Adanya ospek kampus yang di dalamnya penegak kedisiplinan oleh senior tapi sewenang-wenang, sudah menjadi rahasia umum. Maka sebagai mahasiswa baru juga perlu kritis terhadap perlakuan yang diterima selama masa pengenalan kampus.
retorika.id - Waktu sore telah tiba, cahaya mentari mulai meredup di bagian barat. Langit berwarna oranye keunguan, di sebuah tanah lapang, gumpalan asap jingga menyembur dari nyala pipa asap. Saat itu, ada segerombolan manusia bersuka cita di tengah lapangan parkir FISIP Unair. Lantunan lagu diputar mengiringi proses salam-salaman antarpanitia dengan mahasiswa baru. Euforia dilanjutkan oleh Himpunan Mahasiswa setiap jurusan bersama adik-adik mereka. Para mahasiswa baru merayakan usainya serangkaian acara UFO (United FISIP Orientation) pada hari Jumat, 9 Agustus 2019.
Ospek milik FISIP Unair ini terlaksana hampir sama dengan tahun sebelumnya. Tidak sampai seminggu, mahasiswa baru berkenalan dengan tempat mereka menempuh studi. Susunan acara dipersiapkan seperti pada UFO tahun sebelumnya. Beban tugas yang diberikan kepada mahasiswa baru, dan materi kelas yang diberikan relatif berbeda, namun dengan pola sama. Simulasi aksi turun ke jalan di akhir ospek masih dilestarikan oleh kampus oranye ini, ditambah turunnya Tim Disiplin guna menertibkan sikap para mahasiswa baru.
Tim Disiplin di mata mahasiswa baru
Setiap ospek kampus hampir semuanya memiliki bagian Tim Disiplin dalam kepanitiaan. Dari tahun ke tahun, sekelompok orang ini terus terwarisi hingga kini. Biasanya mereka dideskripsikan berwajah garang, berwatak keras, volume suara meninggi nan tegas di hadapan para mahasiswa baru. Ciri-ciri seperti ini nampak jelas ketika UFO beberapa hari lalu, namun tidak semua diwatakkan demikian seperti karakter asli orang bersangkutan. Dua tahun lalu pada 2017, Tim Disiplin UFO saat itu mengenakan kaus hitam, serta ada beberapa yang menurut peserta, gaya berpakaiannya sedikit tidak layak disebut penegak kedisiplinan acara.
“Semua maba bangun!”
“Kabeh maba nunduk!” begitulah teriak para Tim Disiplin seraya melenggang masuk tanpa aba-aba oleh pembawa acara. Serius menginterogasi mahasiswa baru di dalam ruangan.
Tahun ini berbeda, kami memperhatikan pakaian Tim Disiplin terlihat seragam bersama panitia lain mengenakan kaus panitia berwarna merah. Namun masih dengan perlakuan sama terhadap mahasiswa baru. Biasanya seusai materi, tim ini masuk menegangkan suasana seisi ruangan. Mahasiswa baru yang duduk santai, mengantuk, dan lelah, harus berdiri menghadapi mereka.
Seusai rangkaian acara UFO pada sore itu, kami mewawancarai empat orang mahasiswa baru untuk mengetahui pengalaman mereka diperlakukan Tim Disiplin. Wajah sudah terlihat lelah, namun mereka masih antusias diwawancarai. Ricky, seorang mahasiswa Sosiologi angkatan 2019 mengungkap kesannya, ketika MC menyuruh mereka bernyanyi dan seisi aula Soetandyo ramai, tiba-tiba
Tim Disiplin datang berduyun-duyun. Hal serupa juga dirasakan oleh mahasiswa baru lainnya.
Kesan pertama atas Tim Disiplin diungkapkan juga oleh Putri, mahasiswi Antropologi 2019 ini mengatakan, “Sebenarnya kurang nyaman, cuma ‘kan kalo timdis mulai masuk ke lapangan setiap pagi, setiap ada materi di kelas, sebenarnya untuk mendisiplinkan.”
Ia menuturkan perlakuan Tim Disiplin untuk menertibkan atribut, dan lainnya memang perlu, tetapi ada hal lain yang mestinya tidak perlu dilakukan, “Sebenernya timdis melakukan seperti itu emang ada anak yang seperti itu. Tapi, mungkin caranya terlalu keras.”
Rini, dari Ilmu Komunikasi 2019 mengutarakan kesannya, “Pertamanya tertekan, tapi lama-lama ini orang kok gak jelas banget gitu loh tujuannya apa. Gak takut kayak apa, malah pinginnya marah balik,” jelasnya sambil tersenyum. Biar pun demikian, hal ini mengingat masa lalu SMA, ia juga pernah melakukan hal serupa dengan sekarang saat kuliah.
Sedikit berbeda daripada lainnya, justru Rozy berpendapat kalau bentakan dari Tim Disiplin dirasa nyaman saja, cuma sedikit membuat jantungnya berdetak cepat, “Kalo menurut aku sih nyaman aja, soalnya itu juga buat diri sendiri, cuma agak deg-degan,” kata mahasiswa Antropologi 2019 tersebut. Dengan catatan selama itu masih dalam batas wajar.
Berdasarkan pengamatan kami, tindakan Tim Disiplin terfokus pada penegakkan kedisiplinan atribut, menanyakan materi kepada peserta. Ditambah dari keterangan langsung salah seorang Tim Disiplin, Dion Faisol, memberi kami informasi lebih, mereka juga bertanya materi berdasarkan pemberian materi sebelumnya maupun materi dari pemikiran tokoh nama kelompok mahasiswa baru. Mengingat tahun ini nama kelompok berdasarkan para tokoh pemikir teori dan filsuf, seperti Jean Paul Sartre, Simone de Beauvoir, dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel.
Pertanyaannya adalah apakah mereka (Tim Disiplin) juga mengetahui pemikiran tokoh tersebut? Atau hanya sekedar iseng bertanya kepada mahasiswa baru? Bisa jadi, belum tentu mereka menguasai pemikiran tokoh bersangkutan atau materi yang telah disampaikan pemateri untuk mahasiswa baru.
Kehadiran Tim Disiplin dikatakan perlu jika memang menegakkan aturan tanpa suara meninggi. Tegas pun memang suatu keharusan, akan tetapi selama acara pengenalan kampus itu tidak tertulis secara jelas dalam aturan bahwa Tim Disiplin diperbolehkan membentak.
Segan atau tidaknya ketika menegakkan aturan, Rini mengungkapkan, “Pengaderan itu ‘kan sebenarnya bukan antara saya menakuti atau tidak menakuti. Antara saya menaati dan tidak menaati.” Ia mengaku tidak merasa segan apalagi takut, justru tidak segan karena cara penegakkannya.
“Kalo aku tuh respect-nya, gara-gara, oh iya panitia. Ada sebuah rencana gitu ‘kan. Karena aku dulu ‘kan mengonsep diklat juga, ntar dramanya kek begini, ntar alurnya kek gini, udah ngebaca,” tambahnya.
Mengenai pemberian hukuman, relatif masih bisa diterima secara logis. Selama memantau acara, kami tidak menemukan kekerasan fisik, cemoohan, dan lontaran kata-kata kasar. Berbeda saat tahun 2015 ke atas masih jelas terdengar kata kasar terlontar dari Tim Disiplin. Pengalaman ini diceritakan oleh Irfan Afwandi, dari Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Sumber lain dari luar kampus juga dapat diakses mudah dari berita viral yang diangkat media nasional maupun yang belum diangkap. Namun sekarang volume suara tinggi masih terucap. Hukuman masih sebatas menjelaskan materi, bernyanyi, meresume materi.
Menanggapi pertanyaan kami soal pemberian hukuman, Ricky menanggapi santai, “Ya menurutku ya, jujur aja gugup. Ditanyain harus jawab cepet, yang gak tertib harus maju ke depan terus dikasih hukuman.” Ungkap mahasiswa asal Nganjuk itu.
Dia menambahkan, “Marah-marah, gak jelas itu. Kalo ada yang salah itu wajib diberi sanksi. Gak usah marah-marah buat mabanya tertekan. Ada yang hampir nangis malah, tapi ada juga sih.” Rupanya Ricky merasa iba terhadap mereka yang terkena bentakan dari Tim Disiplin, “Iya gak perlu dibentak-bentak. Kasian ‘kan yang nangis gitu.”
Menyangkut suka atau tidak suka terhadap perlakuan Tim Disiplin, hal tersebut adalah pendapat subjektif setiap orang. Seperti Putri, ia cukup menyukai cara pendisiplinan itu, “Suka, soalnya semuanya jadi lebih konsentrasi, serius gak ada yang bercanda-canda,” kata mahasiswi asal Surabaya ini.
Perihal evaluasi Tim Disiplin, Putri berpendapat, “Sejauh ini sih udah baik, baguslah untuk mendisiplinkan. Biar yang lainnya juga termotivasi untuk nurut apa yang diatur sama UFO.”
Wawancara dengan mereka pun berakhir, sisanya kami berbincang ringan soal serba-serbi ospek FISIP yang menjadi kesan dan kenangan mereka. Wajah mereka terlihat senyum berseri. Kakak tingkat, beberapa panitia ospek, termasuk kami, ramah terhadap empat orang penghuni baru FISIP Unair ini.
Aturan pencegahan tindakan senioritas
Kita semua tahu bahwa pernah ada dan mungkin masih ada senioritas yang menindas para junior ketika baru memasuki lingkungan akademik kampus, khususnya perguruan tinggi. Adanya Tim Disiplin saat ospek sudah menyosialisasikan ada batas hubungan vertikal senior-junior. Melalui aksi mendominasi itu, angkatan di atas mahasiswa baru menunjukkan posisinya. Jika ditambah dengan kekerasan secara verbal atau non verbal, jelas sekali mahasiswa baru ditempatkan dalam posisi yang tidak diuntungkan, kecuali melawan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dari kemenristekdikti telah mengantisipasi dan menghimbau kepada para pimpinan perguruan tinggi untuk mengawasi ospek. Panduan Umum Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) telah diedarkan setiap tahunnya.
Kami melihat pada Panduan Umum PKKMB nomor B/636/B.B3/KM.00/2019 tanggal 24 Juli 2019 dari kemenristekdikti. Dalam latar belakang di paragraf tiga telah menjelaskan bahwa tidak diperbolehkannya pengenalan kampus sesuai dengan interpretasi masing-masing sehingga terjadi penyimpangan seperti perpeloncoan oleh senior, kekerasan fisik, dan atau psikis yang berakhir jatuhnya korban jiwa, kemudian menimbulkan kekhawatiran semua pihak terkait.
Masih pada panduan umum PKKMB, asas pelaksanaan pada poin nomor tiga dikemukakan asas humanis. Kegiatan penerimaan mahasiswa baru dilakukan berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan prinsip persaudaraan serta anti kekerasan.
Aktivitas ospek berujung pada kekerasan fisik atau mental mungkin tidak terlalu terlihat secara terang-terangan pada beberapa tahun terakhir ini di Universitas Airlangga, terutama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Namun perlu dipertanyakan jika masih ada penindasan junior atau mahasiswa baru yang dibenarkan dalam aturan lembaga resmi.
Kebetulan pada hari Kamis 8 Agustus 2019 sekitar pukul 13:30, seorang berkemeja putih dengan celana hitam memasuki ruangan A307. Beliau adalah Wakil Dekan I, Prof. Dr. Mustain, Drs., M.Si. Kehadiran beliau sempat kami konfirmasi kepada Risyad selaku Presiden BEM FISIP Unair yang turut mendampingi kehadirannya. Masuknya Pak Mustain ke dalam A307 sekaligus memantau jalannya UFO hari itu. Setelah keluar, ia berpesan di hadapan kami dan para panitia, “Jangan ada yang dibentak-bentak ya, tolong. Jangan sampai ada.” Kemudian beliau berjalan pergi meninggalkan kami.
Sampai adanya edaran resmi seperti panduan umum PKKMB dari kemenristekdikti, kampus sebagai lembaga pendidikan harus tunduk dalam aturan yang ada. Bilamana terdapat oknum yang masih melaksanakan perpeloncoan, atau kekerasan di kampus, layak diberi sanksi sesuai pelanggaran. Terlaksananya ospek kampus yang di dalamnya penegak kedisiplinan oleh senior tapi sewenang-wenang, sudah menjadi rahasia umum yang sudah kita ketahui bersama. Maka sebagai mahasiswa baru juga perlu kritis terhadap perlakuan yang diterima selama masa pengenalan kampus.
Satu pernyataan selalu kita telan dalam benak pikiran, pihak kampus yang menjamin keamanan dan kenyamanan mahasiswa baru acap kali lalai atau kecolongan membiarkan kejadian seperti ini terus berulang setiap tahun.
Penulis: Faiz Zaki
TAG: #dinamika-kampus #fisip-unair # #