Narasi kematian disusun ke dalam sebuah kisah melodramatis, dengan mengangkat berbagai tema dan isu sosial masyarakat Korea Selatan, rupanya berhasil menguras berbagai macam emosi. Melalui sebuah kotak kuning yang memiliki sejuta makna, Serial Move To Heaven, merangkul kematian tanpa harus menakutkan.
retorika.id-Kehilangan orang yang dicintai memang akan akrab dengan rasa sakit yang tidak dapat diungkapkan, perasaan ini kerap kali datang setelah semua prosesi rangkaian pemakaman selesai. Keheningan yang memekakkan telinga saat kembali ke rumah menawarkan ketidakhadiran yang lebih mendalam dan nyata.
Bayang-bayang kehadiran dari seseorang yang telah pergi masih sangat terasa, seperti sebuah kata yang tersangkut di ujung lidah, tetapi tidak pernah bisa dikeluarkan. Pakaian dibiarkan tak terpakai, buku yang dikurasi dengan cermat selama bertahun-tahun, gadget dan perhiasan, sepatu usang—semua tiba-tiba kehilangan pemiliknya. Ini merupakan sisi lain dari sebuah kematian yang jarang sekali disoroti.
Serial Netflix, Move To Heaven yang rilis pada tanggal 14 Mei 2021 ini memang cukup berbeda dibandingkan seri K-drama lainnya. Serial Netflix yang dibintangi oleh Lee Je-hoon dan Tang Joon-sang sebagai peran utamanya ini, menceritakan tentang Move To Heaven, sebuah layanan untuk membersihkan barang-barang dari orang yang meninggal.
Move To Heaven membawa kita ke dalam kehidupan orang-orang yang meninggal melalui benda-benda yang mereka tinggalkan. Dikerjakan oleh Han Jeong-u (Ji Jin-hee), dan anaknya, Han Geu-ru (Tang Joon-sang). Geu-ru yang berusia 20 tahun memiliki masalah berinteraksi dengan orang lain karena mengidap penyakit Asperger Syndrome.
Ketika Jeong-u meninggal dunia, ia meminta pengacaranya menjadikan adiknya yakni Cho Sang-gu (Lee Je-hoon) seorang petarung illegal, sebagai wali
Geu-ru. Sang-gu dengan terpaksa harus melanjutkan layanan Move To Heaven bersama Geu-ru, dibantu dengan tetangga mereka, Yoon Na-mu (Hong Seung-hee).
Narasi Tentang Kematian dan Sebuah Kotak Kuning
Setiap episodenya, serial Move To Heaven mengeksplorasi berbagai cerita melodramatis tentang klien yang telah meninggal. Di antaranya seorang ibu dengan penyakit demensia yang ditinggal anaknya, hingga pemuda tanpa kewarganegaraan yang mencari ibunya.
Setiap episode dalam serial tersebut dipenuhi dengan kesan haru dari orang-orang yang ditinggalkan. Menegaskan bahwa mereka yang meninggal masih bisa berbicara. Jeong-u dan Geu-ru mendapati barang-barang di sekitar mendiang memiliki pesan, bahkan bisa menyampaikan kisah kepada mereka yang ditinggalkan.
Mengangkat berbagai tema dan isu sosial masyarakat Korea Selatan, salah satunya ketimpangan ekonomi dan keinginan muda-mudi Korea menggapai mimpinya, yang menyebabkan banyak orang tua hidup dan meninggal sendirian.
Masing-masing karakter memiliki trauma dan masalahnya sendiri. Walaupun tetap layaknya drama Korea lainnya, drama ini memang berhasil menguras berbagai macam emosi. Dari awal hingga akhir, penonton akan disuguhkan dengan berbagai cerita tentang bagaimana satu kisah bisa mengubah seseorang.
Melalui sebuah kotak kuning yang berisi barang-barang sisa harta benda yang memiliki makna, Move To Heaven merangkum kehidupan klien yang telah meninggal dengan menunjukkan gambaran puitis tentang betapa rapuhnya kehidupan. Saat Geu-ru dan Sang-gu mengantarkan sisa harta benda, mereka dapat mengetahui rahasia perjuangan orang yang sudah meninggal dan bagaimana mereka berurusan dengan kehidupan yang mengengkang itu.
Bisa dikatakan juga, Move To Heaven sekan-akan mengajak penonton untuk memikirkan kembali persepsi kita tentang siapa kita sebenarnya dan dengan siapa kita yang seharusnya. Seperti apa yang dikatakan oleh Jeong-u kepada Geu-ru pada sebuah dialog di akhir episode.
“Saat kau ingin memahami perasaan atau pikiran orang lain, cobalah menempatkan dirimu di posisi mereka.”
Dan akhirnya, setiap ruangan yang dibersihkan oleh Move To Heaven dapat dilihat sebagai kotak di dalam sebuah diri yang merupakan dari dirinya sendiri—tempat di mana kita tidur, makan, dan menjalani hari-hari itu ternyata seperti sebuah kurungan, keberadaan kita yang dirangkum menjadi empat dinding dan satu pintu.
Secara keseluruhan, serial ini mengedepankan kebenaran bahwa dalam kematian, kita menyadari betapa pentingnya hidup.
Berdasarkan dari Esai Non-Fiksi
Serial ini terinspirasi oleh sebuah esai berjudul “Things Left Behind” yang ditulis oleh seorang trauma cleaner professional bernama Kim Sae-byul. Trauma cleaner adalah orang yang bertugas membersihkan tempat kejadian perkara (TKP) bekas kejahatan atau kecelakaan. Ia fokus terhadap kematian individu dengan penyakit mental.
Meski Move To Heaven membahas lebih jauh tentang penyakit mental, namun ada banyak masalah sosial yang dirangkum dalam 10 episode serial ini. Kekerasan rumah tangga, bullying, LGBT, hingga anak adopsi yang kehilangan kewarganegaraannya. Tema tersebut jarang ditemukan dalam seri K-drama lainnya.
Lain halnya dengan drama ‘tradisional’ Korea yang penuh cinta segitiga dengan formula yang itu-itu saja, seri orisinil Netflix ini fokus pada konten baru. Layaknya serial Itaewon Class (2020) dan Extracurricular (2020) yang menangani isu bullying dan isu sosial, Move To Heaven merepresentasikan masalah tersebut dengan nada positif.
Seperti yang ditegaskan mendiang Jeong-u, Geu-ru menunjukkan bahwa menjadi berbeda bukanlah hal buruk. Begitu pula cara menghormati manusia sebagaimana mestinya: makhluk hidup yang memiliki perasaan dan pikiran, terlepas dari status sosial maupun hidup dan mati. Karena bahkan mereka yang meninggal memiliki kisah untuk dibicarakan.
Serial Move To Heaven merangkul kematian tanpa harus menakutkan. K-drama slice of life yang unik, menenangkan, dan dipenuhi kisah haru membuat kita lebih menghargai kehidupan sebab banyak makna yang bisa diambil.
Penulis: Adiesty Anjali
Editor: Dina Marga
Sumber Referensi:
Untivero, D. (2021). ‘Move To Heaven’ Review: How The Netflix Series Explores The Difficulty of Losing A Loved One. (diakses 25 Mei 2021).
Nurdin, P. (2021). Review Move to Heaven (2021): Merangkul Kematian, Menghargai Kehidupan. (diakses 26 Mei 2021).
TAG: #karya-sastra #seni # #