» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Kesan dan Pesan Wisudawan Unair Setelah Wisuda Online
29 Juni 2020 | Liputan Khusus | Dibaca 7793 kali
Sumber:: Wisuda online periode Juni 2020 Foto: Dokumentasi pribadi/Aisyah Amira Wakang
Wisuda adalah momen sakral yang mengundang rasa bahagia maupun haru bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Namun, tidak dipungkiri jika wisuda tahun ini banyak yang merasa kecewa meski dengan kadar yang berbeda. Akibat dari adanya pandemi Covid-19, banyak kampus yang terpaksa melaksanakan wisuda online. Termasuk Universitas Airlangga yang untuk pertama kalinya melaksanakan wisuda online pada Sabtu (27/06/2020) kemarin. Universitas Airlangga sendiri berharap bahwa wisuda perdana online tahun ini tidak mengurangi nilai kesakralan dan rasa bahagia dari wisudawan berserta keluarga.

retorika.id- Wisuda online Universitas Airlangga periode Juni 2020 telah dilaksanakan untuk yang pertama kalinya pada Sabtu (27/06/2020). Momen-momen unik pun turut hadir dari para wisudawan sebagai bentuk perayaan tersendiri bagi mereka. Seperti memasang banner yang berisi foto wisudawan untuk dijadikan background saat Zoom atau memakai topi wisuda yang sebenarnya tidak diwajibkan.

Pulina Nityakanti Pramesi, wisudawan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) jurusan Ilmu Politik ini mengungkapkan jika dirinya merasa senang juga bangga saat mengikuti proses wisuda via daring. “Rasanya campur aduk sih, pertama seneng, bangga karena udah dapet gelar, udah selesai semua urusan kuliah dan bener-bener udah ngejalanin wisuda yang formal,” ujar Nitya.

Wisuda ini juga mengingatkan perjuangan dirinya selama ini, mulai dari awal menjadi mahasiswa baru hingga 4 tahun menjalani sistem perkuliahan. Terlebih saat mengingat suka duka mengerjakan skripsi.

“Mungkin itu kali ya proses yudisium yang makan waktu beberapa minggu cuman buat surat menyurat karena ada ‘ketidak harmonisan’ informasi. Jadi kayak lemparan-lemparan gitu, kayak di sini ngomongnya ini, di sana ngomongnya dilempar kemana gitu. Biasa lah ya birokrasi gitu, cuman untungnya sih tetap jadi,” ungkap Nitya yang juga pernah menjabat sebagai Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika FISIP Unair periode 2019 – 2020.

Selain itu, tekanan emosional saat menjalani sidang juga berasa lebih berat. Namun, ia bersyukur sebab proses tersebut bisa dibilang lancar dan tidak semenakutkan seperti yang orang-orang bilang. Nitya juga merasa haru, terutama saat menyanyikan himne Airlangga. “Sebenarnya pengen banget nyanyi himne Airlangga di Airlangga Convention Center (ACC) cuman


nggak kesampaian terus tadi cuman nahan. Dibilang nahan tangis ya enggak, cuman terharu aja kayak nyanyi himne Airlangga di rumah gitu padahal mikrofonnya nggak dinyalain sama sekali di Zoom-nya.”

Hal paling mengesankan bagi Nitya adalah saat merayakan momen tersebut bersama keluarga dan teman-teman yang juga di rumah. “Malah jatuhnya lebih enak, karena kumpulnya lebih terasa, ketimbang kalau seandainya kamu pakai toga dan di ACC lebih mungkin ditarik-tarik sama orang buat foto gitu kali ya. Aku sih ngebayangin kayak gitu. Cuma tetep pengen sih sebenarnya wisuda offline.”

Namun, rasa kecewa tersebut dapat diwajari oleh Nitya dan keluarganya. Sebab, dalam kondisi yang tidak memungkinkan seperti ini, semua juga harus saling mengerti dan legowo.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Yuliana Kristianti, S.Hum. mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada mulanya, ia merasa biasa saja saat sebelum acara. Ia juga tidak mempersiapkan hal khusus selain mengikuti wisuda melalui Zoom, hadir tepat waktu, dan mengenakan kemeja putih. Namun, rasa haru mulai hadir ketika Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., M.T., Ak., CMA menyampaikan sambutannya.

“Ketika Rektor menyampaikan pidato saya terharu. Pesan beliau yang saya ingat adalah sampainya kami (wisudawan) di titik ini, tidak lepas dari peran banyak pihak. Banyak dukungan berupa moral maupun material yang diusahakan oleh orang-orang, khususnya orang tua. Menemani sampai di titik ini tidaklah mudah.”

Yulia yang dulunya juga menjabat sebagai Wakil BEM FIB Unair hampir tidak menyangka jika dirinya berhasil lulus kurang dari 4 tahun. Sebab dirinya turut aktif mengikuti organisasi internal maupun eksternal kampus.

“Hal paling mengesankan ketika diwisuda adalah ternyata saya bisa sampai di titik ini. Namun saya juga berkali-kali berpikir, apakah selama menjadi mahasiswa saya sudah menunaikan tugas sebagai mahasiswa dengan baik. Saya juga senang karena bisa membuktikan bahwa saya bisa lulus kurang dari 4 tahun meski aktif berorganisasi di internal maupun eksternal.”

Semasa perkuliahan, Yulia memang pernah menjabat sebagai Kabiro Intelektual Rayon Humaniora PMII Airlangga hingga menjadi ketua 1 PMII Airlangga. Ia juga merupakan co-founder Komunitas Lingkar Prestasi, staf Kaderisasi SKI FIB, Sekertaris 1 Paguyuban Karawitan Sastra Jendra (Pakarsajen) sekaligus pemain gamelan instrumen Saron di Pakarsajen.

Perjuangannya sampai pada titik ini tentu tidak mudah, terutama saat menjalani proses pengerjaan skripsi. Akibat dari adanya pandemi dan kebijakan lockdown di daerahnya. Ia harus mengubah objek skripsi dan judul skripsinya. “Objek skripsi saya sebelumnya adalah pondok pesantren. Karena ada corona jadi di-lockdown. Akhirnya pada tanggal 12 April setelah saya baca surat keputusan mengenai perkuliahan untuk mahasiswa yang tinggal skripsi, saya memutuskan ganti judul. Saya fokus kerjakan skripsi dengan judul baru dan izin kepada dosen pembimbing untuk mengajukan sidang online. Akhirnya 12 Mei saya sidang skripsi.”

Meski orang tuanya sedikit menyayangkan akan wisuda online ini, namun rasa sesal tersebut tidak bisa mengalahkan kebanggaan beliau berkat usaha kerja keras dari putrinya. “Tanggapan orang tua saya sedikit menyayangkan karena saya ikut periode yang online. Tapi jika menunda wisuda, tidak menjamin juga wisuda saya akan langsung di gedung ACC. Orang tua saya senang. Karena setahun yang lalu saya bilang bahwa akan wisuda September. Ternyata saya ambil periode Juni.”

Selain Nitya dan Yulia. Wisuda online ini juga menjadi momen berharga bagi Alfian Andhika Yudhistira, S.Ant. wisudawan dari jurusan Antropologi FISIP Unair. Alfian merupakan mahasiswa tunanetra pertama yang dikukuhkan oleh Universitas Airlangga. Dalam video dirinya yang ditayangkan saat prosesi wisuda via daring, Alfian mengatakan jika pada mulanya ia sempat kesulitan menjalani perkuliahan. Namun, hal tersebut membuat dirinya jauh lebih tertantang dan berusaha lebih keras lagi.

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir bahwa teman-teman yang mempunyai keterbatasan penglihatan, keterbatasan fisik, atau apapun itu, mereka bukanlah orang yang tidak bisa. Tetapi mereka mampu jika diberi kesempatan untuk berkarya.

“Terimakasih Universitas Airlangga, terimakasih teman-teman antropologi, terimakasih rektor, dekan, dosen, dan semuanya salam sukses untuk kita semuanya,” tutup Alfian di akhir video.

Dalam sesi wawancara ini, Yulia juga berpesan, “Saya ingin mengucapkan selamat untuk teman-teman yang masih berproses di bangku kuliah. Tidak peduli ini menjadi semester keberapa. Bisa jadi, kalian adalah pembelajar yang sebenarnya. Selama tujuannya baik, tidak ada yang sia-sia. Menjadi mahasiswa harus menepati sumpah, menepati sumpah akan membuat nurani terjaga. Saya minta doa kepada teman-teman yang masih berproses di bangku kuliah, semoga saya tidak menyesal diwisuda hari ini.”

Ia juga berpesan untuk wisudawan yang telah dikukuhkan, “Selamat sudah berhasil melalui masa-masa selama studi. Sekarang saatnya membaktikan diri. Semoga kita semua sukses di jalan yang diridhoi Tuhan. Kita memang sudah diwisuda dari pendidikan formal. Tapi tetap jangan berhenti belajar. Pelajaran kehidupan mungkin akan lebih rumit setelah ini. Tapi semoga kita semua berhasil melalui.”

Penulis: Aisyah Amira Wakang


TAG#akademik  #aspirasi  #pendidikan  #universitas-airlangga