
Program makan bergizi gratis (MBG) oleh presiden dan wakil presiden baru Indonesia belum genap satu bulan berjalan. Akan tetapi, program tersebut telah menimbulkan berbagai masalah yang pada akhirnya memunculkan kekhawatiran akan keberlanjutan dari program prioritas tersebut.
Retorika.id - Sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming memiliki program unggulan yang dikenal dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini disuluhkan sebagai upaya untuk mencegah stunting di Indonesia.
Tidak hanya menyediakan makanan yang mengenyangkan, program tersebut juga berfokus pada penyediaan makanan dengan nutrisi yang cukup, termasuk protein, vitamin, serta mineral. Harapannya, program yang dirancang dapat membantu memperbaiki status gizi generasi muda yang kemudian berdampak pada masa depan sumber daya manusia Indonesia.
Hal ini berkaitan dengan tujuan pemerintah Indonesia untuk mencapai generasi emas 2045. Dalam merealisasikannya, program makan bergizi gratis memiliki target awal untuk anak-anak sekolah dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), baik sekolah negeri maupun swasta.
Sayangnya, belum ada satu bulan sejak program MBG dilaksanakan, telah muncul insiden keracunan pada sebuah sekolah dasar (SD) di Nunukan, Kalimantan Utara.
Insiden Keracunan MBG di Nunukan
Usai mengonsumsi menu MBG yang dibagikan pada Senin (13/1/2025), puluhan murid di sekolah dasar negeri (SDN) 03 Nunukan Selatan dikabarkan mengalami diare. Para guru yang ikut mengonsumsi MBG hari itu juga mengalami gejala serupa.
Kepala Sekolah SDN 03 Nunukan Selatan, Hairuddin, mengungkapkan bahwa beberapa murid tidak masuk sekolah pada hari kejadian. Akibatnya, jatah makanan yang tersisa diberikan kepada wali kelas. Malam harinya, para murid dan guru baru merasakan gejala mual hingga diare. Mereka pun segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah.
Diduga insiden keracunan makanan ini diakibatkan oleh menu MBG hari itu yang sudah tidak layak konsumsi. “Kami menduga makanan yang diantarkan pada pagi hari tidak habis dan dibagikan kembali untuk siang. Ada lauk yang basi, ada juga yang masih bagus. Begitu juga anak murid kami, ada yang tidak mengalami diare, mungkin kebagian lauk yang bagus,” kata Hairuddin, dilansir dari Netralnews.
Orde Baru Hakim, penanggung jawab Yayasan Abi Al Ummi, selaku penyedia menu MBG memperkuat pernyataan tersebut. Ia mengakui kemungkinan adanya kesalahan dalam penyediaan makanan. “Barangkali makanan yang untuk pengantaran pagi terikut di bagian siang. Saya kurang pasti karena kebetulan saya sudah empat hari tidak di situ,” jelasnya.
Untuk membahas kejadian ini, pihak sekolah telah mengadakan pertemuan dengan penanggung jawab dapur, bintara pembina desa (Babinsa), dan perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN). Melalui pertemuan tersebut, pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berjanji akan mengevaluasi dan memperbaiki layanan mereka.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, rupanya kasus keracunan menu MBG tidak hanya dialami oleh murid dan guru SDN 03 Nunukan Selatan. Siswa-siswi sekolah menengah atas negeri (SMAN) 2 Nunukan Selatan juga mengeluhkan gejala mual dan mencret akibat menu ayam kecap yang diketahui sama dengan menu yang dibagikan pada SDN 03 Nunukan Selatan.
Saat dihubungi oleh Kompas.com, Burhan, selaku bagian kesiswaan SMAN 2 Nunukan Selatan menegaskan, “Kami koordinasi dengan seluruh sekolah yang mendapat MBG ke SD 03, SD 02, kasusnya sama semua. Lumayan banyak yang mencret hari itu.”
Burhan melanjutkan, yang lebih mengejutkan lagi adalah menu ikan tongkol yang dibagikan keesokan harinya, banyak yang berulat. Temuan tersebut awalnya dilaporkan sejumlah siswa. Pihak sekolah
lalu memeriksa sejumlah menu yang belum terbagi agar kejadian hari Senin tidak terulang. Akan tetapi, pihak dapur justru mengaku terkejut dan mengaku tidak mengetahui mengapa ikan tongkol tersebut berulat. Keluhan itu kemudian diteruskan ke Dinas Pendidikan Nunukan.
Insiden Keracunan MBG di Sukoharjo
Baru tiga hari usai insiden keracunan menu MBG di Nunukan, hal serupa kembali terulang pada sebuah SD di Jawa Tengah. SDN Dukuh 3 diketahui telah melaksanakan program makan bergizi gratis selama sepekan. Akan tetapi, pada Kamis (16/1/2025) pukul 09.30, dilaporkan bahwa para siswa mulai mengeluhkan gejala pusing, mual, hingga muntah-muntah.
Kepala SDN Dukuh 3, Lilik Kurniasih, menyebutkan ada sepuluh anak yang mengalami mual. Namun, dikutip dari detikjateng, jumlah siswa yang mengalami keracunan makanan sekitar lima puluh dari dua ratus siswa. Sejumlah anak yang keracunan tersebut merupakan siswa dari kelas 1 hingga 6. Setelah mengalami gejala keracunan makanan, pihak sekolah langsung menghubungi tim SPPG terkait dan petugas kesehatan Sukoharjo Kota.
Dilansir dari detikjateng, menu program hari itu terdiri dari nasi, ayam tepung goreng, cah wortel, tahu, dan susu. Para siswa yang mengalami gejala keracunan rata-rata mencium bau basi dari ayam tepung yang mereka santap. Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota, Kunari Mahanani, mengatakan bahwa Kodim 0726 Sukoharjo yang mengelola SPPG telah mengakui proses pemasakan ayam kurang matang. Menurut Healthline, daging—utamanya ayam—yang dimasak kurang matang dapat menjadi pemicu utama terjadinya keracunan makanan. Hal ini diakibatkan banyak bakteri dapat tumbuh pada produk hewani. Bahkan, sejumlah kecil daging mentah dapat menyebarkan bakteri seperti salmonella dan E. coli.
Tanggapan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) dan Istana
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (SPPI) dan perwakilan BGN untuk Nunukan Selatan, Aji Sanjaya, tidak membantah peristiwa yang menimpa beberapa sekolah di Nunukan Selatan. “Memang benar ada kejadian yang sama di sekolah lain, tapi yang melapor ke kami hanya SDN 03. Jadi, konsen kami saat itu SDN 03,” ujarnya saat dikonfirmasi oleh Kompas.com.
Terjadinya penambahan data penerima MBG di minggu kedua dari yang mulanya hanya 2.500-an anak menjadi 3.200 sasaran mengakibatkan bahan baku menu MBG hari itu dibeli dari pedagang pinggir jalan.
“Perkiraan pihak dapur meleset. Mereka pikir 300 kg daging ayam cukup. Tapi ternyata tidak, dan menambah belanja 20 kg daging ayam lagi di kedai pinggir jalan, bukan di tempat langganan,” jelas Aji.
Daging ayam itu pun dimasak dan diolah menjadi menu ayam kecap, kemudian didistribusikan ke pelajar yang masuk siang.
“Besoknya masuk laporan puluhan anak mual dan diare. Kita mediasi pihak sekolah dengan para orang tua murid, dan mencapai kesepakatan, ini akan menjadi evaluasi kedepannya,” tuturnya.
Perihal lauk berulat yang ditemukan pada SMAN 2 Nunukan Selatan, Aji berkata akan segera menangani laporan tersebut. SPPI dan Perwakilan BGN untuk Nunukan Selatan itu mengakui program MBG masih butuh banyak perbaikan karena baru saja berjalan.
Salah satu tantangan utama yang ditemukan adalah jarak antarsekolah yang saling berjauhan sehingga proses distribusi makanan menjadi terkendala. Selain itu, kurangnya keterlibatan pemerintah daerah (Pemda) dinilai menjadi salah satu faktor krusial dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan program MBG.
Sementara itu, Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengklaim bahwa usai insiden keracunan di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, pihaknya telah memberikan arahan dan evaluasi kepada SPPG Sukoharjo. Namun, ia tidak menjelaskan secara spesifik seperti apa arahan dan evaluasi yang dilakukan oleh BGN agar kasus serupa tidak terulang.
“Ini menjadi bahan evaluasi agar lebih berhati-hati dalam mengolah makanan,” ujarnya kepada Kompas.com. Kepala BGN tersebut juga menambahkan, kejadian keracunan menu MBG bukan merupakan tindakan disengaja oleh pegawai SPPG Sukoharjo, melainkan murni karena kesalahan teknis SPPG di Sukoharjo.
Hasan Nasbi selaku Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan ikut memberikan tanggapannya terkait insiden keracunan MBG di Sukoharjo. Ia mengatakan bahwa insiden tersebut telah ditangani cepat sesuai standar operasional prosedur (SOP). “SOP yang diterapkan dalam MBG ini adalah sekolah lapor kepada SPPG dan puskesmas jika ada kejadian yang tidak diinginkan. Makanan langsung ditarik oleh SPPG, kemudian diganti dengan menu lain,” ujar Hasan dikutip dari Antara.
Ia juga menambahkan, insiden tersebut menjadi bahan evaluasi penting bagi BGN sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan program prioritas Presiden RI Prabowo Subianto untuk memperketat SOP demi menjaga kualitas dan kebersihan makanan.
Tanggapan Ahli Gizi
Seorang Ahli Gizi dari Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh, memberikan tanggapannya melalui suarasurabaya.net pada Senin (20/1/2025) atas kejadian keracunan makanan menu MBG. Menurutnya, kejadian seperti itu tidak boleh dianggap remeh dan perlu adanya evaluasi hingga penelusuran lebih lanjut sehingga penyebab keracunan dapat diketahui dan diperbaiki lagi kedepannya.
Lailatul juga menyebutkan perlunya memperketat SOP secara menyeluruh, mulai dari pengawasan, pengadaan bahan-bahan, pengolahan, penyimpanan, sampai dengan penyajian kepada para siswa penerima program MBG. Dengan demikian, tidak ada lagi kasus keracunan yang menimpa anak-anak sebagai imbas dari program MBG tersebut.
“Tentu kejadian keracunan itu tidak kita harapkan. Katanya mau meningkatkan anak bangsa yang lebih berkualitas, tapi kalau menimbulkan keracunan itu kan kontradiktif. Walaupun itu human error, harus bisa diantisipasi, dicegah, agar semuanya itu tidak terjadi. Makanya perlu langkah-langkah pencegahan dengan SOP yang ketat tadi agar menerapkan standar makanan yang aman dan higienis,” pungkasnya.
Paramita Viantry, S.Gz, RD., M.Biomed, seorang Dosen Prodi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama (Unusa) turut angkat bicara terkait adanya kasus keracunan tersebut. Menurutnya, waktu pelaksanaan MBG menjadi salah satu aspek yang perlu dievaluasi karena berkaitan dengan durasi ketahanan makanan.
“Misalnya makanan yang sudah dimasak langsung dikemas dan ditutup rapat kan bisa menyebabkan makanan berkeringat. Begitu pula kalau makanan untuk makan siang kalau terlalu lama dalam kemasan dengan kondisi berkeringat itu bisa cepat basi. Jadinya tidak baik dikonsumsi anak-anak,” jelasnya.
Di samping itu, Paramita juga menuturkan terkait ketepatan pemilihan bahan dan cara pengolahan menu MBG. Apabila program ini memang ditujukan untuk pemenuhan gizi anak, maka bahan makanan yang disajikan tidak boleh asal-asalan, tetapi juga harus diperhatikan kandungan gizinya.
“Programnya baik, sayang kalau pelaksanaannya juga tidak maksimal. Semoga ke depan program MBG ini bisa berjalan lebih baik lagi,” pungkasnya.
Dengan adanya insiden keracunan yang menimpa beberapa sekolah penerima program MBG, diharapkan evaluasi secara menyeluruh dapat dilakukan agar kejadian serupa tidak lagi terulang di masa mendatang. Apabila semua pihak mampu berkomitmen, maka program ini dapat berjalan sebagaimana mestinya dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
Referensi:
Andi Hartik. (2025, January 19). Siswa SMA di Nunukan Juga Keracunan MBG, Lauk Tongkol Berulat Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com; Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2025/01/19/094801178/siswa-sma-di-nunukan-juga-keracunan-mbg-lauk-tongkol-berulat?page=all
CDC. (2024, April 29). People at Increased Risk for Food Poisoning. Food Safety. https://www.cdc.gov/food-safety/risk-factors/index.html
detikJateng, T. (2025, January 18). Kala Puluhan Siswa Sukoharjo Diduga Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis. Detikjateng; detikcom. https://www.detik.com/jateng/berita/d-7738550/kala-puluhan-siswa-sukoharjo-diduga-keracunan-usai-santap-makan-bergizi-gratis
Genta Tenri Mawangi. (2025, January 16). Istana pastikan insiden MBG di Sukoharjo ditangani sesuai SOP. Antara News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/4589750/istana-pastikan-insiden-mbg-di-sukoharjo-ditangani-sesuai-sop?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category
Humas UNUSA. (2025, January 21). Ada Siswa Keracunan Menu MBG, Ahli Gizi Unusa Ingatkan Soal Ini - UNUSA. UNUSA. https://unusa.ac.id/2025/01/21/ada-siswa-keracunan-menu-mbg-ahli-gizi-unusa-ingatkan-soal-ini/
Ihsanuddin. (2025, January 16). Tak Hanya Murid, Guru SD di Nunukan Juga Diare Usai Santap MBG. KOMPAS.com; Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2025/01/16/150935378/tak-hanya-murid-guru-sd-di-nunukan-juga-diare-usai-santap-mbg#google_vignette
Novianti Setuningsih. (2025, January 17). Puluhan Siswa SD Keracunan Usai Santap Makan Bergizi Gratis, BGN: Ini Jadi Bahan Evaluasi. KOMPAS.com; Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2025/01/17/08284621/puluhan-siswa-sd-keracunan-usai-santap-makan-bergizi-gratis-bgn-ini-jadi
Risky Pratama. (2025, January 20). Ahli Gizi Ingatkan Keracunan MBG Bukan Kejadian Biasa, Perlu Perhatian Serius. Suarasurabaya.net; Suara Surabaya. https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2025/ahli-gizi-ingatkan-keracunan-mbg-bukan-kejadian-biasa-perlu-perhatian-serius/#google_vignette
Selner, M. (2015). Food Poisoning: Types, Symptoms, & Treatment. Healthline. https://www.healthline.com/health/food-poisoning#symptoms
Wijaya, M. A. (2025). Heboh Insiden Keracunan MBG di Nunukan, Puluhan Murid SD dan Guru Jadi Korban. Netralnews.com. https://www.netralnews.com/heboh-insiden-keracunan-mbg-di-nunukan-puluhan-murid-sd-dan-guru-jadi-korban/aDlVcm9mM2dFdzl0ZDYxQ29TNmVSQT09
Penulis: Putu Sridhani Dewika Putri
Editor: Vanyadhita Iglian
TAG: #demokrasi #pemerintahan # #