Climate change is real! Ungkapan tersebut sudah lama bersliweran di media sosial dan internet, tetapi rasanya baru akhir-akhir ini dapat dimaknai secara mendalam. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun telah melaporkan bahwa perubahan iklim terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, akibatnya banyak bencana alam yang terjadi secara global mulai dari kebakaran sampai banjir.
retorika.id-Pada 9 Agustus 2021 lalu, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagai organisasi di bawah PBB yang berfokus pada perubahan iklim mengeluarkan laporannya mengenai perubahan iklim yang terjadi secara global. Dalam laporan yang diunggah di laman resmi IPCC, para peneliti mengungkapkan bahwa perubahan iklim masih akan terus terjadi dengan suhu yang terus meningkat hingga 1,5-2 derajat Celcius dalam beberapa dekade mendatang. Kenaikan suhu tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dari emisi gas rumah kaca yang sebagian besar disumbangkan oleh manusia.
Bahkan dalam laporannya, IPCC menyatakan bahwa kenaikan suhu ini merupakan “kode merah” bagi umat manusia. Para peneliti mengungkapkan bahwa sudah terlambat untuk menghentikan pemanasan global yang akan terjadi selama 30 tahun kedepan. Meskipun negara-negara mulai mengurangi emisi gas rumah kacanya secara drastis, suhu bumi akan tetap meningkat.
Perubahan iklim yang terjadi sejatinya tidak hanya berputar soal kenaikan suhu. Melainkan juga membawa kepada perubahan lain seperti siklus air yang semakin tinggi, gelombang panas, kenaikan air laut, cairnya lapisan es di kutub, dan bencana-bencana lainnya.
Laporan yang diterbitkan oleh IPCC pun juga diperkuat dengan banyaknya berita tentang kebakaran hutan, banjir, dan bencana alam lainnya baik di dalam atau luar negeri.
Dixie Fire di Kalifornia
Dixie Fire merupakan kebakaran hutan kedua terbesar yang terjadi di Kalifornia Amerika Utara, tepatnya di wilayah Butte, Plumas, dan Lassen. Kebakaran mulai terjadi pada (13/7/2021) dan belum kunjung padam hingga berita ini ditulis (17/8/2021). Api berasal dari gelombang panas yang membuat hutan menjadi kering dan mudah terbakar. Hal tersebut didukung pula dengan cuaca panas dan angina kencang.
Api yang sudah membakar 578,897 hektar hutan ini menimbulkan berbagai kerusakan pada perumahan dan kendaraan yag ada di sekitarnya. Warga yang berada di sekitar lokasi di evakuasi dan jalan-jalan ditutup
Kebakaran Hutan di Eropa
Terhitung banyak Negara-negara di Eropa seperti Yunani, Italia, maupun Turki yang mengalami kebakaran hutan akibat gelombang panas ekstrem yang menimpa benua tersebut.
Tercatat, Syracuse, sebuah kota di pantai pulau Sisilia Italia, memiliki suhu mencapai 119,85 derajat Fahrenheit (48,8 derajat Celcius) pada Rabu (11/8/2021). Suhu tersebut merupakan suhu ekstrem yang mengalahkan rekor suhu tinggi sebelumnya sebesar 40 derajat Celcius di Athena, Yunani.
pada (24/7/202) Italia diketahui mengalami kebakaran hutan, yang menghanguskan kurang lebih 20 ribu hektar hutan. Sekitar 1500 warga yang berada disekitar wilayah tersebut pun dievakuasi. Akibat dari kebakaran tersebut, kualitas udara dan suhu yang ada di Italia serta negara-negara sekitar seperti Yunani ikut terdampak.
Kemudian, dilansir dari Guardian.com, kebakaran juga tejadi di Yunani pada (23/7/2021) tepatnya di Pulau Evia dan Taman Nasional Athena pada awal agustus. Kebakaran tersebut menyebar cepat dan mengakibatkan dua kebakaran baru (16/8/2021) yang akhirnya memicu peringatan evakuasi bagi para warga. Berdasarkan laporan yang diterima, tidak ada korban jiwa dari kebakaran baru ini, tetapi beberapa bangunan terkena dampak dari kebakaran tersebut. Selain itu juga membuat Negara mediteranian lainnya seperti Turki dan Tunisia terkena dampaknya.
Yang mana kebakaran di Turki juga masih belum padam. Terakhir, sebuah pesawat dari Rusia yang berisi delapan awak terjatuh dalam misinya memadamkan api, mirisnya kedelapan petugas pemadam tersebut tidak ada yang selamat.
Sehingga dalam hal ini, Kebakaran yang terjadi di negara-negara Eropa itu berkaitan satu sama lain karena satu kebakaran dapat mempengaruhi wilayah bahkan Negara lainnya. Maka dari itu, ketika Italia pertama kali melaporkan bahwa hutannya terbakar, tidak lama setelah itu, Yunani, Turki, dan bahkan Spanyol juga ikut dilanda kebakaran Hutan.
Kebakaran Sabana di Pulau Komodo
Pada Sabtu (7/8/2021), Sabana yang ada di Pulau Komodo, tepatnya di titik Laju Pemali Pulau Komodo sebelah barat, telah terbakar. Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH), Wiranto, kebakaran itu disebabkan karena suhu yang tinggi dan musim kering sehingga membuat sabana mudah terbakar.
Namun bersyukurnya tidak ada korban jiwa dari peristiwa ini, komodo-komodo yang ada pun aman karena tempat kejadian kebakaran bukan merupakan tempat komodo berada. Kobaran api juga berhasil dipadamkan kurang lebih 16 jam setelah laporan kebakaran diterima.
Banjir Bandang di Turki
Tidak hanya kebakaran hutan, Turki juga sedang menghadapi banjir bandang yang melanda wilayah pesisirnya, tepatnya di wilayah Laut Hitam. Dari kejadian ini, terdapat 77 korban tewas dan 42 orang lainnya dinyatakan hilang. Sekitar 2.250 warga dievakuasi karena banjir sudah merusak berbagai fasilitas yang ada seperti jembatan, jalan, dan suplai listrik di 330 desa.
Banjir ini merupakan banjir bandang terburuk yang ada di sejarah Turki. Menteri Kehutanan dan Agrikultur Turki, Bekir Pakdemirli mengatakan bahwa wilayah yang terdampak sedang menghadapi bencana yang tidak pernah dilihat sejak 50 atau 100 tahun terakhir.
Tentu masih banyak sekali bencana yang terjadi akibat perubahan iklim yang kian mengganas. Walaupun IPCC menyatakan bahwa umat manusia sudah terlambat dalam mengurangi kenaikan suhu dalam beberapa dekade mendatang, tetapi dalam laporannya, IPCC telah memberikan lima skenario dalam penanggulangan perubahan iklim ini. Tentunya skenario ini dibuat agar emisi yang ada menjadi lebih kecil agar efek yang terjadi juga melambat.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk ikut membantu memperlambat proses perubahan iklim?. Lakukanlah mulai dari hal-hal sederhana seperti menggunakan listrik dan air secukupnya, berpergian menggunakan angkutan umum supaya tidak menyumbang emisi karbondioksida, mengurangi pemakaian plastik dan sedotan, serta memakai bahan-bahan daur ulang.
Penulis: Kadek Putri Maharani
Editor: Dina Marga H
Referensi:
BBC (2021, 15 Agustus). Perubahan iklim: Benarkah jadi penyulut memburuknya kebakaran lahan dan hutan di berbagai penjuru dunia?. Diperoleh dari: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58171052?xtor=AL-73-[partner]-[viva.co.id]-[headline]-[indonesian]-[bizdev]-[isapi] ( diakses pada 16 Agustus 2021)
CNN Indonesia (2021, 9 Agustus). 'Dixie Fire' Jadi Kebakaran Kedua Terbesar di California.Diperoleh dari: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210809020234-134-677996/dixie-fire-jadi-kebakaran-kedua-terbesar-di-california ( diakses pada 17 Agustus 2021)
CNN Indonesia (2021, 17 Agustus).Korban Tewas Banjir Bandang Turki Bertambah Jadi 77 Orang. Diperoleh dari:https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210817033251-134-681352/korban-tewas-banjir-bandang-turki-bertambah-jadi-77-orang (diakses pada 17 Agustus 2021)
IPCC (2021, 9 Agustus). Climate change widespread, rapid, and intensifying. Diperoleh dari: https://www.ipcc.ch/2021/08/09/ar6-wg1-20210809-pr/ (diakses pada 16 Agustus 2021)
The Guardian (2021, 13 Agustus). All that’s left are ashes’: Italian communities count cost of wildfires.Diperoleh dari:https://www.theguardian.com/world/2021/aug/13/all-thats-left-are-ashes-italian-communities-count-cost-of-wildfires (diakses pada 17 Agustus 2021)
The Guardian (2021, 13 Agustus). Turkey flood deaths rise as fresh fires erupt on Greek island of Evia. Diperoleh dari :https://www.theguardian.com/world/2021/aug/13/turkey-flood-deaths-rise-fresh-fires-erupt-greek-island-evia (diakses pada 17 Agustus 2021)
TAG: #lingkungan # # #