Populisme di Indonesia didorong oleh faktor sosial dan politik. Meskipun menjanjikan perubahan, tak dapat ditampik populisme cenderung memanfaatkan ketidakpuasan publik demi keuntungan politik. Salah satu dampak dari populisme agama, terutama di kalangan mayoritas muslim adalah segregasi di dalam persatuan bangsa Indonesia.
Retorika-id. Populisme merupakan strategi politik yang memanfaatkan suara suara dari rakyat yang tidak puas atau tertindas oleh kebijakan hukum, ekonomi, sosial oleh pemerintah sebelumnya atau sekarang. Misalkan disuatu negara terdapat rakyat yang sangat tidak puas terhadap hukum dan ekonomi tersebut, kemudian muncul seorang politisi atau tokoh maysarakat yang akan berjanji untuk memperbaiki atau mensejahterakan ekonomi dan hukum yang ada dinegara tersebut, itu merupakan contoh dari manuver politik populisme.
Populisme tidak selalu menguntungkan rakyat, bisa saja politisi atau tokoh rakyat yang kemudian terpilih menjadi pemimpin rakyat hanya memanfaatkan suara itu hanya untuk memenangkan kompetisi dengan suara-suara mayoritas tersebut kemudian janji janji itu ditinggalkan begitu saja. Ada juga sisi positifnya apabila pemimpin itu benar dan menepati janji janji yang dijanjikan saat kampanye, yang merupakan masalah terbesar didalam negara tersebut.
Namun pada kenyataannya, di berbagai negara para pemimpin populis hanya memanfaatkan suara suara rakyat yang tertindas atau tidak puas sebagai momentum untuk memenangkan pemilihan tersebut dan janji janji yang mereka ucapkan hanyalah janji palsu yang kemudian membuat banyak rakyat kecawa, dan akan muncul pemimpin yang populis lagi yang memanfaatkan kekecewaan rakyat tersebut untuk memenangkan pemilihan. Kasus populisme ini sudah terjadi secara terulang kali dari pemimpin yang tidak bagus yang memunculkan pihak yang kecewa kemudian muncul tokoh populis yang memanfaatkan kekecewaan tersebut dan memenangkan pemilihan yang kemudian meninggalkan janji itu dan memunculkan pihak yang kecewa. Populisme memberikan efek negatif kepada demokrasi yang sudah terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia.
Populisme dan demokrasi di Indonesia merupakan dua hal yang tidak dipisahkan. Populisme di Indonesia disebabkan oleh naik turunnya perekonomian, ketidakadilan hukum, serta hak hak sosial yang tidak dipentingkan oleh pemerintah yang akan menyebabkan kaum yang kecewa atau tertindas terhadap pemerintah. Di keadaan ini lah momen para tokoh populis untuk mendapatkan suara dari mereka muncul dengan dalih untuk memperbaiki dan memperjuangkan ‘suara rakyat’. Belum tentu tokoh populis itu benar benar
memperjuangkan mereka dengan dalih “suara rakyat” bisa saja tokoh populis itu hanya memanfaatkan mereka untuk mendapatkan popularitas, naik panggung, atau dukungan. Memang susah untuk membedakan mana tokoh populis yang benar benar memperjuangkan rakyat atau hanya memanfaatkan mereka.
Populisme yang sering terjadi di demokrasi Indonesia adalah populisme agama. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki penduduk yang sangat banyak dengan agama Islam yang dianut 86% penduduknya. Banyak politisi memanfaatkan ummat muslim sebagai momentum untuk mendapatkan suara dari umat Muslim dengan dalih agama yang menyebabkan sikap kesetimpangan dan intoleran terhadap ummat yang beragama Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu, dikarenakan umat Muslim tampil sebagai dominan atau mayoritas di Indonesia.
Elite populis menganggap bahwa suara yang paling dipentingkan hanya suara dari umat Muslim saja sedangkan di Indonesia memiliki beragam agama juga yang suara nya yang wajib untuk dipentingkan. Populisme islam yang terjadi di Indonesia merupakan ancaman bagi demokrasi di Indonesia. Karena umat yang tidak beragama Islam dianggap sebagai oposisi yang dikarenakan agama Islam sebagai mayoritas dan dominan dari warga Indonesia. Dengan realita tersebut banyak kasus diskriminasi terhadap kaum minoritas karena superioritas mayoritas.
Fenomena tersebut tidak sesuai dengan konsep “Bhineka Tunggal Ika”.Orang orang menyebutnya sebagai “politik identitas”. Yang merupakan politik memanfaatkan identitas dari suatu kaum yaitu SARA. Dan menggunakan agama sebagai alat untuk kontestasi politik demokrasi di Indonesia yang berpotensi dapat membuat kerusuhan dan perpecahan antar warga negara yang tidak sesuai dengan identitas dalam “politik identitas” tersebut.
Populisme Islam dapat kita ambil contoh dalam kontestasi pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017. Pada tahun 2017 terjadi pilkada di DKI Jakarta dan salah satu kontestan politik yaitu Basuki Thjaja Purnama(Ahok) dibenci karena agama dan juga etnisnya. Dan para umat muslim yang tidak setuju pada ahok mengeluarkan dalih agama dari Al Quran surah Al Maidah ayat 51. Ahok mengeluarkan pendapat tentang surah itu yang membuatnya terkena tuduhan penistaan agama. Saat itulah organisasi rakyat seperti FPI (Front Pembela Islam) menggerakkan massanya untuk demo, protes dan untuk tidak memilih Ahok dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Hal ini menimbulkan efek yang sangat signifikan, Ahok kalah dalam pilkada tersebut.
Pada pemilu presiden pada tahun 2019 peristiwa ini turut terjadi, Jokowi memilih Ma’ruf Amin untuk menjadi cawapres dikarenakan Ma’ruf Amin adalah tokoh agama terkemuka pada saat itu. Lagi, pada pemilu tahun 2024 Anies Baswedan memilih Cak Imin sebagai tokoh agama yang mewakili daerah jawa timur. Dari dua fenomena ini bisa ditarik benang merah bahwa di Indonesia demokrasi dan populisme Islam masih lekat..
Dinamika kontestasi politik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari populisme dari tahun ke tahun. Populisme rentan untuk memecah belah suatu bangsa. Populisme sendiri itu juga tidak mewakilkan suara dari seluruh rakyat.
Referensi:
Abdurrahman. (2021) Apa Itu Populisme?.Available at: https://populis.id/read1560/apa-itu-populisme?page=3 (Accessed: September 15, 2024).
Kasyfilham. (2022) Populisme dan Usaha Merawat Demokrasi. Available at: https://news.detik.com/kolom/d-6176634/populisme-dan-usaha-merawat-demokrasi (Accessed: September 15, 2024).
PinterPolitik. (2022) Ketika Indonesia Dipimpin Populis. Available at: https://www.pinterpolitik.com/ruang-publik/ketika-indonesia-dipimpin-populis/
(Accessed: September 15, 2024).
Fisipolugm. (2017) Gelombang Populisme, Ancaman Bagi Demokrasi di Indonesia. Available at: https://fisipol.ugm.ac.id/gelombang-populisme-ancaman-bagi-demokrasi-di-indonesia/
(Accessed: September 15, 2024).
Carolina. (2022) Apa itu Populisme? – Bahas Teori Politik Populisme dalam Demokrasi. Available at : https://www.zenius.net/blog/populisme (Accessed: September 15, 2024).
Andrios. (2022) Bincang Kebangsaan, Menag Bicara Populisme Agama dan Penguatan Moderasi Beragama. Available at : https://kemenag.go.id/nasional/bincang-kebangsaan-menag-bicara-populisme-agama-dan-penguatan-moderasi-beragama-cesjxf (Accessed: September 15, 2024).
Bachtiar. (2023). Populisme, Agama, dan Pemilu 2024. Available at : https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/08/populisme-agama-dan-pemilu-2024
(Accessed: September 15, 2024).
Pane. (2018) Menyelisik Hubungan Populisme dan Demokrasi. Available at : https://www.balairungpress.com/2018/05/menyelisik-hubungan-populisme-dan-demokrasi/
(Accessed: September 15, 2024).
Anam. (2020). Populisme Agama, Isu Sentimental dan Masyarakat Modern. Available at https://kumparan.com/khoirul-el-zian/populisme-agama-isu-sentimental-dan-masyarakat-modern-1u3Z6Fr6QCJ/full (Accessed: September 15, 2024).
Anditya. (2017). Populisme Sayap Kanan di Negara-Negara Demokratis: Kembalinya Yang-Politis. Available at : https://hi.fisipol.ugm.ac.id/iis_brief/issue06-2017/ (Accessed: September 15, 2024).
Penulis: Omar Rahman
Editor: Jingga R
TAG: #agama #aspirasi #demokrasi #gagasan