» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Surat Cinta Untuk Indonesia
05 Juni 2017 | Opini | Dibaca 15667 kali
Untuk Indonesiaku: Salam Dari Pemuda Foto: Yaqubwalker
Apa kabar negeriku? Bagaimana pendapatmu tentang apa yang terjadi padamu saat ini? Apa engkau bahagia? Atau justru merasa iba? - Irma Sofi

Teruntuk negaraku, Indonesia…

Salam kemerdakaan wahai Indonesiaku!

Apa kabar negeriku? Bagaimana pendapatmu tentang apa yang terjadi padamu saat ini? Apa engkau bahagia? Atau justru merasa iba?

Indonesia, izinkan aku berkeluh kesah padamu tanpa mengurangi rasa hormatku sedikit pun. Sesungguhnya aku malu, bagaimana bisa engkau hanya menyandang status negara berkembang dengan segala kekayaan sumber daya alam yang ada? Bagaimana bisa engkau dijajah produk impor ketika pemerintah menggencarkan gerakan “Cintai Produk dalam Negeri”? Sungguh, maafkan aku jika terkadang masih memilih diam, bahkan bungkam melihat kondisimu.

Indonesiaku, letakmu begitu istimewa. Engkau berada pada tataran garis khatulistiwa, engkau juga di antara dua benua dan dua samudera. Tanahmu begitu kaya akan berbagai jenis tambang. Samuderamu juga menyimpan jutaan keragaman hayati. Bahkan ribuan gugusan pulau besar nan kecil menawarkan pesona alam bak surga dunia. Coba


katakan padaku, kekayaan apa yang tak engkau miliki? Keragaman budaya, suku, ras, agama bahkan kuantitas sumber daya manusia ada padamu.

Wahai Indonesiaku, apakah engkau sudah benar-benar merdeka semenjak sang saka merah putih dikibarkan untuk pertama kalinya? Sekali lagi aku bertanya, apakah engkau benar-benar merasa sudah merdeka? Sungguh aku tak bisa membayangkan apa yang engkau rasakan kini. Mungkin engkau akan menangis, merintih , merasa iba melihat kondisi bangsamu yang nyaris porak poranda akibat rasa intoleransi, korupsi bahkan intimidasi terhadap kelompok-kelompok minoritas.

Indonesia, apa yang harus kami lakukan untuk menjadikanmu sebagai negara yang merdeka seutuhnya? Apakah harus kami tempuh melalui jalur pendidikan saja? Ah, rasanya jumlah instansi pendidikan dinegeri ini sudah menjamur dari milik negara hingga swasta. Bahkan tidak sedikit pula yang memilih untuk menimba ilmu dinegeri orang. Namun sayang, sepertinya tingginya pendidikan tak selalu merepresentasikan loyalitas jiwa nasionalisme untuk memajukan negeri ini.

Indonesiaku janganlah engkau merasa sakit hati atas ucapanku. Aku melakukan ini karena aku peduli padamu! Peduli akan masa depanmu! Aku yakin, engkau layak menyandang gelar sebagai  negara maju yang adidaya.

Negeriku, mari kita tinggalkan budaya warisan kolonial yang telah membuatmu selalu bergantung pada negara lain. Aku sangat takut engkau akan kehilangan identitasmu, takut kehilangan pesona alammu, bahkan kearifan lokal yang suatu saat mungkin akan di klaim negara lain. Maka dari itu, sudah saatnya kita bangkit! Kita harus sadar! Jangan sampai cita-cita ini hanya sebatas angan dan harapan.

Mari kita tuntaskan satu persatu problematika yang ada, khususnya masalah mentalitas  dan moralitas sumber daya manusia (SDM) yang ada. Aku tidak beranggapan bahwa SDM kita bodoh. Aku sangat percaya kita memiliki SDM yang cerdas dan berwawasan luas. Namun rasanyanya kecerdasan saja tak pernah cukup. Karena yang cerdas bisa saja menindas akibat hilangnya moralitas .

Aku percaya, selama moralitas masih bersemayam dalam jiwa pemuda, Indonesia akan mampu menjadi macan Asia bahkan layak disejajarkan dengan negara adidaya sekelas Amerika. Moralitas yang baik tentu akan menghasilkan sistem kebijakan yang baik. Sehingga istilah “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak hanya sekedar landasan prinsipil yang sebatas tekstual tanpa kontekstual.

Selamat bangkit dan berjuang bangsaku! Aku berjanji padamu untuk memperkenalkanmu pada dunia. Aku akan membuatmu bangga memiliki generasi muda seperti kami. Aku akan mengabdi padamu hingga batas akhir usiaku. Doakan kami mampu mewujudkan impianmu, menjadi negara Indonesia Emas di tahun 2045. Sekian surat cinta dariku untukmu, selamat bertemu di masa depan yang lebih cerah. 

 

Salam dariku, Pemudi Indonesia.

 

Penulis : Irma Ayu Sofiyani

Editor    : Choir


TAG#demokrasi  #fisip-unair  #lpm-retorika  #pemerintahan