» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Pop Culture
Film ‘Gie’, Sebuah Tontonan Wajib untuk Mahasiswa FISIP
30 Maret 2022 | Pop Culture | Dibaca 3439 kali
Film ‘Gie’, Sebuah Tontonan Wajib untuk Mahasiswa FISIP: - Foto: FlixWatch
Nama Soe Hok Gie sudah tidak asing di telinga para mahasiswa, terutama bagi para mahasiswa rumpun sosial dan politik. Soe Hok Gie, atau yang kerap disapa “Gie”, merupakan mahasiswa keturunan Tionghoa yang menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, pada 1962-1969. Kisahnya yang tertuang di buku ‘Catatan Seorang Demonstran’, menginspirasi pembuatan film ‘Gie’ yang dirilis pada tahun 2005.

Retorika.id - ‘Gie’ merupakan film garapan sutradara dan produser film ternama, sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana, yang telah memproduksi berbagai film terbaik Indonesia seperti AADC, Laskar Pelangi, serta Petualangan Sherina. Film yang berdurasi sekitar 127 menit ini dirilis pada 14 Juli 2005 dan dibintangi oleh Nicholas Saputra sebagai pemeran utama.

Tidak hanya Nicholas Saputra, film ‘Gie’ juga diperankan oleh beberapa aktor yang telah lama berkiprah di industri perfilman Indonesia seperti Lukman Sardi, Thomas Nawilis, Surya Saputra, dan Wulan Guritno. Saat ini, film ‘Gie’ telah tersedia secara legal di berbagai situs penyedia film online seperti Netflix, Disney+ Hotstar, dan MolaTV.

Film ‘Gie’ mendapatkan penilaian sebesar 7,6/10 di situs IMDb. ‘Gie’ juga berhasil menyabet beberapa penghargaan pada Piala Citra Festival Film Indonesia tahun 2005, seperti Film Bioskop Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan lain sebagainya.

Sinopsis Film ‘Gie’

Pada


setiap periode pemerintahan di Indonesia, terdapat tokoh-tokoh aktivis yang aktif menyuarakan pendapat mengenai isu-isu yang terjadi. Soe Hok Gie merupakan salah satu tokoh yang vokal dalam menuangkan pemikiran kritisnya untuk mengkritik ketidakadilan dan kediktatoran yang terjadi di rezim pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru.

Film ‘Gie’ merupakan hasil adaptasi dari buku ‘Catatan Seorang Demonstran’, yang tidak lain merupakan catatan harian yang ditulis oleh Soe Hok Gie pada rentang usia 15-27 tahun. Dalam tulisan tersebut, Soe Hok Gie kerap menuliskan pemikirannya terkait dengan pemerintahan pada masa itu, yakni masa orde lama di bawah pemerintahan Presiden Soekarno.

Terlahir dari pasangan Soe Li Pit dan Nio Hoe An, Soe Hok Gie adalah seorang mahasiswa keturunan Tionghoa-Indonesia  yang menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Sosoknya digambarkan sebagai seorang yang jujur, cukup idealis, dan tidak kenal kompromi. Soe Hok Gie juga tidak segan melontarkan kritik saat melihat ketidakadilan di sekitarnya, baik di lingkup mahasiswa hingga pemerintahan.

Soe Hok Gie digambarkan sebagai aktivis dengan minat baca dan menulis yang tinggi sedari kecil. Saat beranjak dewasa, Soe Hok Gie terbiasa menuangkan segala isi hatinya ke dalam betuk tulisan, termasuk pemikiran dan kritik-kritik yang ia lontarkan terkait dengan pemerintahan pada masa itu.

Sebagai wujud cintanya terhadap Indonesia, Soe Hok Gie kerap menuliskan kritikan tajam terhadap pemerintahan orde lama dan PKI. Beberapa tulisannya bahkan dimuat dalam surat kabar terkemuka pada masa itu, sehingga tidak mengherankan apabila Soe Hok Gie merupakan salah satu aktivis yang terkenal hingga sekarang.

Setelah berjuang melawan tirani, Soe Hok Gie merasa kecewa karena runtuhnya kekuasaan Presiden Soekarno justru melahirkan rezim pemerintahan baru, yaitu rezim Orde Baru. Rezim Orde Baru menginisiasi pembantaian massal bagi orang-orang yang tertuduh komunis. Dalam pembantaian tersebut, Tan Tjin Han (diperankan oleh Thomas Nawilis), yang merupakan salah satu sahabat terdekat Soe Hok Gie, turut menjadi korban. Walaupun tragedi demi tragedi terus terjadi, Soe Hok Gie tetap kukuh dalam melanjutkan perlawanannya terhadap ketidakadilan.

Keterlibatannya sebagai seorang aktivis tidak jarang menjerumuskannya ke dalam situasi yang berbahaya, hingga mengancam keselamatannya. Perlahan, orang-orang terdekatnya mulai meninggalkannya. Tidak terkecuali sahabat-sahabat dan wanita yang ia cintai.

Sepanjang film, Soe Hok Gie digambarkan memiliki kecintaan tinggi terhadap alam. Kehadiran alam menjadi satu-satu penghibur lara bagi Soe Hok Gie pada kala itu. Hingga pada akhir film, Puncak Gunung Semeru diceritakan menjadi tempat terakhir Soe Hok Gie menghembuskan napas terakhirnya.

Film ‘Gie’ dikemas dengan gaya sinematografi ala tahun 70-an. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari film ini. Selain itu, film ‘Gie’ juga memperlihatkan berbagai sudut pandang dari karakter-karakter lain, sehingga penonton tidak akan terpaku dalam satu sudut pandang saja. Film yang sarat akan sejarah Indonesia terutama pada era orde lama dan orde baru menjadikan film ini semakin layak untuk ditonton.

 

Penulis: Ariel Syalia P.

Editor: Hanifa Keisha F.


TAG#demokrasi  #film  #humaniora  #kerakyatan