
Baru 100 hari Prabowo Subianto menjabat sebagai presiden, sudah banyak sekali demonstrasi dan tuntutan yang dilayangkan oleh masyarakat. Opresi semakin terarah pada kelompok-kelompok marjinal yang nasibnya sudah tertindas dari awal. Retorika mendedikasikan majalah kali ini untuk teman-teman dari kelompok marjinal. Melalui 20+ artikel yang disajikan di majalah ini, kami harap pemahaman tentang penindasan sistemik yang dilanggengkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto bisa semakin meluas.
Halo, Sobat Reto!
Tahun 2025 bisa dikatakan sebagai tahun kegelapan. Bukan hanya untuk Indonesia, melainkan juga untuk dunia secara umum. Dengan bertahtanya pelanggar hak asasi manusia seperti Prabowo Subianto, Donald Trump, dan Benjamin Netanyahu di jabatan-jabatan tertinggi negara, sepanjang 2025 pasti tidak akan lepas dari berita duka. Entah itu karena kematian demokrasi, dipenggalnya hak asasi, atau dilucutinya martabat manusia melalui ulah-ulah nakal pejabat negara.
Baru 100 hari Prabowo Subianto menjabat sebagai presiden, sudah banyak sekali demonstrasi dan tuntutan yang dilayangkan oleh masyarakat. Efisiensi tak masuk akal demi program makan siang gratis, Danantara,
stok gas LPG 3 kilogram yang mendadak kosong, kasus oplosan bensin Pertamina, korupsi di mana-mana, dan banyak kasus lain—semua itu memantik semangat rakyat untuk bersatu dan berserikat melawan rezim. Seluruh elemen masyarakat melebur di jalan; ibu-ibu rumah tangga, ojol, pekerja kontrak, pekerja tetap, bahkan teman-teman penyandang disabilitas. Semua bersatu meneriakkan keinginan mereka akan keadilan.
Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Negara yang harusnya menjamin ketiadaan diskriminasi justru malah menjadi pelaku utama opresi. Dan akhir-akhir ini, opresi semakin terarah pada kelompok-kelompok marjinal yang nasibnya sudah tertindas dari awal. Yang terbaru; pemangkasan dana Komisi Nasional Disabilitas dari 5,6 miliar rupiah menjadi 500 juta rupiah saja. Hal ini menimbulkan pertanyaan baru; bagaimana kelanjutan nasib dari teman-teman marjinal di era Prabowo ini?
Berangkat dari pertanyaan itu, Retorika mendedikasikan majalah kali ini untuk teman-teman dari kelompok marjinal; buruh, tani, mahasiswa, rakyat miskin kota. Perempuan, kelompok LGBTQ+, penyandang disabilitas, minoritas SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), kelas menengah, dan lain sebagainya. Melalui 20+ artikel yang disajikan di majalah ini, kami harap pemahaman tentang penindasan sistemik yang dilanggengkan oleh pemerintahan Prabowo Subianto bisa semakin meluas. Semoga artikel-artikel di majalah ini dapat menggugah semangat Sobat Reto untuk terus kritis terhadap segala hal yang terjadi di sekitar kita. Mari terus bersatu dan berserikat melawan ketidakadilan.
Retorika mengucapkan terima kasih atas antusiasme Sobat Reto sekalian. Apabila terdapat kritik dan saran, silakan hubungi kami melalui saluran-saluran yang tersedia. Kami selalu terbuka terhadap masukan apapun. Kami akan selalu berusaha menjadi media yang bebas dalam pikiran dan berkemanusiaan dalam perjuangan.
Selamat membaca, dan sampai jumpa di majalah-majalah edisi berikutnya!
LINK: https://heyzine.com/flip-book/da26f528a7.html
TAG: #demokrasi #humaniora #lpm-retorika #pemerintahan