» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Omong Kosong Kalau Politik Tidak Berpengaruh ke Kehidupan Kita
30 Maret 2025 | Opini | Dibaca 181 kali
Omong Kosong Kalau Politik Tidak Berpengaruh ke Kehidupan Kita: Omong Kosong Kalau Politik Tidak Berpengaruh ke Kehidupan Kita Foto: Unsplash, Angiola Harry (https://unsplash.com/@ang10ze)
Jangan tutup telinga atau selanjutnya kamu tidak bisa lagi membaca buku, menciptakan lukisan, menyaksikan film, merangkai tulisan, hingga sekadar merasakan hidup tenang. Kritik tidak bisa lagi kamu sampaikan, serta keluargamu berdampingan dengan ancaman.

Retorika.id - Di Indonesia, berusia 17 tahun merupakan salah satu syarat yang membuat seseorang berhak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum (pemilu). Artinya, seseorang bisa berpartisipasi menentukan masa depan bangsa karena ia sudah dewasa secara mental dan fisik. Terlebih, pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan selama lima tahun sekali. Setiap orang harus secara sadar memaksimalkan pilihannya agar negara tidak dipimpin oleh orang-orang paling tidak layak.

Sering kali orang berpikir bahwa setelah pemilu setiap individu akan kembali ke urusannya masing-masing. Kalimat yang terkadang muncul di tengah diskusi terkait pemilu adalah “Siapapun presidennya, kita akan tetap cari uang sendiri.” 

Nyatanya, kalimat tersebut tidak sepenuhnya benar. Mengapa demikian? Karena politik mengatur hidup kita, mau tidak mau, suka tidak suka.

“Aku gak kena dampaknya, tuh,” kata seorang warganet menanggapi huru-hara yang terjadi di bulan kelima pemerintahan Prabowo-Gibran. 

Mari kita bahas satu per satu. Apakah kamu sedang bekerja? Bagaimana kondisi pekerjaanmu? Setiap profesi memiliki tantangannya masing-masing dan kebijakan pemerintah turut berkontribusi di dalamnya. Jurnalis, misalnya, kerap mendapat represi, ancaman, hingga kekerasan saat bertugas. Berkali-kali mereka


diintimidasi, tetapi tetap tidak ada jaminan keselamatan jurnalis dari presiden Indonesia saat ini. 

Tidak hanya teman-teman pers yang terpengaruh, tetapi juga pekerjaan lainnya. Seberapa lama kamu bisa cuti, berapa jumlah gaji dan pesangon yang kamu terima, bagaimana persaingan dengan para pekerja asing, serta sejauh mana hak-hakmu sebagai karyawan terpenuhi dan terlindungi, semuanya diatur oleh kebijakan yang dibuat pemerintah. Jangankan saat sedang bekerja, sebelum bekerja saja ada batasan umur yang sering kali memengaruhi besaran peluang para pencari kerja di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak pemberi pekerjaan yang memberlakukan batas maksimal di usia yang tergolong muda. Namun, pemerintah tidak melihat ini sebagai bentuk diskriminasi dan di sinilah letak masalahnya (Ramli, 2024). 

Oh, ternyata kamu bukan pekerja, melainkan seorang pelajar. Perjalananmu dalam mencapai tujuan akademik akan dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah menempatkan prioritasnya pada sektor pendidikan. Sejak awal, pendaftaran dan penerimaan murid atau mahasiswa baru punya aturannya sendiri. Begitu pula saat menjalankan studi, kamu akan berhadapan dengan kebijakan pemerintah. Mereka punya kendali atas akses, fasilitas, kurikulum, tenaga didik, serta anggaran, yang menentukan apakah pendidikan akan inklusif dan terjangkau atau justru berorientasi pada pasar (Berliner, 2019).

Sekalipun kamu hanya warga negara yang tidak bekerja ataupun tidak sedang menjalankan studi, tetap saja politik berpartisipasi di dalam hidupmu. Buku bacaan kesukaanmu bisa dibredel oleh pemerintah yang merasa terancam karena buku itu bertentangan pandangan politik dan kepentingan mereka. Coretanmu di atas kanvas akan dibatasi karena melukiskan gambaran yang tidak ingin dilihat kelompok tertentu. Lagu andalanmu dibungkam karena menceritakan narasi yang membuat mereka tersindir. Film yang ingin kamu tonton ditarik dari wadah digital karena berisi sejarah yang ingin dikubur sang pelaku.

Total seluruh belanjaanmu, besaran pajak yang harus kamu bayar, kondisi trotoar yang kamu lalui, waktu tidurmu, apakah perjalananmu dengan transportasi umum nyaman atau berdesakan, kualitas udara yang kamu hirup, kegiatanmu setelah hujan—menikmati suasana atau malah sibuk menghindari banjir karena sistem drainase yang buruk. Kehidupan sehari-harimu nyatanya tersentuh oleh politik. Para pemegang kekuasaan menentukan bagaimana aturan akan diterapkan dan sejauh mana dampaknya bagi masyarakat. Maka, ketika kesempatan hadir untuk menentukan siapa yang akan berkuasa, kita perlu memanfaatkannya sebaik mungkin. 

Akan tetapi, bagaimana kalau kesempatan itu sudah berlalu dan kita berakhir menyesali pilihan kita? Haruskah kita masih terjebak dalam “what if” yang tidak pasti itu? Kesadaran—mengerti bahwa politik menentukan cara hidup kita—menjadi langkah paling awal untuk melihat bahwa keputusan tokoh politik bukan sekadar urusan mereka, melainkan juga urusan kita. Konsekuensi akan terus menghampiri, bahkan ketika kita masa bodoh dengan kebijakan yang ada. Oleh karena itu, memahami dan berpartisipasi dalam hal-hal berbau politik menjadi kebutuhan setiap warga negara agar kebijakan yang dibuat nantinya berpihak kepada kita, bukan cuma segelintir elit.

 

Penulis: Claudya Liana M,

Editor:  Adil Salvino

 

Referensi:

David C. Berliner. (2019). We will never have the kind of schools we would like to have, nor the test scores we want, unless we do something about ______[Part 1]. Kappa Delta Pi Record, 55:3, 106-111, DOI: https://doi.org/10.1080/00228958.2019.1622375

Ramli, Rully R. (2024). Kemenaker Sebut Batas Usia Lowongan Kerja Bukan Diskriminasi. Kompas. Kemenaker Sebut Batas Usia Lowongan Kerja Bukan Diskriminasi Halaman all - Kompas.com


TAG#aspirasi  #humaniora  #  #