"Hal yang paling penting itu fighting sprit dan pengalaman. IPK hanya akan mengantarkan kita pada tahap seleksi. " - Jojo Raharjo -
Surabaya,retorika.id- Agustinus Eko Rahardjo merupakan alumnus Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Pria yang akrab disapa Jojo tersebut, saat ini menjabat sebagai staff kepresidenan RI bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi. Dalam bidang tersebut, beliau bertugas mengelola informasi kebijakan dan isu-isu strategis seputar pemerintahan Joko Widodo.
Di sela kesibukan menjadi staff Deputi IV Kepresidenan, ia menyempatkan waktu bertemu kru Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika di Hotel Bumi, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Pertemuan yang semula dijadwalkan pukul 18.00 WIB, terpaksa ditunda karena terkendala hujan dan faktor lain. Kru LPM RETORIKA baru bisa menemui Jojo pada pukul 20.09 WIB.
Demi mencairkan suasana, beliau mengajak kami bercengkrama di lobby hotel. Percakapan diantara kami berlangsung kurang lebih selama 45 menit. Jojo mulai membuka pembicaraan dengan menanyakan perkembangan LPM Retorika. Setelah itu, beliau mulai mengulas berbagai pengalamannya selama di bangku kuliah maupun karier.
Pengalaman semasa kuliah & berkarier
Semasa kuliah, Jojo bukan mahasiswa yang unggul secara akademis. Bahkan, Beliau baru menuntaskan strata satu selama
delapan tahun yakni, 1995 - 2003. "Saya bukanlah orang yang unggul secara akademik. Kuliah aja selesainya sampai delapan tahun. Bahkan skripsi saya hanya dapat C dengan IPK (indeks prestasi kumulatif) 2,49." kenang Jojo.
Bagi Jojo, Nilai IPK dan lama masa studi bukan menjadi hambatan berarti. Kemampuan dan pengalaman seseoranglah yang bisa membawanya bertahan dalam persaingan apapun, khususnya dalam dunia kerja. "Hal yang paling penting itu fighting sprit dan pengalaman. IPK hanya akan mengantarkan kita pada tahap seleksi. Jadi IPK tetap berguna sih, meski bukan penentu segalanya." Imbuh Jojo.
Selama di Universitas Airlangga, Jojo aktif di berbagai organisasi kampus seperti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan LPM Retorika FISIP Unair. Ia mulai bergabung dengan LPM Retorika sejak bulan Desember 1995. Disinilah kemampuan menulisnya benar benar terasah. Ia semakin tertantang untuk mendalami dunia jurnalistik.
Laki-laki yang lahir pada 5 Agustus 1977 itu telah bekerja diberbagai media massa sejak semester empat. Sebelum pindah ke ibukota, Jojo pernah bekerja di majalah Tiang Api, Penabur, Radio Sonora, Tabloid Gloria, harian berbahasa China Chengbao dan Kontributor Tempo Surabaya.
Pada tahun 2005, ia memutuskan untuk mengembangkan karier diberbagai media nasional maupun internasional, seperti representatif Radio CVC Australia di Jakarta, Tempo Jakarta (2004-2006), Espira (2006-2010), Koordinaator Liputan Kompas TV (2011-2014), hingga CNN Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan wawasan jurnalistik, Jojo pernah mengikuti berbagai pelatihan seperti Radio Netherland Training Centre (RNTC) di Belanda tahun 2010, perwakilan Indonesia pada program International Visitor Leadership Program (IVLP) di Amerika Serikat tahun 2012, dan mengikuti pertemuan International Federation Journalist (IFJ) di Phnom Penh, Kamboja tahun 2014.
Setelah 13 tahun berkarir di media massa, Jojo memutuskan resign dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk memilih bekerja di Kantor Staf Presiden. Ia diberikan tanggung jawab mengelola website www.ksp.go.id dan twitter @kspgoid. Pada laman tersebut, ia bertugas menyebar luaskan berbagai informasi tentang program-program prioritas nasional, aktivitas komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis pemerintah.
Tantangan mengelola informasi program-program pemerintahan
Bagi Jojo, mengelola berbagai media milik pemerintah adalah sebuah tantangan baru. Jika saat bekerja di media masa, beliau dituntut berada dalam posisi netral. Namun kini, beliau harus menyebarluaskan berbagai keberhasilan program pemerintah serta memberikan klarifikasi atas isu-isu hoax yang menyerang mereka.
Jojo menceritakan pengelamannya yang paling mengesankan ialah saat menangani isu kedatangan 10.000 tenaga kerja Cina ke Indonesia pada akhir 2016. Mereka harus kerja keras untuk mengklarifikasi kebenaran isu tersebut. Melalui media twitter dan web, mereka melakukan government public relation menyebarluaskan berbagai meme dan pandangan para praktisi ahli.
"Saya sudah memilih jalan hidup di sini. Yang penting kita profesional dalam bekerja dan kita tidak memanipulasi fakta, " ucap Jojo.
Di sela-sela waktunya sebagai staff kepresidenan, Jojo masih menyempatkan untuk menjadi dosen di Universitas Multimedia Nusantara. Mata kuliah yang diampunya tak jauh-jauh dari bidang produksi program penyiaran, dan teknologi multimedia.
Sebagai seorang jurnalis, beliau turut serta mengapresiasi kebangkitan LPM Retorika dari masa vakumnya." Saya salut sekali dengan adanya pelatihan-pelatihan seperti kemarin. Hal seperti itu bisa menguatkan semangat diantara teman teman dan alumni. Pokok sukses terus buat Retorika. ," imbuh Jojo.
Penulis : Roudlotul Choiriyah | Editor: Oktavimega Yoga
TAG: #fisip-unair #lpm-retorika #pemerintahan #pers-mahasiswa