» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Surat Pembaca
Menjadi Kampus yang Benar-benar Ramah Perempuan Tidaklah Mudah
14 Agustus 2019 | Surat Pembaca | Dibaca 2275 kali
Salah satu unggahan akun Amerta 2019 terdapat foto seorang mahasiswi baru yang secara akal dan nalar tentu tidak ada niatan mengundang segala jenis bentuk “pemerkosaan” online dari para pengikut akun tersebut. Namun siapa sangka, foto dengan baju yang sedemikian tertutup dengan pose yang sedemikian formal masih mengundang komentar seksis dari kaum tersebut.

retorika.id - Perempuan dengan apapun jenis pembungkus tubuhnya, tidak lantas menjadikannya aman dari segala bentuk “pemerkosaan daring” dan komentar-komentar sexist. Baru-baru ini terdapat sebuah kasus yang terjadi pada akun resmi orientasi mahasiswa baru oleh BEM UNAIR, Amerta 2019. Orientasi tersebut milik salah satu Universitas lima besar se-Indonesia yakni Universitas Airlangga. Dalam salah satu unggahan akun Amerta terdapat foto seorang mahasiswi baru yang secara akal dan nalar tentu tidak ada niatan mengundang segala jenis bentuk “pemerkosaan” online dari para pengikut akun tersebut. Namun siapa sangka, foto dengan baju yang sedemikian tertutup dengan pose yang sedemikian formal masih mengundang komentar seksis dari kaum tersebut.

Apabila kita menilik kolom komentar, maka banyak sekali akun yang mengomentari foto tersebut dengan kalimat-kalimat yang tidak etis. Kalimat tersebut dilontarkan dengan bernada seksissehingga salah satu dari warganet ada yang nekat meminta admin untuk memberikan idenntitas akun dari mahasiswi yang bersangkutan. Universitas Airlangga dengan moto excellence with morality-nya yang cukup digaungkan sungguh cukup kontras apabila melihat apa yang dilakukan oleh admin yang memegang akun resmi Amerta 2019 dengan masa dua puluh ribu pengikut tersebut.

Admin yang memegang akun resmi Amerta 2019 itu justru ikut nimbrung dan mengatakan bahwa admin juga sedang mencari akun pemilik foto mahasiswi yang bersangkutan. Miris, pasalnya pasca adanya pendeklarasian


Universitas Airlangga sebagai kampus ramah perempuan pada 27 Februari 2019 yang bertempat di Aula Soetandyo Fisip Unair, tentu segala pihak yang terkait, termasuk civitas akademika dari UNAIR harus benar-benar saling bersinergi dalam mewujudkan kampus yang benar-benar ramah dengan perempuan.

Perlakuan admin Amerta 2019 sungguh jauh dari kata ramah terhadap perempuan, bahkan bisa dibilang hampir mencelakakan warga barunya. Bagaimana tidak, jika admin benar-benar menemukan akun si empunya foto kemudian memberikan tautan akun terhadap foto tersebut, maka tidak akan ada yang dapat menjamin akun perempuan tersebut tidak diserbu secara masif oleh para pemburu perempuan bening dan para pria hidung belang yang keberadaan otaknya telah bergeser ke selangkangan.

Melihat kelakuan admin Amerta yang jauh dari moto excellence with morality itu, penulis pun mencoba untuk melakukan kritik melalui kolom komentar. Nahas, admin lantas mematikan kolom komentar untuk sesaat. Lalu, komentar-komentar yang mengkritisi perlakuan admin Amerta dan komentar asli dari admin Amerta sudah hilang terhapus. Tentu, komentar “pemerkosaan” online yang dilakukan oleh para tersangka tetap ada pada tempatnya. Tak selang kemudian seluruh komentar yang diberikan terhadap foto tersebut hilang begitu saja. Untungnya, penulis sempat mengambil tangkapan layardari komentar terkait yang sudah dihapus oleh pihak admin Amerta.

Penulis pun mengunggahnya melalui Instagram story dengan menandai akun resmi BEM UNAIR dan Amerta 2019. Penulis berharap ada tindak lanjut lebih dari pihak Amerta. Salah satu solusi yang ingin penulis ajukan ialah permohonan maaf secara resmi dan komitmen jangka panjang dari pihak Amerta dalam mewujudkan Universitas Airlangga sebagai kampus yang ramah perempuan. Namun, setelah lebih dari 24 jam belum ada tindak lanjut dari pihak Amerta 2019. Akun Amerta 2019 hanya melihat instagram story dan tidak memberikan penjelasan apapun.

Hingga suatu saat, ada seseorang yang memberikan pesan pribadi terhadap penulis. Pihak tersebut merupakan salah satu civitas akademika Universitas Airlangga yang merupakan panitia Amerta 2019 dan kebetulan merupakan anggota komunikasi dan informasi BEM UNAIR, sebut saja X. Isi pesan tersebut pada awalnya menyetujui bahwasannya tindakan tesebut kurang etis dan merugikan korban. Hanya saja di sini X lantas menyalahkan penulis karena penulis hanya melaporkan kasus yang terjadi pada admin Amerta, mengapa penulis lantas tidak melaporkan pemiliki akun Unair Cantik yang tentunya melakukan eksploitasi yang serupa. Pihak X juga berpendapat bahwa kesalahan ada pada pelaku yang melakukan komentar tidak etis. Ia menambahkan bahwa hal tersebut merupakan kewenangan sie publikasi dan dokumentasi untuk memilih foto yang dirasa pantas untuk diunggah dalam akun berpengikut dua puluh ribu.

Namun, di sini pihak X memiliki kesalahpahaman. Hal tersebut karena yang ingin dipermasalahkan oleh penulis adalah perilaku admin resmi yang pada dasarnya membawa nama Universitas Airlangga. Bukan pada pemilihan foto yang dilakukan oleh sie publikasi dan dokumentasi. Pihak X juga menyatakan bahwa permohonan maaf seharusnya tidak perlu dilakukan dengan alasan urgensi pemostingan acara yang akan datang yakni Amerta Abhiseka. Sehingga menurut X yang perlu dilakukan cukup dengan mengedukasi admin Amerta agar tidak terjadi kesalahan serupa. Namun, setelah diberikan pemaparan argumentasi dari penulis, pihak X lantas menyanggupi untuk menjembatani kepada pihak yang terkait untuk melakukan tindak permohonan maaf dan kampanye singkat. Hanya saja hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak Amerta 2019.

Penulis sungguh berharap kejadian ini dapat menjadi pembelajaran tidak hanya pada tersangka, admin yang terkait, panitia, dan segala pihak yang ikut terlibat. Namun juga kepada mahasiswa baru yang kelak menjadi tonggak estafet perjuangan. moto excellence with morality sungguh ada bukan tanpa sebab. Tentu ada beban moral dan tanggung jawab lebih yang perlu dipikul oleh segenap civitas akademika Universitas Airlangga. Universitas Airlangga yang kelak akan menjadi world class university seharusnya membenahi diri bukan hanya secara infrasturkur. Namun, sumber daya manusia yang ada di dalamnya juga perlu dibenahi. Pasca aksi deklarasi kampus ramah perempuan yang dilakukan oleh Universitas Airlangga tentu diperlukan banyak perjuangan lebih agar isi dari deklarasi tersebut dapat terwujud. Terutama, bagi civitas akademika Universitas Airlangga yang menjadi ujung tombak perjuangan Universitas Airlangga sebagai kampus ramah perempuan.

 

Penulis: Farida Noer Fitri, Demas Nauvarian


TAG#dinamika-kampus  #gender  #  # 
Rubrik "Surat Pembaca" terbuka untuk siapa saja. Silakan kirim karya Anda dengan melampirkannya ke email redaksi@retorika.id dengan subjek (Surat Pembaca) Nama - Judul Tulisan.