Pop culture kini telah mengambil banyak bentuk, salah satunya adalah musik. Banyak sekali penyanyi popular yang di gemari oleh masyarakat dunia, seperti halnya Taylor Swift, yang merupakan pemusik besar dan saat ini terpilih menjadi pembahasan utama suatu mata kuliah di Clive Davis Institute.
retorika.id- Pop culture memiliki jenis yang beraneka ragam mengikuti perkembangan zaman. Entah dalam hal fashion, music, film, hingga trend yang memengaruhi kehidupan banyak orang di era globalisasi yang mana kemajuan teknologi dan informasi begitu pesat.
Pengaruh pop culture yang sangat hebat, ini kemudian menginspirasi berbagai universitas untuk membentuk mata kuliah (course) tertentu yang berbicara tentang pop culture. Belum lama ini, New York University mengumumkan di bukanya mata kuliah pop-culture baru, yakni mata kuliah mengenai Taylor Swift.
Melalui Instagramnya, Clive Davis Institute yang dinaungi oleh New York University mengunggah foto sang penyanyi All Too Well tersebut dan mengutarakan kegembiraannya tentang mata kuliah Taylor Swift yang dibuka pada (26/01/2022).
Tidak dapat dipungkiri, pengaruh Taylor sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu terhadap music, trend, hingga fashion sangat besar. Gerakan berani yang diambil Taylor untuk mengubah genre music dari country ke pop juga menjadi sorotan. Meski tindakan yang diambilnya merupakan tindakan yang mengandung banyak resiko,
nyatanya karir Taylor setelah berubah genre semakin melejit.
Hal ini yang kemudian menginspirasi Clive Davis Institute untuk membuka mata kuliah mengenai Taylor Swift. Mata kuliah ini tidak akan hanya membahas mengenai perjalanan karir Taylor, melainkan juga akan membahas mengenai masa muda dan masa remaja, pengaruh country dan pop dalam kultur music modern, hingga pembahasan mengenai ras. Mata kuliah ini akan dipimpin oleh Brittany Spanos, seorang staff writer Rolling Stone.
Deskripsi mata kuliah ini menyatakan bahwa Taylor Swift ditujukan untuk mendekonstruksi daya tarik penyanyi tersebut melalui pembedahan musik Taylor dan opini publik yang berkaitan dengan pertumbuhan Taylor sebagai seorang seniman dan selebritis. Hak cipta, nasionalisme Amerika, dan pengaruh media sosial juga tidak luput dari pembahasan mata kuliah ini.
Adapun course objectives mata kuliah Taylor adalah para siswa diharapkan bisa memahami bagaimana diskursus mengenai masa muda dan masa remaja yang kerap dieksploitasi dalam industri musik dan media, memahami penyanyi mana saja yang memengaruhi Taylor Swift dalam perkembangannya bermusik, mengupas diskursus terkait prodigies di industri musik, memahami bagaimana kreativitas dan kemampuan menulis lagu Taylor Swift yang membawanya ke dalam karir yang stabil bahkan di era perkembangan musik yang pesat, memahami bagaimana politik rasial seringkali berkaitan dengan musik populer kontemporer, dan mengembangkan kemampuan apresiasi artistik, berpikir kritis, dan kemampuan research dan menulis para siswa.
“Ketika Brittany menyarankan mata kuliah ini dibentuk, aku sudah tertarik. Dia merupakan penggemar Taylor, tetapi ia memahami bagaimana mengkontekstualisasi Taylor secara kultural. Brittany juga dapat membuat para siswa berpikir lebih dalam mengenai Taylor Swift dan musiknya, serta melihat keseluruhan hal melalui kacamata gender, feminisme, rasial, dan kelas, serta kategori lain yang berhubungan dengan identitas,” ungkap Ketua Clive Davis Institute, Jason King, kepada Variety.
King juga menambahkan bahwa ia percaya kepada kemampuan Spanos untuk memimpin mata kuliah Taylor, sebab ia sendiri telah melihat perkembangan Spanos sebagai mantan dosennya.
Spanos menyatakan bahwa mengajar di Clive Davis Institute merupakan mimpinya sejak lama, bahkan ketika ia masih bersekolah di NYU. Spanos telah mengambil beberapa kelas terkait musik, dan kelas-kelas itulah yang membentuknya menjadi jurnalis musik seperti sekarang.
“Aku telah menjadi penggemar Taylor Swift sejak lama. Ini merupakan suatu kebanggaan untukku, membagikan pengalaman dan pengetahuanku kepada para siswa,” ujar Spanos kepada Variety.
Spanos juga berharap agar melalui mata kuliah ini, para siswa akan mengenal dan memahami lebih jauh mengenai Taylor Swift, yang merupakan salah satu bintang terbesar saat ini.
Jika ditinjau, mata kuliah pop culture bukan suatu hal yang baru. Beberapa tahun lalu, ada pula mata kuliah mengenai feminisme Beyoncé dan womanism Rihanna, pembahasan sosiologi mengenai Miley Cyrus, teologi Bruce Springsteen, pembahasan komposisi music The Beatles, dan David Bowie. Tidak hanya membahas penyanyi/musisi saja, tetapi juga ada beberapa mata kuliah yang membahas film dan series, seperti Harry Potter dan The Simpons.
Penulis: Fitha Dwi Kartikayuni
Editor: Dina Marga H
Referensi :
Aswad, J. (2022, 2 Februari). “Taylor Swift Course Launched at New York University’s Clive Davis Institute”. Diperoleh dari: https://variety.com/2022/music/news/taylor-swift-course-nyu-clive-davis-institute-1235170200/. (Diakses 21 Februari 2022).
TAG: #budaya #media-sosial #musik #