Lebanon berlarut-larut terjerat kedalam krisis ekonomi politik, kabar buruknya perekonomian Lebanon minus 20,3 % di tahun 2021 sehingga mengakibatkan hampir setengah penduduk hidup di garis kemiskinan karena harga kebutuhan yang melambung tinggi. Disisi lain, perdebatan antara Saad Hariri dan Michel Aoun yang tidak kunjung usai semakin memperparah kondisi. Hingga memaksa Hariri untuk mengundurkan diri karena sulit mencapai kesepakatan dengan Aoun.
retorika.id-Lebanon merupakan negara kecil dengan penghuninya sekitar 6 juta penduduk berada diantara Suriah dan Israel di Mediterania, selama ini Lebanon terkenal sebagai negara yang mengakui keberagaman agama. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam dan Kristen, namun terdapat juga 18 sekte agama yang diakui oleh Lebanon berdasarkan kesepakatan bersama.
Negara ini mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1850-an, kemudian tercatat pada tahun 2018-2019 terjadi resesi ekonomi yang berdampak pada jatuhnya nilai mata uang. Pada tahun 2020, Lebanon menjadi negara dengan rasio utang tertinggi di dunia hingga pihaknya mengajak negoisasi IMF (International Monetary Fund) untuk meminta bantuan guna menghadapi krisis.
Menginjak tahun 2021, kabar buruk menyelimuti Lebanon bahwa ekonominya minus 20,3% membuat negara tersebut terlunta-lunta menuju kehancuran. Hiperinflasi dan kelangkaan bahan pokok membuat warga frustasi. Apalagi saat ini Lebanon juga sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-19 turut memperkeruh situasi di Lebanon yang konon pernah dijuluki sebagai Swiss Timur Tengah kini menjadi fail state.
Situasi Politik di Lebanon
Krisis di Lebanon tidak terlepas dari situasi politik yang tidak kondusif karena sistem yang korup semakin mengguncang Lebanon. Para elite politik lebih mempertahankan previlage-nya dibandingkan menghadapi situasi negara yang sedang dilanda kesulitan. Mereka gagal melakukan reformasi untuk memecahkan masalah negara yang mengakibatkan Saad Hariri selaku Perdana Menteri (PM) Lebanon mengundurkan diri pada Oktober 2019 karena protes nasional yang mengutuk kelas politik.
Namun setelah itu, setahun kemudian Hariri dipilih kembali setelah ledakan besar di Beirut yang menewaskan banyak orang. Hariri dipercaya untuk membentuk kabinet baru dengan misi reformasi ekonomi, keuangan, dan administrasi guna mengatasi krisis ekonomi yang diperburuk oleh pandemi Covid.
Tetapi semenjak Hariri ditunjuk dan dipastikan terpilih kembali sebagai PM terjadi perebutan kekuasaan antara Hariri, Michel
Aoun selaku Presiden Lebanon dan Gebran Bassil yang mengepalai blok terbesar di parlemen. Para pemimpin puncak saling bersitegang atas bentuk pemerintahan, padahal di sisi lain kondisi negara sedang tidak baik-baik saja. Mereka saling menyalahkan siapa yang harus bertanggungjawab atas kebuntuan yang terjadi saat ini.
Setelah delapan bulan terakhir dihitung semenjak ia berupaya membentuk kabinet pemerintahan, Hariri mengundurkan diri kembali karena mengalami kegagalan dan sulit mencapai kesepemahaman dengan Aoun yang menginginkan amandemen terkait perubahan kementrian, distribusi sektarian dan nama- nama yang memiliki keterkaitan dengannya. Sedangkan Hariri lebih memilih kandidat berdasarkan keahlian dan kemampuan untuk melakukan reformasi sehingga hal ini mengakibatkan kebuntuan politik.
Lebih lanjut perdebatan antara Hariri dan Aoun mengenai proposal, bahwasanya proposal yang diajukan oleh Hariri kepada Aoun mengenai pembentukan kabinet yang baru dianggap tidak mewakili kristen dan menolak adanya sistem pembagian kekuasaan berbasis sektarian. Disisi lain, Hariri menganggap bahwa Aoun menginginkan terlalu banyak bagian dalam pemerintahan.
Kondisi Penduduk Lebanon Terhadap Gejolak Ekonomi dan Politik
Akibat adanya krisis ekonomi, penduduk Lebanon harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hampir dari setengah penduduk Lebanon hidup digaris kemiskinan karena harga bahan- bahan melonjak tinggi dan pendapatan masyarakat menurun. Banyak penduduk yang tidak mampu membeli daging, sehingga para penduduk hidup menjadi vegetarian.
Dalam hal ini makanan bagi suatu hal yang mewah bagi penduduk Lebanon, apalagi kini Lebanon juga dihantam pandemi sehingga jurang ketimpangan sosial ekonomi semakin buruk. Selain itu, perusahaan air Lebanon Utara turut mengumumkan sebagai keadaan darurat tinggi sebab pompa air harus ditutup dan pihaknya kekurangan listrik, sehingga memaksa para penduduk untuk menghemat air, ditambah pemadaman listrik yang hampir setiap hari dilakukan.
Obat-obatan pun juga mengalami kelangkaan, sehingga penduduk Lebanon yang memiliki penyakit kronis diambang kematian karena stok obat yang kosong. Menghadapi situasi ini, Penduduk pun tidak tinggal diam dan berupaya melakukan protes terhadap pemerintahan dengan cara berdemontrasi dan memblokade jalan utama.
Persengkataan antara Saad Hariri dan Michel Aoun yang tiada henti juga membuat penduduk geram, sebab saat ini penduduk sedang mengalami situasi sulit hingga akhirnya kerusuhan pun pecah di Lebanon akibat mundurnya Hariri sebagai PM.
Padahal para penduduk berharap bahwa pemerintah segera menyelesaikan permasalahan yang telah lama membelenggu Lebanon, namun realitanya para pemimpin sibuk terlibat konflik satu sama lain.
Bantuan Dunia Internasional Untuk Lebanon
Menteri Pertahanan Israel yakni Benny Gantz menawarkan bantuan kepada Lebanon untuk dapat berjuang menghadapi krisis, bahkan bantuan dari Israel ini bukan pertama kalinya, sebab sebelumnya Isreal juga turut memberikan bantuan berupa bantuan kemanusiaan dan medis.
Sama halnya dengan Israel, Emmanuel Macron yang menjabat sebagai Presiden Perancis buka suara terhadap krisis ekonomi-politik yang melanda Lebanon, sebelumnya konferensi pernah digelar sesudah ledakan di Beirut, akan tetapi kini digelar kembali. Macron berencana mengumpulkan bantuan bagi Lebanon.
Dengan melihat iklim politik yang selalu menuai kisruh, Macron menyatakan bahwa pemerintah Lebanon telah gagal mengakhiri krisis, disatu sisi mundurnya Hariri menjelaskan bahwa ada kebuntuan politik yang disengaja.
Selanjutnya Qatar juga merespon atas kondisi yang sedang terjadi di Lebanon, melalui Menteri Luar Negerinya yakni Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, Qatar akan menyumbang 70 ton bahan pangan. Selain itu Syeikh juga mendesak pemerintah lebanon untuk segera mencapai stabilitas politik agar bisa fokus menangani krisis ekonomi.
Penulis : Dina Marga H
Editor : Najmah Rindu Aisy
REFERENSI:
Christiastuti, Novi.(2021, 09 Juli). Lebanon Dilanda Krisis Ekonomi Parah, Israel Tawarkan Bantuan. Diakses pada 19 Juli 2021, dari: https://news.detik.com/internasional/d-5637344/lebanon-dilanda-krisis-ekonomi-parah-israel-tawarkan-bantuan
Nugrahani, Andari W. (2021, 17 Juli). Krisis Lebanon: Calon Perdana Menteri Saad Hariri Mengundurkan Diri. Diakses pada 19 Juli 2021, dari: https://www.tribunnews.com/internasional/2021/07/17/krisis-lebanon-calon-perdana-menteri-saad-hariri-mengundurkan-diri?page=4
Sorongan, Patrio T. (2021,16 Juli). Lebanon Makin Chaos! Ekonominya Nyungsep, Calon PM Mundur. Diakses pada 19 Juli 2021, dari: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210716081328-4-261346/lebanon-makin-chaos-ekonominya-nyungsep-calon-pm-mundur
VoaIndonesia.com. (2021, 16 Juli). Presiden Perancis akan Selenggarakan Konferensi Internasional Soal Lebanon. Diakses pada 19 Juli 2021, dari: https://www.voaindonesia.com/a/presiden-perancis-akan-selenggarakan-konferensi-internasional-soal-lebanon/5968686.html
Wirawan, Unggul. (2021, 15 Juli). PM Lebanon Saad Hariri Mengundurkan Diri. Diakses pada 19 Juli 2021, dari: https://www.beritasatu.com/dunia/801141/pm-lebanon-saad-hariri-mengundurkan-diri
TAG: #ekonomi #politik #sosial #