» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Mild Report
Konflik Rusia-Ukraina: Rusia Semakin Agresif, Ukraina Terdesak
04 November 2022 | Mild Report | Dibaca 1195 kali
Rusia dan Ukraina dihadapi konflik yang panjang. Keretakan hubungan antara keduanya sebenarnya telah ada sejak masa lalu. Namun kian adanya eskalasi konflik diantara kedua negara tersebut, Rusia pun akhirnya secara agresif menyerang Ukraina.

retorika.id- Konflik antara Rusia-Ukraina menarik perhatian masyarakat global. Jika di telisik, asal muasal terciptanya konflik Rusia-Ukraina ini tidak bisa dilepaskan darisejarah. Sejarah ini pun bisa dilihat kembali dari sejak ratusan tahun yang lalu, saat Ukraina smasih menjadi bagian dari kekaisaran Rusia. Kemudian di tahun 1920, Rusia dan Ukraina bersatu dalam sebuah federasi negara komunis yang bernama Uni Soviet, sebuah negara adidaya komunis yang ikut dalam perang dingin melawan AS (1945-1991). Pada saat itu Ukraina ditindas dan menerima berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintahan pusat dari Moscow. Contohnya adalah peristiwa Holodomor pada tahun 1932-1933, dimana jutaan warga Ukraina meninggal akibat kelaparan yang disengaja.

Setelah berlarut-larut dalam perang dingin, Amerika Serikat keluar menjadi pemenang, sedangkan Uni Soviet tumbang dan mengalami keruntuhan pada tahun 1991. Negara-negara yang tergabung dalam negara federasi besar tersebut seperti Rusia dan Ukraina pun akhirnya memerdekakan diri. Mereka selama beberapa tahun awal menjalin hubungan bilateral yang harmonis. 

Beberapa tahun kemudian, Rusia, Ukraina serta Belarusia membentuk organisasi regional bernama Commonwealth of Independent States (CIS), yang merupakan organisasi antar pemerintah regional di Eropa Timur dan Asia, kebanyakan diantaranya adalah negara eks-Uni Soviet. Organisasi tersebut didirikan untuk mendorong kerja sama dalam urusan ekonomi, politik dan militer. Namun, Ukraina menganggap bahwa CIS adalah strategi Rusia untuk mengendalikan negara-negara yang dulu berada dalam naungannya di zaman Uni Soviet. 

Sejak zaman itu masyarakat Ukraina bersikeras agar bebas dari kuasa Rusia. Setelah bertahun-tahun berada dalam jajahan Rusia dari masa kekaisaran sampai masa Uni Soviet,


masyarakat Ukraina ingin agar negaranya benar-benar merdeka. Puncak perjuangan masyarakat pun meletus pada tahun 2014, dimana masyarakat Ukraina melakukan revolusi untuk menentang pemerintahan Viktor Yanukovych yang pro-Rusia.  

Melihat kekacauan tersebut, Rusia memanfaatkan momentum dengan mencaplok Krimea, dan juga mendukung gerakan-gerakan  separatis yang pro-Russia di Ukraina Timur seperti Donetsk dan Luhansk. Semua ini dilakukan agar Ukraina tetap lemah dan berada dalam kontrol Rusia. 

Sebenarnya, inti dari keinginan Rusia untuk mengontrol Ukraina ini adalah keengganan Rusia untuk melihat Ukraina dekat dengan Barat dan masuk dalam NATO. Rusia dari dulu adalah negara yang bisa dibilang paranoid dan terobsesi dengan keamanan. Sifat tersebut pun bukan tanpa alasan. Rusia sejak ratusan tahun yang lalu telah di invasi berkali-kali dari Barat, mau itu oleh Jerman pada abad ke-20, maupun Perancis pada abad ke-19. Salah satu alasan mengapa Rusia atau lebih tepatnya Moscow bisa bertahan dari serangan-serangan tersebut adalah karena negara-negara kecil yang berada di baratnya, seperti Ukraina, Belarus, dan negara-negara lainnya. 

Kini dengan keruntuhan Uni-Soviet, Rusia sudah tidak memiliki negara-negara kecil yang bisa melindunginya dari barat lagi. Kebanyakan diantaranya bahkan berpihak ke musuh terbesarnya, yakni Barat. Oleh karena itu, Russia melihat Ukraina, negara yang hingga sekarang belum mengikuti NATO, sebagai sebuah benteng atau buffer zone yang bisa mencegah invasi NATO terhadap Rusia secara langsung. 

Namun, meski banyaknya usaha Rusia untuk menjadikan Ukraina sebagai buffer zone-nya, Ukraina tidak ingin tunduk. Terutama dalam pimpinan Zelensky, Ukraina menolak untuk menjadi babu bagi Rusia.

Putus asa, pada Februari 20222, Rusia pun akhirnya mengirimkan pasukan mereka ke Ukraina. Mereka melakukan 'operasi militer spesial" terhadap Ukraina dengan tujuan untuk membela Donetsk dan Luhansk, gerakan-gerakan separatis di Ukraina Timur, dan juga untuk membasmi Nazisme di Ukraina. 

Dalam konflik ini, tidak ada yang bisa memastikan kapan konflik ini akan segera berakhir. Tidak terhitung seberapa besar kerugian Ukraina akibat serangan Rusia, mulai dari rusaknya rumah penduduk, fasilitas umum, banyak gedung-gedung tinggi yang hancur lebur karena dihujani rudal oleh Rusia. Namun, yang paling menyakitkan adalah banyaknya korban yang tewas dalam konflik tersebut. 

Berdasarkan Tim Investigasi komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) militer Rusia dikatakan telah melakukan kejahatan perang terhadap warga Ukraina. Berbagai hal keji dilakukan, baik itu pemerkosaan, pembunuhan, hingga penjarahan.

Selain itu, konflik ini juga membawa dampak buruk bagi perekonomian global. Harga komoditas minyak dan gas melambung tinggi, sistem pangan global terancam hancur, pasar saham terguncang dan ekonomi global tumbuh lebih lambat. 

Dalam menyikapi operasi militer Rusia, banyak negara memberi sanksi terhadap negara beruang tersebut. Akan tetapi, sanksi yang diberikan sejumlah negara bagaikan angin lalu. Rusia tetap gencar melakukan operasi militernya dan tidak gentar sedikitpun atas sanksi yang diberikan oleh sejumlah negara. Bahkan Presiden Vladimir Putin telah memberikan peringatan kepada masyarakat internasional agar tidak ikut campur dalam perangnya dengan Ukraina.

Konflik ini juga menimbulkan kecemasan global akan meletusnya perang dunia ketiga.  Kecemasan ini sangat wajar, mengingat dalam sejarah eropa ini pertama kalinya terjadi konflik besar setelah perang dunia kedua. Entah, skenario apa yang hendak dilakukan Rusia atas Ukraina kedepan. Namun jika Rusia mengambil langkah dengan mengerahkan senjata nuklirnya, maka Eropa diambang kehancuran.

 

Penulis: Dina Marga H

Editor: Ega Putra

 

 

Referensi:

Adryamarthanino, V. 2022. Sejarah Hubungan Rusia dan Ukraina. Tersedia di: https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/31/100000979/sejarah-hubungan-rusia-dan-ukraina?page=4 (diakses pada 30 Oktober 2022)

 

Reditya, T. 2022. 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina yang Mengubrak-abrik Ekonomi Global. Tersedia di: https://www.kompas.com/global/read/2022/03/23/210000170/5-dampak-perang-rusia-ukraina-yang-mengubrak-abrik-ekonomi-global?page=3 (diakses pada 30 Oktober 2022)

 

Sekarwati, O. 2022. PBB Curiga Ada Kejahatan Perang di Wilayah yang Diduduki Rusia di Ukraina. Tersedia di: https://dunia.tempo.co/read/1637737/pbb-curiga-ada-kejahatan-perang-di-wilayah-yang-diduduki-rusia-di-ukraina (diakses pada 30 Oktober 2022)

 

Oktarianisa, S. Kronologi dan Latar Belakang Konflik Rusia dan Ukraina. Tersedia di: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220304134216-4-320044/kronologi-dan-latar-belakang-konflik-rusia-dan-ukraina/3 (diakses pada 30 Oktober 2022)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


TAG#demokrasi  #ekonomi  #politik  #sejarah