» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Mild Report
May Day: Simbol Perjuangan Kelas Proletar
01 Mei 2017 | Mild Report | Dibaca 3362 kali
Peringatan May Day : Hari Buruh Foto: america.aljazeera
Peringatan May Day sangat lekat dengan simbol perjuangan kelas proletar yang menuntut hak-hak normatif atas kesejahteraan buruh.

retorika.id - Lahirnya May Day tak bisa dilepaskan dari berbagai rangkaian perjuangan kelas proletar untuk meraih kendali ekonomi-politis dan hak-hak industrial. Kelas proletar seringkali dianggap sebagai kelasnya para pekerja. Kondisi  ini sangat kontras dengan posisi kelas borjuis yang memiliki otoritas penuh untuk menguasai seluruh rangkaian sistem produksi.

Keberadaan kelas proletar seringkali mengalami ketertindasan atas kelompok borjuis. Hal ini bisa dilihat dari aksi pemogokan pertama kelas pekerja  Cordwainers di Amerika Serikat pada tahun 1806. Saat itu para buruh memprotes durasi waktu kerja yang mencapai 20 jam perhari. Kebijakan kelompok borjuis tersebut menuai amarah dan perlawanan dari kalangan kelas proletar. Mereka pada umumnya


melakukan tuntutan efisiensi jam kerja serta pemberian upah yang layak.

Jika dianalisis menggunakan perspektif Karl Marx, perjuangan kelompok proletar ini berawal dari kesadaran atas pemerasan kelompok borjuis melalui pemberian upah rendah dan jam kerja yang tidak manusiawi. Kesadaran inilah akhirnya mengilhami peristiwa Hari Buruh pertama di New York pada tanggal 5 September 1882. Dalam peristiwa yang dihadiri oleh 20.000 partisipan tersebut, kaum proletar menggaungkan tuntutan pembatasan durasi kerja maksimal 8 jam sehari. Meskipun peristiwa tersebut belum memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan buruh, tetapi gelora perjuangan kelas proletar mampu menginspirasi pergerakan buruh di berbagai negara .

Pada tahun tahun 1887, Kota Oregon melakukan terobosan besar dengan  menjadikan tanggal 5 September sebagai hari libur umum. Terobosan tersebut, turut serta menggerakan  negara-negara lain menetapkan hari libur untuk para pakerjanya.

Pergerakan lain yang menjadi tonggak sejarah peringatan May Day adalah peristiwa Haymarket. Tragedi  Haymarket harus dibayar mahal dengan tewasnya ratusan orang tertembak timah panas milik polisi Amerika. Bagi aktifis gerakan May Day, tragedi Haymarket bukan sekadar sebuah drama perjuangan tuntunan durasi kerja delapan jam sehari. Momentum tersebut lebih dimaknai sebagai upaya revolusioner memperjuangkan kesejahteraan hidup  buruh menjadi lebih baik.

Peristiwa Haymarket ini telah memberi konsekuensi logis terhadap penetapan 1 Mei sebagai hari libur pekerja atau lebih dikenal sebagai May Day. Penetapan ini bertujuan untuk memperingati kematian para martir di Haymarket. Adapun makna penggunaan bendera merah ialah simbol pertumpahan darah.

Peringatan May Day sangat lekat dengan  simbol perjuangan kelas proletar menuntut hak-hak normatifnya. Andai saja saat itu kaum proletar memilih mundur untuk mengindari segala resiko, maka moment May Day tak akan pernah ada.

Hingga kini peringatan May Day masih tetap relevan untuk merepresentasikan perjuangan kaum buruh. Namun perbedaan mendasar antara perjuangan buruh masa lalu dan masa kini tidak lagi terbatas pada tuntutan upah layak. Kompleksitas problematika buruh masa kini lebih menekankan pada penolakan sistem outsourcing, tuntutan hidup layak dan jaminan kesehatan.

 

Penulis : Rizky Febrian

Editor : Choir


TAG#demokrasi  #demonstrasi  #ekonomi  #humaniora