» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Memantik Kesadaran Mahasiswa Baru di UFO, Lalu Apa Selanjutnya?
23 Agustus 2024 | Liputan Khusus | Dibaca 159 kali
Memantik Kesadaran Mahasiswa Baru di UFO, Lalu Apa Selanjutnya?: Memantik Kesadaran Mahasiswa Baru di UFO, Lalu Apa Selanjutnya? Foto: Dokumentasi Pribadi
Rangkaian kegiatan United FISIP Orientation (UFO) tahun ini berfokus pada upaya membangkitkan kesadaran kritis dan kepekaan sosial mahasiswa baru FISIP Unair terkait topik RUU TNI-Polri yang dianggap problematik. Namun, pertanyaan yang muncul adalah seberapa jauh pemahaman dan antusiasme mereka terhadap isu ini? Lalu, parameter apa yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memantik kesadaran politik mahasiswa baru FISIP?

Retorika.id- Hari pertama pelaksanaan United FISIP Orientation (UFO) telah dilaksanakan pada Kamis (22/08/2024). Selama seharian, mahasiswa baru diharuskan mengikuti rangkaian kegiatan yang menuntut mereka untuk berpikir kritis terkait isu-isu sosial politik. Salah satu kegiatan yang diikuti adalah sesi diskusi bertajuk “Ruang Dialektika”. 

Ratusan mahasiswa kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan beragam isu sosial dan politik di Indonesia, salah satunya terkait RUU TNI-Polri. Pertanyaannya, seberapa efektif kegiatan tersebut untuk memantik daya kritis mahasiswa baru mengenai isu sosial politik? 

Mantan Ketua Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) Surabaya, Eben Haezer, menyampaikan apresiasinya dari penyelenggaraan sesi diskusi dalam pelaksanaan UFO. Menurutnya, sudah menjadi tanggung jawab mahasiswa, terutama mahasiswa FISIP, untuk melek terhadap isu-isu sosial dan politik di Indonesia.

“Beban mahasiswa dari dulu sampai sekarang itu nggak berubah. Mereka diminta untuk menjadi berkontribusi dan motor perubahan. Persoalannya, tidak semua mahasiswa punya pemahaman seperti itu. Apalagi


berbicara mengenai mahasiswa FISIP yang idealnya mereka lebih tahu masalah-masalah di sekitar kita,” ungkapnya. 

Eben menambahkan, penyelenggaraan diskusi di UFO bisa menjadi media pemantik daya kritis para mahasiswa baru. Namun, ia masih mempertanyakan langkah selanjutnya untuk menjaga daya kritis mahasiswa tersebut. 

“UFO ini bisa menjadi media yang cocok untuk memantik teman-teman mahasiswa baru. Namun, UFO kan diselenggarakannya cuma hitungan hari. Empat tahun ke depan itu masa-masa yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Masa di mana mereka belajar untuk siap bermasyarakat nantinya. Harapan saya supaya kegiatan semacam ini nggak hanya berhenti di UFO saja, gitu. Langkah selanjutnya itu apa? tanya Eben. 

Eben menyadari kalau UFO merupakan orientasi fakultas yang diselenggarakan untuk memperkenalkan mahasiswa baru terhadap isu-isu sosial dan politik. Oleh karenanya, ia mengajak civitas akademika untuk turut menjaga daya kritis mahasiswa baru setelah mereka aktif berkuliah. 

“Dosen-dosen punya peran untuk merawat mereka, teman-teman himpunan juga berperan sama, atau mungkin teman-teman mahasiswa organisasi eksternal kampus, termasuk teman-teman retorika juga. Jadi, sebenarnya tinggal kita tinggal menjalankan peran masing-masing,” ujarnya. 

Bagi Eben, jurnalisme merupakan media yang efektif untuk merawat daya kritis mahasiswa baru. Namun, rendahnya minat para mahasiswa menjadi jurnalis masih menjadi tantangan.

“Kita tidak bisa menutup mata kalau jurnalisme yang bertugas untuk mengedukasi, mencerahkan, dan melayani publik. Namun, kan kita nggak bisa mengharapkan mereka semua menjadi jurnalis juga. Dengan majunya teknologi seperti sekarang, upaya untuk merawat daya kritis itu masih bisa dilakukan. Misalnya, membungkus isu-isu politik melalui konten-konten di media sosial,” imbuhnya.

Dalam wawancara, Eben juga menyayangkan waktu yang diberikan oleh panitia UFO terbilang sedikit untuk membahas isu-isu yang kompleks. Akan tetapi, ia tetap mengapresiasi para mahasiswa baru yang sudah aktif berdiskusi dengannya. 

Eka Nurbaya, mahasiswa baru jurusan Sosiologi, ikut mengungkapkan pengalamannya setelah mengikuti Ruang Dialektika. 

“Pembahasan terkait RUU Polri, obrak-abriknya MK dan semacamnya itu kan aku kebetulan baru melek. Di taman tuh sempat dibahas sebentar, cuma pembahasan lebih dalamnya waktu kita masuk ke ruangan masing-masing (satu rangkaian UFO, -red),” ucapnya. 

Hal berbeda diungkapkan oleh Zahra Ramadhani, mahasiswa baru jurusan Ilmu Politik, yang sudah terbiasa dengan isu-isu politik.

“Aku kebetulan udah beberapa generasi anak Ilmu Politik. Ayah ku kebetulan yang kaya ‘nih,baca (terkait isu sosial, -red). Aku dipaksa buat ngerti. Kebetulan di UFO makin dikasih tahu. Jadi aku belajar sendiri iya, dari orang lain juga iya,” ujarnya. 

Kami dari Retorika sudah mencoba menghubungi ketua divisi acara UFO terkait efektivitas penyelenggaraan Ruang Dialektika, termasuk alokasi waktu yang dikeluhkan oleh narasumber. Hingga saat ini (terhitung H+1 sejak acara berlangsung), ia belum memberikan keterangannya. 

Penulis: Adil Salvino, Sakha R.H, Allyssa N.S

Editor: Vraza Cecilia

 


TAG#aspirasi  #fisip-unair  #universitas-airlangga  #