» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Pop Culture
The Fate of The Furious
28 April 2017 | Pop Culture | Dibaca 3141 kali
Poster: :The Fate of The Furious Foto: https://www.google.com/search?q=fast+furious+8&client=firefox-b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKE
Fate of The Furious atau Fast and Furious 8 merupakan sekuel kedelapan dari Franchise film . Film ini sangat menarik untuk ditonton karena pengambilan gambarnya dilakukan di Kuba serta mengangkat kultur otomotif disana.

Fate of The Furious atau Fast and Furious 8 merupakan sekuel kedelapan dari Franchise film The Fast and The Furious(2001). Film yang naskah ceritanya ditulis oleh Garry Scott Thomson dan disutradarai oleh F. Gary Gray menurut saya sangat bagus. Film ini mampu dikemas apik walau agak terasa ‘kosong’ karena absenya karakter Mia Toretto (Jordana Brewster) dan Brian ‘O Connor yang diperankan mendiang Paul Walker paska kecelakaan fatalnya beberapa tahun lalu. Meskipun kedua ikon tersebut harus absen, film ini tetap diisi dengan baik oleh pemeran lainnya.


Karakter pada film ini sebagian besar masih sama dengan beberapa karakter dari film Fast6 (2013) dan Fast7 (2015). Meskipun begitu, ada pula beberapa karakter baru seperti: Little Nobody (Scott Eastwood) yang merupakan junior dari Mr. Nobody (Kurt Russell) , Chipher (Charlize Theron) dan beberapa pemain lainya.
Scott Eastwood yang memerankan Little Nobody, nampaknya digunakan sebagai refleksi dari “New Brian” untuk mengisi ‘kekosongan’ karakter Brian dan Mia. Mengapa demikian? Karena dari pengamatan saya, ada beberapa hal yang


sebenarnya mirip dengan karakter Brian di film-film sebelumnya, khususnya pada pilihan mobil.


Dalam karakternya dibeberapa film terakhir, Brian ‘O Connor selalu menggunakan Subaru Impreza WRX STi Hatchback dan mobil yang berwarna biru. Little Nobody di beberapa adegan juga menggunakan Subaru Impreza WRX STi berwarna putih dan Subaru BRZ berwarna biru. Lalu apakah Little Nobody mampu mengisi kekosonganya? Saya rasa iya. Karena diawal film ini, pikiran saya hanya tertuju pada sosok Brian dan Mia. Kemudian saya terbawa suasana dan terpana dengan cerita film yang menantang ini.


Menurut saya, beberapa hal yang menarik dari film ini adalah keberadaan mobil-mobil menawan seperti Plymouth GTX yang digunakan Dom serta ’66 Corvette Stingray milik Letty. Hal yang paling menarik dan “something new” dalam industri film ini ialah pengambilan gambar yang dilakukan di Kuba. Inilah pertama kalinya industri perfilman Amerika melakukan shooting di Kuba paska embargo. Bagi masyarakat Kuba, keberadaan film ini mampu menunjang perkembangan wisata mereka. Selain itu, film ini juga mencoba mengangkat kultur otomotif Kuba sehingga membuatnya makin apik.


Sebagaimana kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”. Film ini pun memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah alur ceritanya. Alur ceritanya memang bagus, dikemas sangat rapi dan membuat orang terpana. Namun bagi saya, kisah film ini terlalu membawa kita berimajinasi tingkat tertinggi. Misalnya, ada pembalap liar yang menjadi agen pemerintah untuk membasmi teroris dunia. Ini tentu cukup absurd.  Bahkan saya berimajinasi, mungkin difilm Fast10 dan seterusnya akan ada perang antar galaksi.


Beberapa dari pembaca mungkin merasa pendapat saya terlalu berlebihan, namun saya rasa film ini perlu kembali ke khittahnya. Saya setuju jika film Fast and Furious sebenarnya sudah  berhenti sejak Tokyo Drift (2006). Oleh sebab itu, tak ada salahnya jika Neal H. Moritz membuat kisah baru yang murni mengenai dunia balap namun masih berkaitan dengan pemain pemain lamanya. Itupun rasanya tidak mungkin terjadi, karena dalam waktu dekat rumor Fast9 akan tayang pada Tahun 2019. Untuk soundtrack film ini, saya rasa seperti biasa selalu bagus dan pas.


Hal lainya yang cukup menggangu dalam film ini adalah CGI. Film ini selalu terkenal dengan kualitas CGI luar biasa dan realistis, khususnya pada Fast7 karena menggunakan CGI untuk karakter Brian ‘O Connor. Namun pada film ini,ada beberapa CGI yang terkesan “murahan” dan terlihat lucu. Sehingga ada beberapa momentum yang hilang, seperti pada saat Dom akan naik ke pesawat dengan mobilnya dan beberapa adegan di salju.
In the end, Is it worth it? Jawaban saya, Yes! Memang beberapa hal dari film ini cukup  mengganggu. Namun overall, film ini tetap saja membuat saya terpukau dan ingin menonton yang kedua kalinya. Alur cerita dikemas sangat apik, komedi dan joke terasa realistik, pengambilan gambar yang bagus, action yang memukau serta “chemistry” yang tinggi pada tiap aktor. Sehingga kita seolah-olah merasakan disebelah mereka untuk ikut menyelamatkan dunia. Jika saya diberi wewenang untuk memberikan scoring dari 1-10, maka saya akan beri nilai 8,5 untuk film ini. Jujur, saya juga sangat menanti sekuel yang kesembilan( Fast9) dari film ini.

Penulis : Fajar Efraim
Editor : Choir


TAG#film  #lpm-retorika  #portal-web-pers-mahasiswa  #universitas-airlangga