.

            “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tiada dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.” - R.A. Kartini

Pada kutipan di atas, kita bisa lihat keyakinan Kartini terhadap semboyannya. Kartini yang ingin perjuangkan status kaum wanita dalam mata sosial dan ekonomi. Jiwa kepahlawanan dari tokoh Kartini patut untuk kita contoh.

            “Salah satu daripada cita-cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baikpun karena terpaksa, haruslah juga segan menyakiti makhluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita-citanya kita hendaklah menjaga sedapat-dapat yang kita usahakan, supaya semasa makhluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya” - R.A. Kartini

Beruntung dengan kecerdikan dan sikap cepat tanggap dari sosok Kartini. Demi keutuhan, dari kutipan tersebut kita bisa mengetahui bahwa Kartini sangat peduli pada kehormatan perempuan. Cita-citanya mampu membuat kita merinding dan ikut merasakan jiwa patriotiknya.

Di mana kita akan menerapkan nilai toleransi pada kehidupan sehari-hari dengan cara menghormati dan menanggapi baik argumentasi yang diberikan kepada kita. Tiadanya kasus bullying atau perundungan, kita bisa terapkan cita-cita Kartini agar kehidupan sosial kita tentram dan damai. Dengan adanya sikap saling menghormati dan rasa toleransi yang besar, mampu membuat kita menjalin ikatan persaudaraan yang baik dan timbul adanya rasa terima kasih karena kasih sayang yang didapat.

            “Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita, semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia.” - R.A. Kartini

Maklum dalam kutipan di atas yang dimaksud adalah adanya toleransi tinggi yang kita harus tanam. Tidak ada dendam di hati, adanya ketentraman di hati. Tidak ada pikiran negatif, adanya pikiran positif. Menjadi bahagia itu tidak sulit, atau pun mencari dan menjemput kebahagiaan hidup. Cukup secara sederhana sudah mampu menghadirkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan akan muncul dalam kebersamaan. Jalinan pertemanan atau pun persahabatan mampu menghadirkan kehabagiaan tersendiri. Kutipan ini dapat kita sambungkan dengan kutipan sebelumnya.

            “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.” - R.A. Kartini

Seruan yang diberikan oleh Kartini mampu mengobarkan semangat kita sebagai kaum wanita untuk terus bermimpi selama kita bisa bermimpi. Kartini menyadarkan bahwa kehidupan yang sebenarnya kejam dan apa jadinya hidup jika kita tidak bermimpi.

Dalam kutipan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita harus terus bermimpi dengan segala situasi yang terjadi, jangan sampai kita terhenti karena situasi keadaan. Kita sebagai kaum wanita juga punya hak untuk bermimpi, maka jangan takut untuk bermimpi. Ingatlah bahwa sebuah negara membutuhkan pondasi, kita lah pondasi itu.

            “Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain.” - R.A. Kartini

Kutipan di atas dapat kita sambungkan dengan kutipan sebelumnya, bahwasannya kita harus bermimpi dan berjuang. Tidak hanya bermimpi yang harus kita tanam dalam diri, tetapi sebuah perjuangan. Tiada mimpi yang bisa terwujud tanpa perjuangan.

Apa yang dimaksud dengan perjuangan di sini? Perjuangan yang dimaksud Kartini ialah adanya tekad dan niat dalam diri kita untuk terus maju menuju kebebasanmu sendiri, di mana suatu saat engkau kaum perempuan bisa menjadi pemimpin dalam sebuah perusahaan. Jiwa pemimpin tidak hanya lelaki saja yang miliki, namun perempuan juga. Bermimpi dan berjuang untuk membebaskan diri tidak sekadar perjuangan seperti pada gambaran umumnya, namun dengan berjuang untuk keluar dari zona amannya pun juga butuh perjuangan agar memiliki wawasan lebih luas dan kaya pengalaman.

Patriotik yang dimiliki Kartini sangat luar biasa, semangat dan pengorbanannya dalam menyerukan kaum wanita untuk berani bermimpi dan berjuang meraihnya sangat patut menjadi pedoman. Jiwa pahlawannya sangat besar dan tinggi. Kesetiaannya untuk membuktikan kesetaraan hak perempuan dapat dipetik. Adanya Kartini, kita mampu menjadi perempuan yang berani bermimpi seperti saat ini.

 

Penulis : Tia Dyan Wilujeng


TAG#aspirasi  #gagasan  #gender  #pendidikan 
Rubrik "Surat Pembaca" terbuka untuk siapa saja. Silakan kirim karya Anda dengan melampirkannya ke email redaksi@retorika.id dengan subjek (Surat Pembaca) Nama - Judul Tulisan.