Sebagai salah satu kampus besar dalam jajaran nasional, Unair harus berbenah diri dengan memperbaiki sarana-prasarana yang ada di FISIP Unair .
Surabaya, retorika.id - Fasilitas kampus adalah salah satu elemen penting dalam menunjang keberhasilan proses kegiatan belajar mahasiswa. Tanpa fasilitas yang memadai, proses kegiatan mengajar mungkin akan terganggu dan berimbas pada hasil yang kurang memuaskan.
Kali ini penulis akan mencoba mengkritisi masalah fasilitas kampus yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair. Sebagai salah satu kampus besar dalam jajaran nasional, Unair harus berbenah diri dengan memperbaiki sarana-prasarana yang ada di FISIP. Saat ini, fasilitas di FISIP sudah banyak yang kurang layak pakai. Fasilitas yang kurang layak tersebut meliputi: monitor dan LCD, kamar mandi, mading, wifi, dan kantin. Selain itu, kurangnya lahan publik untuk parkir, diskusi kelompok ,dan ruang baca juga akan menjadi salah satu masalah yang ingin saya kritisi.
Masalah pertama yang akan saya bidik adalah monitor dan LCD yang ada di kelas. Saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung, sering kali monitor yang kami pakai tiba-tiba mati. Atau warna LCD yang ada di proyektor tiba-tiba berubah menjadi buram dan gambarnya kabur. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu dosen dalam menyampaikan materi dan menganggu mahasiswa saat persentasi. Ketika masalah tersebut terjadi, sering kali petugas sarana-prasarana tidak tanggap, sehingga mahasiswa harus turun tangan sendiri memperbaiki LCD atau monitor bermasalah. Seharusnya pihak sarana-prasarana lebih tanggap lagi ketika terjadi permasalahan dengan fasilitas kampus serta mengusahakan untuk sering mengecek kelayakan LCD dan monitor yang ada di kelas.
Kedua, masalah kamar mandi.
Kamar mandi adalah salah satu fasilitas yang sangat penting. Karena hampir setiap saat tempat ini dikunjungi oleh civitas akademika FISIP, entah hanya sekedar untuk cuci muka, buang air kecil, ataupun buang air besar . Kamar mandi di FISIP umumnya tergolong cukup bersih dan terawat, sayangnnya ada beberapa kamar mandi yang kotor dan berbau tidak sedap. Selain itu, ada juga beberapa kamar mandi yang fasilitasnya rusak seperti wastafel dn kran yang mampet. Masalah seperti ini tentunya tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh mahasiswa FISIP.
Selanjutnya yaitu masalah mading. Mading adalah salah satu media yang dapat digunakan mahasiswa untuk memperoleh informai terbaru. Sayangnya, banyak mading dimasing-masing prodi yang kurang tertata rapi dan informasi yang disajikan kurang up to date.
Kantin juga merupkan salah satu fasilitas kampus yang harus segera mendapat perhatian khusus. Karena kantin di FISIP sendiri tergolong terlalu sempit. Sehingga mahasiswa terkadang harus berjubel untuk membeli makan. Secara harga dan variasi produk, kantin FISIP tergolong cukup mahal dibanding fakultas lainnya. Sehingga anak FISIP banyak yang memilih membeli makanan di kantin FIB dengan alasan harganya lebih murah, variasi produknya lebih banyak, dan tempatnya lebih luas. Maka dari itu, kantin FISIP seharusnya bisa menyesuaikan harga dengan kantin di fakultas lain serta mencoba membuat terobosan variasi produk yang unik untuk menarik minat mahasiswa FISIP makan di kantin lagi.
Untuk masalah parkir, banyak mahasiswa yang telah lama mengeluhakan sempitnya lahan parkir di FISIP. Dari segi kuantitas, jumlah mahasiswa FISIP yang membawa motor tergolong banyak. Imbasnya, mereka kesulitan mengeluarkan sepeda motor. Bagi seorang mahasiswa, mungkin ketika mengeluarkan sepeda motor dari parkiran yang sempit sedikit tergolong mudah. Tetapi bagi mahasiswi hal ini merupakan hal yang sangat sulit. Karena tenaga mereka tidak sekuat seorang mahasiswa.
Solusi efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memperluas lahan parkir di FISIP. Namun jika tidak memungkinkan, maka pihak kampus bisa membuat parkiran hingga beberapa lantai agar masalah sempinya lahan parkir tersebut dapat teratasi. Dari segi keamanan parkiran FISIP tergolong sudah baik. Namun, pihak kampus dapat menaikan keamanan dengan penambahan CCTV dan menyediakan sarana untuk penitipan helm.
Untuk ruang baca di FISIP bisa dibilang cukup memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya mahasiswa yang enggan membaca di FISIP corner. Alasan mereka enggan membaca di FISIP corner disebabkan karena letaknya yang cukup jauh dari fakultas dan buku yang disediakan sudah kurang menarik karena terkadang hanya menyangkut mengenai materi di perkuliahan. Hal itulah yang membuat minat baca mahasiswa FISIP berkurang. Sebenarnya, di gazebo dan sudut-sudut tangga ada beberapa buku yang bisa dibaca oleh mahasiswa. Hanya saja buku-buku tersebut kurang terawat dan hanya terkunci di dalam etalase, sehingga mahasiswa tidak bisa membaca buku tersebut.
Dan yang terakhir yaitu masalah tempat diskusi. Tempat diskusi bagi mahasiswa FISIP bisa dibilang sangat minim. Meskipun telah ada galeri-galeri yang dapat dimanfaatkan untuk tempat diskusi, namun tampaknya masih kurang banyak. Alasanya adalah karena tiap galeri seakan-akan telah diklaim oleh masing-masing prodi, seperti: galeri Sosiologi, galeri mobil, galeri Politik, dll. Fungsi galeri bagi mahasiswa adalah untuk belajar, mencari wifi gratis, berdiskusi, atau bahkan hanya sekedar ngobrol dengan sesama teman. Tingkat sosialisasi diantara anak FISIP bisa dibilang masih rendah karena meski galeri antar prodi bersebelahan mereka tidak saling mengenal. Untuk masalah wifi di FISIP sendiri tergolong sangat lambat dalam hal konektivitas, banyak mahasiswa yang mengeluhkan keadaan wifi kampus tersebut. Namun, sayangnya pihak FISIP sendiri masih diam menyikapi keluhan mahasiswanya.
Kampus harus segera memperbaiki fasilitas yang kurang layak. Mahasiswa telah membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang cukup besar tiap semesternya. Pihak universitas seharusnya memberikan feedback kepada mahasiswa berupa penyediaan fasilitas yang layak dan pengecekan secara berkala untuk memastikan bahwa fasilitas yang tersedia dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, dengan melakukan pengecekan berkala, pihak universitas dapat segera memperbaiki kerusakan yang ada sehingga proses pembelajaran berlangsung maksimal.
Perlu disadari bahwa perawatan terhadap fasilitas tidak sepenuhnya menjadi kewajiban pihak fakultas. Mahasiswa sebagai pemakai fasilitas pun berperan untuk menjaga dan merawat fasilitas dengan penuh kesadaran serta tanggung jawab. Apabila kerja sama ini dapat terealisasikan dengan baik, serta kesadaran untuk menjaga fasilitas telah tertanam dalam setiap pribadi, tentu fasilitas yang ada akan terjaga dan bertahan lebih lama. Selain dapat memaksimalkan proses belajar, hal ini juga dapat menghemat sekian rupiah yang dialokasikan untuk perbaikan. Sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk kepentingan lain, seperti: membeli koleksi buku baru untuk ruang baca dan kegiatan sosial kampus.
Penulis :Roudlotul Choiriyah Editor : Naufal Muchlas
TAG: #akademik #aspirasi #fisip-unair #gagasan