Kita terjebak dalam bayang lakon yang didirikan
Akan ekspektasi dan peranan
Yang memisahkan Tuan dan Puan
Tuan, kau harus nampak gagah dan perkasa
Tak dibutuhkan lelaki yang lembut dan perasa
Puan, kau harus nampak penurut dan bertingkah manis
Tak dinginkan perempuan yang independen dan kritis
Batasan yang memisahkan tuan dan puan
Telah ada,
sejak nyawa berhembus dalam raga
Sejak kita terlahir di dunia
Orang tua, masyarakat, dan negara
Seolah telah mendikte kita
Untuk terus terjebak dalam pola yang sama
Setelah lulus tuan akan
Menikah, bekerja, dan mencari nafkah
Setelah lulus puan akan
Menikah, melahirkan dan menetap di rumah
Kita berkutat dalam stigma yang sama
Terlepas dari hak dan kewajiban yang setara
Yang dimilik tuan dan puan
Kita lupa akan makna berani hidup
Berkutat akan tantangan, dan pergumulan inti sari permasalahan
Nikmat akan berkarya dan mengembara
Memimpin dan bermimpi
Tanpa ada cibiran dan suara sumbang
Akan peranan yang berbeda
Yang tuan dan puan mainkan
Ketika potret dan realita yang ada
Menimbang uang dan harta
Lebih berharga dari idealisme dan kritik akan ketidakadilan yang ada
Kita berkutat akan ilusi dan peranan yanga sama
Akan ikon maskulinitas dan feminitas
Dari tuan dan puan
Sehingga lupa akan nikmat manis inti-sari kehidupan
Akan semangat dan harapan menggebu asa
Yang seolah terdikte oleh stigma
Penulis : Septyawan Akbar
TAG: #gender #humaniora #karya-sastra #puisi