» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Relevansi Buku Fisik di Era Digital: Bertahan atau Tergantikan?
26 Mei 2023 | Opini | Dibaca 989 kali
Relevansi Buku Fisik di Era Digital: Bertahan atau Tergantikan?: - Foto: gettyimages.com
Belakangan ini beberapa toko buku dikabarkan gulung tikar, salah satunya Toko Buku Gunung Agung yang telah 70 tahun beroperasi. Hal tersebut memunculkan pertimbangan terkait nasib buku fisik kedepannya. Akankah buku fisik semakin tergantikan e-book karena digitalisasi yang semakin marak?

Retorika.id- Pada tahun 2022 atau tepatnya di era pandemi, salah satu toko buku, yakni toko buku Gunung Agung menjaga kelangsungan usaha mereka dengan efisiensi penutupan outlet toko bukunya di beberapa wilayah, seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Kerugian operasional setiap bulannya terus berlanjut hingga pada tahun 2023 membuat Toko Buku Gunung Agung memutuskan untuk menutup toko buku yang tersisa. Toko Buku Gunung Agung sendiri sudah berdiri sejak tahun 1953 sehingga penutupan seluruh outlet/toko nya tentu membawa pengaruh terutama bagi pecinta buku. Tidak hanya toko buku Gunung Agung, sebelumnya, toko buku Aksara juga telah menutup tokonya di Cilandak Townsquare dan Pacific Place, hanya menyisakan satu outlet-nya di Kemang, Jakarta Selatan.

 

Penutupan beberapa toko buku tersebut membuat beberapa pertanyaan muncul terkait relevansi buku fisik di era digital ini serta minat baca masyarakat terhadap buku fisik. Era digital tentu semakin memudahkan pekerjaan atau aktivitas manusia, apalagi generasi muda saat ini menyukai hal yang instan, mudah, dan praktis. Berdasarkan hasil analisis Sukardi (2021) bahwa para responden lebih tertarik membaca e-book daripada buku fisik, dengan presentase minat membaca e-book 64,7% sedangkan buku fisik 35,3%.


Efisiensi e-book serta kemudahan mengaksesnya di mana saja menjadi salah satu pertimbangan masyarakat untuk lebih tertarik membaca e-book.

 

Selain ketertarikan masyarakat terhadap kemudahan mengakses, pertimbangan dari segi ekonomis juga menjadi pengaruh. Buku fisik yang membutuhkan biaya produksi mulai dari proses editing, cetak, dan beberapa hal lainnya membuat harga buku tersebut yang bagi beberapa orang terbilang cukup mahal. Menghadapi persoalan harga, tak jarang beberapa toko buku menggelar diskon besar-besaran untuk produk mereka.

 

Walaupun era digitalisasi membawa banyak kemudahan, tetapi tak bisa dimungkiri bahwa sensasi dari membaca serta menyentuh langsung buku fisik berbeda dengan e-book. Bagi beberapa pecinta buku, aroma buku fisik, ilustrasi dari sampul yang menarik, serta membaca langsung tanpa menatap layar digital masih menjadi alasan buku fisik tetap digemari. Segi estetika dari buku fisik juga menjadi salah satu kelebihan yang tidak bisa didapatkan dari e-book. Berkunjung ke toko buku atau perpustakaan juga bisa menjadi salah satu rekreasi dari hiruk pikuk kehidupan, menikmati buku-buku yang terklasifikasi dengan baik di setiap rak juga sebuah pemandangan yang menyegarkan mata.

 

Beberapa toko buku bahkan perpustakaan, juga terus mengembangkan layanan mereka untuk bisa bersaing menghadapi kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi bukanlah sebuah hambatan, tetapi sebuah tantangan untuk berkembang kedepannya. Literasi digital sekarang sedang digalakkan karena teknologi yang sudah melekat dalam kehidupan generasi saat ini. Baik literasi digital atau konvensional melalui buku fisik, diharapkan minat baca masyarakat semakin meningkat dan angka buta huruf semakin menurun. 

 

E-book ataupun buku fisik bukanlah sebuah perbedaan yang cukup besar karena informasi yang didapatkan di dalamnya adalah hal terpenting. Setiap orang memiliki ketertarikan masing-masing dalam mendapatkan informasi serta wawasan yang dibutuhkan melalui e-book ataupun buku fisik. Menatap layar gawai terus menerus juga terkadang membosankan sehingga meluangkan waktu untuk berkunjung ke perpustakaan atau toko buku merupakan salah satu solusi yang cukup praktis. Galakkan literasi agar teknologi bisa terkendali, bukan kita yang dikendalikan oleh teknologi.



Referensi: 

CNN Indonesia. Christine Novita Nababan. (2018, 16 April). Gerai Toko Buku Aksara Tutup. Diakses pada 25 Mei 2023, dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180416081649-92-291015/gerai-toko-buku-aksara-tutup

 

Liputan6.com. Natasha Khairunisa Amani. (2023, 22 Mei). Terkuak Alasan Toko Buku Gunung Agung Tutup Semua Outlet di 2023. Diakses pada 25 Mei 2023, dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/5293768/terkuak-alasan-toko-buku-gunung-agung-tutup-semua-outlet-di-2023 



Sukardi. (2021). Analisa Minat Membaca Antara E-Book Dengan Buku Cetak Mengunakan Metode Observasi Pada Politeknik Tri Mitra Karya Mandiri. Dalam Jurnal IKRAITH-Ekonomika. [Online], 4, (2), 6 halaman. Diakses pada 25 Mei 2023, dari https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-EKONOMIKA/issue/view/60

Penulis: Marsanda Lintang

Editor: Jingga Ramadhintya 

 


TAG#humaniora  #media-sosial  #sosial  #