» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Pop Culture
Resensi Buku Heart of Darkness
06 Juli 2018 | Pop Culture | Dibaca 7050 kali
Resensi Buku Heart of Darkness: - Foto: Penguin Random House
Heart of Darkness merupakan sebuah novela klasik karya Joseph Conrad. Menceritakan tentang Marlow—seorang narator yang menceritakan pengalamannya selama menjadi kapten sebuah kapal uap dalam perjalanan di tengah jantung benua Afrika. Bagaimanakah kelanjutan kisah Marlow?

Judul               : Heart of Darkness

Pengarang       : Joseph Conrad

Cetakan           : Pertama, 2010

Penerbit           : David Campbell Publisher Ltd.

ISBN               : 1-85715-174-7

Tebal Buku     : 110 halaman

 

Plot

Sebuah novel klasik yang mengubah wajah kolonialisme untuk selamanya. Heart of Darkness karya Joseph Conrad menceritakan kisah Marlow sebagai seorang narator yang membagi kisah perjalanannya kepada rekan-rekan pelautnya di sebuah kapal yang berlabuh di Sungai Thames, Inggris. Marlow menceritakan pengalamannya selama menjadi kapten sebuah kapal uap dalam perjalanan di tengah jantung benua Afrika atau lebih tepatnya di wilayah Kongo. Marlow memiliki misi untuk menjemput Kurtz, agen dari sebuah perusahaan gading Belgia yang dikabarkan jatuh sakit, yang membuat operasi dan keuntungan dari perusahaan tersebut menjadi terhambat.

Di tengah


perjalanannya tersebut, Marlow menyaksikan kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat pribumi Kongo. Marlow juga mendengar banyak kisah tentang kehebatan dan pengaruh dari Kurtz yang begitu kuat di perusahaan Gading itu. Marlow pun semakin memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu dengan Kurtz yang idealis dan multi-talent, sebelum ia mengalami gangguan kejiwaan serta akhirnya jatuh sakit.

Kisah berlanjut dengan perjalanan Marlow dengan Pemimpin Perusahaan serta kru kapal menuju pos tempat Kurtz ditempatkan. Marlow diserang oleh sekelompok suku kanibal Afrika. Serangan tersebut akhirnya berhenti, namun mengakibatkan kematian salah satu kru kapal dari Kurtz.

Setelah sampai di pos Kurtz, Marlow bertemu dengan seorang pria Rusia yang merupakan pengagum dan murid terakhir dari Kurtz. Pria Rusia ini begitu memuja Kurtz dan menimbulkan kesan mendalam tersendiri dalam diri Marlow yang pada akhirnya bertemu dengan Kurtz. Ketakjuban Marlow terhadap Kurtz semakin besar setelah mengetahui bahwa suku kanibal Afrika yang sebelumnya menyerang rombongan kapal Marlow mendewakan dan begitu patuh terhadap sosok Kurtz. Dalam keadaan sakit parah rombongan Marlow berhasil membawa Kurtz ke kapal uap dan membawanya ke markas utama perusahaan di Kongo. Di tengah perjalanan, sakit yang dialami Kurtz semakin parah hingga Kurtz menghembuskan nafas terakhirnya. Momen ketika kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Kurtz, disaksikan sendiri oleh Marlow.

Kisah ini berakhir dengan pertemuan Marlow dengan tunangan Kurtz yang masih dirundung kesedihan yang mendalam. Marlow pun menceritakan momen terakhir dari Kurtz dengan sedikit perubahan demi menjaga perasaan dari tunangan yang ditinggalkan oleh Kurtz.

 

Review

Pertama kali diterbitkan pada awal abad dua puluh atau lebih tepatnya pada tahun 1902, novela Heart of Darkness menjadi sebuah karya sastra yang tetap relevan dan menjadi bacaan wajib diantara para penikmat sastra. Terinspirasi oleh jurnal catatan perjalanannya sebagai pelaut di Kongo, Conrad menceritakan kembali apa yang dia saksikan dalam novela ini. Gaya penulisan yang secara langsung menceritakan penderitaan moral yang dialami oleh para tokoh, satir dan kritik terhadap imperialisme Eropa di Tanah Afrika, pemberian perspektif dan catatan sejarah kelam akibat adanya monopoli perdagangan gading dan eksploitasi sumber daya baik alam dan manusia oleh bangsa Eropa di tanah Afrika. Kisah ini muncul sebagai novela pelopor yang menceritakan sisi kelam imperialisme eropa yang selama ini seolah dijustifikasi oleh kaum imperialis melalui puisi Rudyard Kipling, The White Men Burden yang memberikan beban tersendiri bagi bangsa Eropa untuk mendidik bangsa lain menjadi bangsa yang beradab.

Namun, karya Conrad ini tersendiri tidak luput dari kritik dan kontroversi. Penggambaran suku pribumi Kongo yang dianggap sebagai bangsa kanibal dan haus darah dikritisi oleh para akademisi Afrika di kemudian hari yang seolah mendehumanisasi serta memberi label bagi bangsa Afrika sebagai anti-tesis dari peradaban Eropa dan manusia, terlepas dari kemunculan suku lain yang lebih beradab di daerah tersebut.

Akan tetapi, terlepas dari kontroversi yang muncul, Heart of Darkness merupakan sebuah Magnum Opus di khasanah sastra yang berfokus terhadap naluri dan hasrat manusia yang terkorupsi oleh ketamakan dalam hati yang dilanda oleh kegelapan layaknya yang dideskripsikan oleh tokoh Kurtz, menyebabkan novela ini menjadi kisah yang menarik untuk dibaca dan akan memberikan impresi yang berbekas bagi para pembaca lama setelah novela ini diselesaikan.

 

Penulis : Septyawan Akbar


TAG#karya-sastra  #lingkungan  #review  #sosial