Karena aku yakin, rasa sayang yang engkau berikan akan abadi.
retorika.id– Bun, lama ku tak merasakan senja
Saat teriakmu muncul di kejauhan
Menyuruhku pulang dan bersiap bersih diri
Hingga seorang teman menjemput
Pergi bersama tuk belajar Alifbata
Bun, aku merindukan kumandang adzan
Saat kau ajariku, tugas dari sang guru
engan sabar kau pantau aku
Sambil melipat baju-baju
Memang tak banyak ilmu
Yang dapat kau bagi denganku
Tetapi akhlak yang kau tanamkan,
Adalah syukur yang ku banggakan
Betapapun ku ingat,
Saat belajar pembagian
Aku yang tak sabar tapi ingin bisa
Menangis kencang sambil marah
Meski air mata terus mengalir
Jemariku tetap
bergerak
Keras kepalaku untuk bisa
Tak ingin menyerah walau susah
Rasanya, memang ada yang kutiru
Bun, maafkan aku...
Gadis kecil itu sungguh egois
Meski peranmu merangkap jadi pangeran
Tetapi iri menghiasi hatiku saat itu
Maklumlah, ku dijuluki gadis penyendiri
Aku yang murung melihat orang lain
Begitu ceria bersama ibu mereka
Dirias sebelum pentas
Disuapi bekal buatan dari rumah
Digandeng saat berjalan
Dipeluk saat turun dari panggung
Diajak jalan-jalan selepas lomba
Didengarkan segala cerita mereka
Padahal, gadis itu hanya ingin bercerita
"Aku menjatuhkan stick drumku saat itu Bun."
"Tarianku tak sebagus gerakan mereka Bun."
"Gambarku bagus, kan, Bun?"
"Bun, kenapa aku tak pernah mendapat juara?"
"Aku hanya ingin Bunda bersamaku."
Tetapi, semua itu hanya kata hati
Yang menjadikannya dewasa saat ini
Bun, tak ku ingat jelas memori pagi
Selain kau kecup kening ku
saat aku tengah bermimpi
Sebenarnya aku bangun sebentar
Kemudian mendekap kepala dengan bantal
Saat setelah kau pergi
Gadis kecil itu amatlah cengeng
Asap dari tungku membumbung tinggi kemudian
Tanda air hangat telah siap untuk ku mandi
Ya, Bun, yang kulihat pertama adalah ayah
Menyuruhku shalat dan bersiap-siap
Tanpa protes ketidakhadiran mu
Ku bawa bekal seadanya
Kerja keras masakan ayah
Meski dari segi penampilan...
Tak membuatku naik selera
Dan lama aku menunggu mu Bun
Sampai akhirnya kau kembali pulang
Meski responku tak pernah heboh
Atau menyembutmu dengan riang
Sejujurnya, aku teramat senang
Aku percaya, satu halaman
Tak akan cukup merekam kenanganku bersamamu
Percayalah Bun,
aku teramat bangga
Kini gadis kecil itu tumbuh dewasa
Dan kulitmu kian berkerut
Atau untuk mereka,
Yang kehilanganmu lebih cepat
Aku percaya, rasa sayang itu
Akan selalu abadi
Sejak gadis kecil itu, terlahir ke dunia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Dien Mutia Nurul Fata
TAG: #keluarga #puisi # #