
Ratusan massa aksi peringatan May Day 2025 berkumpul di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Kamis (01/05/2025). Massa aksi yang terdiri dari elemen buruh, masyarakat sipil, dan mahasiswa terpantau kondusif selama berjalannya aksi. Meski begitu, penangkapan massa oleh aparat masih tetap terjadi.
Kamis (01/05/2025) menjadi hari peringatan Hari Buruh Sedunia atau dikenal sebagai May Day. Tahun ini, Aksi Damai May Day Surabaya diselenggarakan di depan Gedung Negara Grahadi yang diikuti oleh aliansi buruh, aliansi masyarakat sipil, dan mahasiswa. Dengan mengusung tema besar “Buruh dan Rakyat Bersatu Lawan Badai PHK, Wujudkan Supremasi Sipil, Tegakkan HAM!”, massa aksi mengajukan 22 tuntutan. Aksi damai diwarnai dengan pertunjukan teatrikal, persembahan puisi, live music, dan orasi.
22 poin tuntutan Aksi Damai May Day Surabaya yang disuarakan massa aksi sebagai berikut:
-
Cabut Omnibus Law UU Cipta Kerja dan PP turunannya;
-
Stop badai PHK dan pemberangusan Serikat Buruh;
-
Berlakukan Upah Layak Nasional secara adil dan bermartabat, serta Cabut PP 51 2023;
-
Tolak sistem kerja kontrak, outsourcing, sistem kerja magang, dan sistem Mitra Palsu bagi driver online dan ojol;
-
Lindungi buruh perempuan, Stop Pelecehan dan kekerasan ditempat kerja Konvensi ILO 190; segera ratifikasi;
-
Berlakukan day care anak, murah dan berkualitas, sediakan ruang laktasi bagi buruh perempuan;
-
Jamin dan lindungi hak-hak buruh perkebunan sawit, pekerja lepas, pekerja industri media dan kreatif, buruh industri pertanian, buruh pertambangan, serta pekerja medis dan kesehatan;
-
Jamin dan lindungi hak-hak buruh migran, pekerja perikanan, kelautan - segera ratifikasi Konvensi ILO
188;
-
Berlakukan pengangkatan guru dan pekerja honorer dalam pemerintahan menjadi pegawai tetap Negara dengan gaji yang layak bermartabat;
-
Stabilkan harga sembako dan harga barang lainya, Tolak kenaikan harga BBM, TDL, dan tarif tol;
-
Stop represifitas dan kriminalisasi terhadap aktivis gerakan rakyat;
-
Tolak pemerintahan fasis, militeristik: Tolak RUU TNI, RUU POLRI, dan Revisi KUHAP;
-
Tolak dwifungsi aparat. Kembalikan fungsi TNI dan Polri pada tugas profesionalitasnya sebagai alat pertahanan negara dan keamaanan negara;
-
Tolak neoliberalisme pendidikan, wujudkan Pendidikan gratis dan ilmiah bagi seluruh anak-anak Indonesia;
-
Wujudkan reforma agraria sejati, tolak system bank tanah;
-
Wujudkan keadilan ekologis, jaga kelestarian lingkungan hidup; Tolak industri ekstraktif dan tolak perampasan dan penggusuran tanah-tanah rakyat;
-
Nasionalisasi aset asing untuk membangun industri nasional yang kuat di bawah kontrol rakyat;
-
Jaga demokrasi sejati, tegakkan supremasi sipil;
-
Adili pelanggar HAM;
-
Tolak pemberian gelar pahlawan pada Soeharto dan jalankan UU no 11 dan UU no 12 tentang ICESCR dan ICCPR;
-
Hentikan represifitas terhadap jurnalis dan wujudkan kebebasan pers;
-
Berikan hak buruh cuti melahirkan, cuti menstruasi, dan cuti ayah
Aksi damai dimulai dengan long march dari Jl. Basuki Rahmat menuju titik aksi di depan Gedung Negara Grahadi. Massa aksi membawa properti figur berbentuk babi yang digotong beberapa massa aksi sebagai bentuk simbol perlawanan. Properti tersebut kemudian dibakar untuk mengawali berlangsungnya aksi pada siang hari ini.
“Hari ini adalah hari kita merayakan pesta perlawanan. Di hari buruh ini kita menuntut badai PHK, wujudkan supremasi sipil, dan tegakkan HAM! Kita semua sepakat untuk sama-sama melawan penindasan yang berkedok neoliberalisme,” ujar salah seorang perwakilan massa aksi.
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang tergabung dalam massa aksi turut menyampaikan tuntutannya. Perwakilan AMP mengecam adanya perampasan tanah dan eksploitasi di tanah Papua.
“Hari ini kami mengecam segala bentuk eksploitasi melalui pendekatan militer. Tugas kita hari ini adalah memperluas organisasi-organisasi perlawanan, memperluas persatuan rakyat yang tertindas,” tutur perwakilan AMP.
“Ketika buruh ditindas, di situlah masa depan bangsa Indonesia terkubur dalam penindasan. Ketika buruh ditindas, di situlah kemanusiaan dipertanyakan. Perjuangan buruh adalah perjuangan mahasiswa dan keadilan buruh adalah keadilan seluruh masyarakat Indonesia,” ujar salah satu perwakilan mahasiswa ITS dalam orasinya.
Aksi teatrikal juga ditampilkan dengan apik oleh massa aksi dari Puska FISIP. Aksi teatrikal tersebut memuat kritik yang dilayangkan atas upaya pemerintah untuk menobatkan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Selain itu, teatrikal simbolik tersebut juga menuntut adanya penegakan HAM yang dilatarbelakangi pengesahan UU TNI beberapa waktu lalu. Selain itu, teatrikal ini juga memotret bagaimana keresahan-keresahan yang dirasakan buruh, penuntutan terhadap pemberlakuan cuti melahirkan, penegakan keadilan, dan badai PHK.
Massa aksi dari perwakilan pekerja seni turut berorasi. Ia menyerukan bahwa selama ini pekerja seni sangat amat kurang dihargai dan negara seringkali masih absen atas apresiasi terhadap seni.
“Di Hari Tari Dunia, pemerintah memberikan pidato-pidato apresiasi yang sebatas formalitas atas pencapaian seniman-seniman, sedangkan seniman sebagai buruh masih merasakan penindasan, maka kita berdiri disini untuk tingkatkan kesadaran,” tutur perwakilan pekerja seni tersebut.
Perwakilan dari jurnalis turut hadir dalam aksi dan menyerukan orasi. Ketua Aliansi Jurnalis (AJI) Surabaya, Andre Yuris mengungkapkan nasib para jurnalis di Indonesia yang masih diupah rendah. Para jurnalis sebagai kelas pekerja juga menuntut kebebasan pers agar hak publik atas informasi dapat terpenuhi.
“Di balik semua kemegahan media besar, nasib wartawan masih memprihatinkan. Jurnalis masih diupah minim dengan satu berita hanya dihargai dua puluh lima ribu Jurnalis sebagai kelas pekerja yang berada di sini untuk melawan,” ujar Andre Yuris dari AJI Surabaya dalam orasinya mewakili buruh jurnalis.
Massa aksi terpantau kondusif selama aksi berlangsung hingga akhir. Namun, didapati seorang massa yang ditangkap oleh aparat yang merupakan mahasiswa dari Fakultas Vokasi Universitas Airlangga. Kronologi penangkapan masih belum dapat dikonfirmasi. Selepas aksi, beberapa massa aksi bergeser untuk berhimpun dan bersolidaritas di Polrestabes Surabaya guna mengawal kasus penangkapan oleh aparat ini.
Penulis: Aveny Raisa dan Khumairok Nurisofwatin
Editor: Salwa Nurmedina
TAG: #demonstrasi # # #