
Setelah berbagai perubahan waktu, akhirnya acara Expo PDB 2024 berhasil terlaksana pada Kamis (20/06/2024). Sayangnya, dalam pelaksanaan Expo PDB kali ini, terdapat beberapa keluhan yang datang dari peserta. Beberapa mahasiswa berkeluh-kesah tentang adanya info yang serba mendadak terkait tanggal pelaksanaan, mekanisme, fasilitas, hingga berujung pada kesimpangsiuran informasi yang diberikan. Di sisi lain, keterbatasan dan kekurangan fasilitas yang diberikan turut berimplikasi pada ketidakmaksimalan peserta dalam melangsungkan Expo.
Retorika.id - Rangkaian perkuliahan Pembelajaran Dasar Bersama (PDB) selama dua semester akhirnya telah selesai. Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya Expo PDB 2024 pada Kamis (20/06/2024). Sama seperti perkuliahan PDB, acara ini juga wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa semester 2 Unair yang berjumlah kurang lebih 9.000 orang. Berbagai hal pun berusaha dipersiapkan dengan matang oleh para mahasiswa demi menampilkan performa terbaik dalam unjuk kreativitas pada pelaksanaan proyek akhir ini. Meski begitu, masih terdengar huru-hara keluhan di masa persiapan bahkan saat hari-H Expo berlangsung.
Salah satu masalah yang mencuat adalah tanggal pelaksanaan Expo PDB 2024 yang sempat simpang siur dan tidak pasti. Di salah satu pesan berantai yang tersebar di beberapa grup kelas PDB, disebutkan bahwa jadwal Expo yang semula dilaksanakan pada tanggal 7 Juni harus diundur ke tanggal 15 Juni karena Rektor Unair, Moh. Nasih, masih berada di Amerika Serikat. Sayangnya, pengunduran tanggal pelaksanaan tersebut justru bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Hingga akhirnya, dalam surat resmi yang dirilis oleh Direktorat Pendidikan, pelaksanaan Expo PDB ditetapkan pada tanggal 20 Juni.
Selain itu, Miranda pun turut mengeluhkan ketidakjelasan informasi yang beredar, khususnya keterbatasan fasilitas yang digunakan. Dalam keterangannya, ia menambahkan, "Awalnya di satu tenant itu dua meja untuk dua kelas. Nah itu udah kisruh, lah apaan sih masa satu tenant sekecil ini dua meja dan itu dua kelas. Yang dua meja satu tenda itu akhirnya dibatalin, direvisi, satu meja satu tenda, disediain satu stop kontak. Tapi, tadi malam tiba-tiba diumumin
kalau hanya menyediakan stop kontak di beberapa titik, kami yang harus bawa stop kontak tambahan, gitu.”
Ia melanjutkan bahwa adanya keterbatasan stop kontak ini membuat minimnya eksekusi dekorasi yang sudah direncanakan untuk tenda.
"Menurutku instagramnya nggak informatif sama sekali. Soalnya di feeds-nya tuh, dia nggak ada, misal, guidebook, ditaruh di feeds nggak ada. Kaya cuma pemberitahuan kalau ini mundur tanggal 20, terus abis itu kaya countdown, H-3 H-2 H-1 gitu."
Segi penyebaran informasi melalui fitur snapgram pun, Dandi juga merasa masih kurang. "Nah (informasi) di SG (snapgram) pun nggak ada. Di snapgram pun baru kemarin mereka buat QnA nya kalau nggak salah. Jadi, ya simpang siur banget sih."
Adanya keterbatasan dan kesimpangsiuran ini juga berimplikasi akan adanya kebingungan dari mahasiswa sendiri, "Kemarin ada temanku yang nanya ke aku, ini beneran dua tenda dibuat tiga kelas? Soalnya ada dulu-dulu yg pernah bilang kayak gitu, baru tahu kemarin," tutur Dandi lagi dalam wawancaranya.
“Sebenarnya kalau dari panitia sendiri memandang diri sendiri sebagai penengahnya. Jadi info dari UPKK ke panitia itu sering dadakan, contohnya, ini tadi tenda baru dikabarin kalau ada yang kurang satu meja, dan sebagainya. Ini baru disuruh ngambil meja, kursi, baru banget ini suruh ngambil. Dari panitia menyampaikannya ke mahasiswa itu juga susah. Dan dari panitia juga merasa kalau mahasiswa angkatan '23 juga kaya kurang suka membaca, padahal kita juga udah share info tiap hari, tiap waktu, guidebook dari Instagram, dan sebagainya. Juga kita koordinasi dengan komting-komting per kelas.”
Panitia juga merasakan banyak kendala juga terkait informasi yang disampaikan. Pasalnya, revisi final dari informasi yang dimuat dalam guidebook baru diterima di awal bulan Juni. “Kita baru dikirim sebelum tanggal 8 acara, dua atau tiga hari, itu kita baru dikasih versi final. Akhirnya kita ngumumin lagi tentang Expo itu tanggal pelaksanaannya mundur tanggal 15. Itu selang beberapa hari baru diumumin yang tanggal 20, dan itu masih rancu juga.”
“Awalnya tuh bilangnya gratis, terus disuruh bayar Rp.25.000, terus waktu kemarin pagi bilang naik Rp.50.000, kita masih menyanggupi. Terus, benar-benar malam kemarin, ngga ada H-24 jam, mereka naikin Rp.75.000. Duit dari mana? Terus panitianya bilang gini, kita udah usahain nego, tapi dari vendornya itu nggak mau. Terus dinego-nego, bisa sih turun tapi tetep nambah gitu, 60 (ribu). Padahal dari awal kan aslinya gratis, tahun lalu juga gratis katanya. Tapi naiknya banyak banget gitu loh. Kita kan juga dari ormawa, bukan dari luar, dari Unairnya sendiri yang nyewa.” jelas Fafa (nama samaran), salah satu anggota ormawa penyewa tenda Expo.
Berbagai keluhan yang mencuat di antara para mahasiswa terkait persiapan dan pelaksanaan PDB Expo ini kemudian ditanggapi oleh Ketua UPKK, Syahrur Marta Dwisusilo, sebagai penanggung jawab gelaran Expo PDB tahun ini. “Selama ini sebenarnya (informasi) dikelola oleh masing-masing dari PJMK ya, dari dosen penanggung jawab matkul. Sejauh ini koordinasi cukup berjalan lancar, karena dari beberapa rapat yg rutin dilakukan, dan dari teman-teman mahasiswa juga melakukannya dengan senang, jadi semua ini bisa berjalan dengan baik.”
“Sebenarnya tidak begitu menjadi permasalahan dari panitia, karena sebenarnya kan ini momen juga bagi Anda untuk bertemu dengan Pak Rektor, Pak Warek. Dalam sehari-hari kan jarang ketemu, sehingga lebih baik kita mengundur acara tapi anda bisa berinteraksi dengan Pak Rektor daripada kita melancarkan acara tapi tidak ada momen untuk berinteraksi dengan Pak Rektor. Sehingga ini bagi kami tidak menjadi permasalahan. Dalam kalender akademik ini masih pertemuan ke-14, dan juga masih masa waktu juga masih masa ujian belum masuk masa liburan,” jelasnya.
“Sebenarnya kita ingin fokusnya ke tenda-tenda teman anda yang membuat proyek, bukan untuk yang makan-makan itu. Karena tahun lalu itu ada kasus juga, terjadi jual-beli di antara mahasiswa ketika kita gratiskan, diberikan ke pihak kedua, ketiga, jadi ini menjadi catatan kami karena ini penyimpangan, sehingga nanti tujuannya tidak murni. Yang awalnya ingin bersenang-senang tapi ada yang mengambil keuntungan sendiri, saya rasa itu tidak baik. Jangan sampai teman-teman yang lain melakukan dengan sukarela, ternyata ada satu dua orang yang mengambil keuntungan. Sehingga kemudian kita berikan biaya supaya mengurangi itu. Tapi sebenarnya tujuan kita malah nggak ada (re: penyewaan tenda untuk pihak lain). Untuk tarif penyewaannya di teknis di panitia ya, saya sendiri dari UPKK tidak sampai menanyakan hal itu dan tujuannya juga bukan mendapatkan keuntungan, karena dana yg dikeluarkan jauh lebih besar. Nanti kontribusinya juga dikembalikan untuk tenda, dan segala macam (re: keperluan operasional lainnya),” terangnya.
Terakhir, terlepas dari berbagai aduan yang dilayangkan mahasiswa, Syahrur berharap Expo PDB tahun depan bisa lebih mewadahi karya-karya kreatif mahasiswa dengan lebih maksimal. “Tahun depan harapannya ada produk seperti disampaikan pak Rektor tadi, ada produk visualnya, ada sesuatu yang lebih dan benar-benar bisa langsung dinikmati oleh masyarakat. Buku salah satunya, tapi mungkin buku itu yang baca tidak banyak ya, karena anak-anak sekarang kan kurang minat membaca. jadi mungkin itu harapannya kedepannya, bagaimana membuat budaya visual, reformasinya ke sana,” pungkasnya.
Penulis: Aveny Raisa, Naara Nava, dan Pinkan
Editor: Vraza Cecilia
TAG: #akademik #universitas-airlangga # #