» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Unair Memanggil vs Sabda Airlangga: Siapa Dalang, Siapa Ditunggang?
05 Februari 2024 | Liputan Khusus | Dibaca 5631 kali
Unair akhirnya angkat suara menyusul gelombang pengambilan sikap oleh perguruan tinggi di Indonesia terkait dinamika politik dewasa ini. Namun, suara yang ada terbagi menjadi dua kubu: gelaran “Airlangga Memanggil” dan “Sabda Airlangga”. Ada apa?

retorika.id -  Unair akhirnya menyusul berbagai perguruan tinggi lain menyatakan sikap terkait dinamika politik dan demokrasi dewasa ini. Akan tetapi, suara Unair seakan terpecah menjadi dua kubu dengan dua acara yang berbeda: “Unair Memanggil” yang diusung dosen, guru besar, dan civitas akademika, serta “Sabda Airlangga” yang dimotori Asadur Rahman Muhammad, calon legislatif Partai Gerindra.

Unair Memanggil dan Penggembosannya

Acara “Unair Memanggil” digelar pada Senin (5/2/2024) pagi. Dalam acara tersebut, dibacakan manifesto Unair Memanggil yang ditandatangani oleh 120 dosen, guru besar, civitas akademika, dan alumni Unair yang mengatasnamakan keluarga besar Universitas Airlangga.

Manifesto tersebut berisi:

  1. Mengecam segala bentuk praktek pelemahan demokrasi
  2. Mendesak Presiden dan Aparat Negara untuk menghormati dan menjamin kemerdekaan atas hak-hak sipil dan politik, juga ekonomi, sosial dan budaya bagi tiap Warga Negara
  3. Mendesak penyelenggaraan Pemilu Luber-Jurdil tanpa intervensi penguasa, tanpa kecurangan, tanpa kekerasan, dan mengutuk segala praktek jual beli suara (politik uang) yang dilakukan oleh peserta pemilu.
  4. Mengecam segala bentuk intervensi dan intimidasi terhadap kebebasan mimbar-mimbar akademik di Perguruan Tinggi.

Kendati acara ini diinisiasi oleh keluarga besar civitas akademika Unair, Universitas Airlangga sebagai lembaga tidak berpihak pada mereka dan justru mengimbau untuk mengambil posisi netral dan melarang para tenaga kependidikannya untuk turut serta dalam acara ini. Lebih jauh, beberapa bukti menunjukkan terdapat usaha-usaha pelemahan secara struktur dan sistematis terhadap aksi Airlangga Memanggil oleh pihak kampus.

Pertama, surat izin bernomor 1.1.1/Perizinan/II/2024 oleh Sekretariat Unair Memanggil diabaikan oleh Karnaji, Direktur Logistik, Keamanan, Ketertiban, dan Lingkungan (Dir. LKKL) Unair. Surat tersebut merupakan perizinan untuk menggunakan halaman depan gedung Pascasarjana Unair. Lebih lanjut, sumber Retorika yang menolak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Karnaji justru mengontak salah satu penggagas Unair Memanggil dan menyatakan larangan untuk menggunakan halaman pascasarjana Unair dan, meneruskan saran dari Rektor, mengarahkan acara Unair Memanggil dilaksanakan di luar lingkungan Unair. Bahkan, menurut sumber Retorika, pihak Unair


sudah siap menyewakan tempat agar acara bisa digelar di luar kampus.

Kedua, terdapat pesan berantai dari beberapa pejabat kampus yang mengimbau para dosen untuk tidak mengikuti acara ini. Badan Pertimbangan Fakultas (BPF) FH Unair, misalnya, mengirimkan pesan berantai yang berisikan himbauan untuk “menahan diri dari berpartisipasi” dalam acara Unair Memanggil. Senada dengan hal tersebut, terdapat pesan serupa yang diduga kuat bermuara dari FEB, berisikan himbauan untuk tidak mengikuti acara ini.

Pelemahan juga terjadi di FISIP. Terdapat pesan senada yang dikirim oleh Dekan FISIP Unair, Prof. Bagong kepada dosen-dosen FISIP Unair. Pesan pribadi tersebut berisikan himbauan dan permohonan untuk tidak mengatasnamakan acara Unair Memanggil sebagai kegiatan resmi Unair, melainkan tindakan pribadi. Dirinya juga menyatakan kekhawatiran bahwa gerakan tersebut akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik partisipan, sehingga Unair sebagai lembaga pendidikan memutuskan untuk netral. Lebih lanjut, Dekan FISIP Unair mengirimkan pesan kepada beberapa dosen muda yang enggan disebutkan namanya, untuk “sebaiknya tidak usah hadir di acara besok (Unair Memanggil), nggih,” secara eksplisit.

Tudingan bahwa acara Unair Memanggil berisiko ditunggangi politik partisan dibantah langsung oleh Airlangga Pribadi Kusman, dosen prodi Ilmu Politik Unair. Dalam orasinya, beliau menegaskan bahwa aksi kali ini tidak ada kaitannya dengan politik partisan. Gerakan “Unair Memanggil” murni diadakan oleh keluarga besar Unair atas dasar keresahan mereka terhadap praktik demokrasi di Indonesia saat ini. 

“Kami melihat bahwa kami akademisi, profesor, dan alumni memiliki kebebasan dan hak untuk menggunakan mimbar akademik. Kami tidak berhubungan dengan politik partisan.” pungkas Airlangga Pribadi Kusman.

Gelaran Sabda Airlangga Penuh Tanda Tanya

Di saat yang sama, muncul gelaran deklarasi dengan nama ‘Sabda Airlangga: Deklarasi Pemilu Bermartabat dan Sejuk tanpa Provokasi” yang dilaksanakan di depan FEB Unair.

Kendati tidak diketahui siapa yang menginisiasi gerakan tersebut, deklarasi ini dipimpin oleh Asadur Rahman Muhammad, alumni Ilmu Politik Universitas Airlangga 2011, Caleg DPR RI Dapil Jawa Timur yang diusung oleh Partai Gerindra.

Dalam pidatonya Asadur Rahman alias Cliff Mubarak menyebut beberapa poin, yaitu:

  1. Mendukung pernyataan Rektor Unair Prof. Nasih untuk pemilu bermartabat tanpa politik uang
  2. Menjaga kondisi perpolitikan yang semakin dekat pada hari pemilihan tanggal 14 Februari 2024. Kami para Ksatria Muda Airlangga memandang perlu para civitas akademika Unair untuk menjaga netralitas dan kondusifitas demi nama baik kampus tercinta Unair.
  3. Mendorong keberlanjutan kepemimpinan sesuai dengan suara terbanyak melalui pemilu. Suara rakyat adalah suara Tuhan.
  4. Perbedaan pandangan dan pilihan dijamin oleh UUD 1945, dan hal biasa setiap kontestasi pemilu lima tahunan
  5. Apresiasi pada seluruh pemerintah yang telah memimpin bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan kemerdekaan dan memastikan keberlanjutan kepemimpinan dengan baik.

Diketahui, instagram resmi Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter Unair (@upkk_unair) serta Direktorat Logistik, Keamanan, Ketertiban, dan Lingkungan Unair (@dlkklunair) mempromosikan poster acara “Sabda Airlangga” ini melalui fitur Cerita Instagram. Diketahui, DLKKL Unair adalah badan yang diketuai Karnaji – yang sempat melarang jalannya acara Airlangga Memanggil. Menurut salah satu sumber Retorika, gelaran Sabda Airlangga disinyalir memang merupakan gerakan tandingan yang diusung oleh pihak rektorat.

Yang lebih mengherankan, walaupun Sabda Airlangga mengklaim mereka membawa nama dan mewakili Ksatria Airlangga, nyatanya sejumlah rombongan yang datang bersama Gus Asad berasal dari luar Unair.

Beberapa mahasiswa mengaku berasal dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPNVJT), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), dan beberapa kampus lainnya di Surabaya. Mereka mengaku datang ke Sabda Airlangga setelah “diajak teman”.

Dalam wawancaranya, mahasiswi itu mengaku bahwa dirinya datang bersama para rombongan mahasiswa dari berbagai universitas. 

“Ini dari univ beda-beda. Ke sini karena disuruh dateng aja,” jelas mahasiswi yang mengaku tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tersebut. Soal siapa teman yang “mengajak” dan “menyuruh”, hampir semua mahasiswa bungkam ketika ditanya.

Tidak berhenti di situ, beberapa mahasiswa lain yang terlibat dalam gerakan Sabda Airlangga mengundang tanda tanya besar karena mengaku dari Unair tapi tidak ditemukan memakai atribut resmi seperti jas almamater maupun memiliki identitas yang menunjukkan sebagai mahasiswa Unair.

Ditambah lagi, ketika ditanya soal asal fakultas, salah seorang dari mereka salah menyebut kampus asal fakultas. “Saya dari FKG dan teman saya dari FKH, semuanya dari kampus C.” Terdapat kejanggalan di sini, sebab di Unair Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) terdapat di kampus A, sedangkan pengakuan mahasiswa tersebut berasal dari kampus C.

Mahasiswa tersebut enggan menyebutkan namanya setelah kami konfirmasi bahwa FKG berada di kampus A. Dirinya juga menambahkan bahwa informasi gerakan ini ia dapatkan dari ajakan rekan Hima, tetapi ia tidak memberikan keterangan lebih lanjut tentang siapa yang menginisiasi gerakan ini. Terdapat pula mahasiswa yang mengaku berasal dari jurusan teknik laboratorium FMIPA Unair. Sedangkan, Universitas Airlangga tidak memiliki fakultas tersebut.

Dalam orasinya, secara eksplisit Gus Asad mengklaim bahwa munculnya deklarasi yang dilakukan universitas-universitas di Indonesia merupakan hasil dari giringan opini salah satu paslon. Ia juga yakin bahwa media telah mengetahui dalang dari deklarasi ini.

“Kalau soal intimidasi, demokrasi dari deklarasi sebelumnya, saya mau sampaikan kepada teman-teman, ini ada penggiringan opini yang tidak baik kepada salah satu paslon. Dan anda juga tahu, anda ini media, tapi saya sampaikan ini tidak benar. dan bisa kalian lihat di internet paslon mana yang menggiring civitas akademika dari  universitas-universitas untuk kesan intimidasi. Anda tau sendiri, hati kecil anda tau sendiri paslon mana, siapa dalang dibalik si A dan si B. Ini universitas, tidak untuk digiring-giring,” jelas Gus Asad.

Dilansir dari DeTik, Rektor Universitas Airlangga pada (3/2/2024) menyatakan bahwa Universitas Airlangga tidak punya “hal baru untuk disampaikan”. 

“Nggak perlu diulang lagi atau ikut-ikutan, kami sudah punya sikap tegas,” ujarnya.

Hingga berita ini selesai ditulis, belum ada tanggapan dari Karnaji selaku Direktur DLKKL dan Prof. Bagong sebagai dekan FISIP untuk mengonfirmasi bentuk-bentuk pelemahan terhadap acara Airlangga Memanggil. Kendati belum jelas siapa inisiator acara tandingan ini, yang jelas pihak kampus ada di pihak mereka, dibuktikan dengan akun instagram resmi direktorat Unair yang mempromosikan acara ini, dan ketiadaan pelemahan acara ini sebagaimana acara Airlangga Memanggil yang benar-benar diisi oleh civitas akademika.

Penulis: Tim Investigasi Retorika

Editor: Tim Redaksi Retorika


TAG#aspirasi  #demonstrasi  #gagasan  #politik