Munafik
Bermuka dua katanya
Fake katanya
Dari dulu aku masih bingung dengan konsep munafik dan berusaha baik.
Apa bedanya?
Bukankah sejak kecil kita diajarkan untuk berbuat baik pada semua orang dan tak terbatas situasi?
Mereka bilang kita palsu jika berusaha baik pada orang yang
dibenci. Lantas apa kita harus menebar kebencian? Tidakkah mereka tahu betapa tertekannya menahan emosi yang palsu itu? Bukankah usaha itu patut diapresiasi?
Aku belajar dramaturgi, manusia punya front stage dan back stage katanya. Di front stage kamu menampilkan manajemen kesan agar terlihat baik di mata mereka. Di back stage kamu menampilkan sisi aslimu terlepas itu baik atau buruk dalam konteks masyarakat.
Munafik jika kamu tidak ingin dianggap baik. Munafik jika kamu tidak ingin mendapat feedback yang baik. Munafik jika kamu mengingkari isitlah kebaikan dibalas kebaikan. Munafik jika kamu menodai kebaikan yang diberikan padamu.
Hei,
Orang mungkin akan tahu jika kamu berpura-pura baik. Orang juga akan tahu jika kamu tidak menyukai orang yang kamu baiki. Tapi akan tetap ada orang yang mengapresiasi kebaikanmu itu, walau ada juga yang tetap menggunjingmu karena “palsu”-mu.
Jadi, masihkah kamu mempermasalahkan mana yang berusaha baik dan mana yang munafik?
Penulis : Anita Fitriyani
TAG: #karya-sastra #satire #sosial #