.jpg)
Universitas Airlangga (Unair) mempercantik area Kampus C dengan hiasan ratusan payung berwarna-warni sebagai bagian dari kemeriahan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 yang berlangsung dari Senin (14/10/2024) hingga Jumat (19/10/2024). Payung-payung tersebut dihiasi oleh mahasiswa kelas Pembelajaran Dasar Bersama (PDB) sebagai tugas mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan (PKK), dengan tema "Payung Motivasi" yang diharapkan mampu menambah semangat akademik. Namun, beban biaya hiasan yang harus ditanggung penuh oleh mahasiswa menuai beragam reaksi, terlebih beberapa payung yang dipasang tampak rusak dan berpotensi membahayakan pejalan kaki di kampus.
Retorika.id - Dalam rangka penyelenggaraan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 yang diselenggarakan di Universitas Airlangga (Unair) pada Senin (14/10/2024) hingga Jumat (19/10/2024), berbagai upaya dilakukan oleh Unair untuk memeriahkan PIMNAS. Salah satunya adalah mendekorasi area-area Kampus C dengan ratusan payung mulai dari jalanan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) hingga jalanan depan Gedung Nano.
Payung-payung tersebut merupakan hasil karya dari 121 kelas Pembelajaran Dasar Bersama (PDB). Tiap kelas menyumbangkan tiga puluh buah payung yang dilukis sedemikian rupa demi memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan (PKK). Selain demi memenuhi tugas PKK, tugas ini juga dikhususkan untuk memeriahkan PIMNAS. Namun, alih-alih memeriahkan, penugasan ini dinilai cukup merepotkan sejumlah mahasiswa. Pasalnya, dana yang ditanggung dinilai cukup besar, yaitu sekitar 108.000 per kelompok hanya untuk payung.
“Tiap kelompok ngasih tiga payung, jadi total ada tiga puluh payung per kelas karena ada sepuluh kelompok di tiap PDB, Kak. Kalau di kelompokku, tiap payung harganya 36.000 (rupiah), jadi sekelompok ngasih 108.000 (rupiah),” Jelas G, ketua salah satu kelas PDB.
Selanjutnya, ia menambahkan bahwa biaya yang ditanggung tak hanya dari payung, tetapi juga peralatan lukis lainnya mulai dari kuas, cat, dan juga palet.
dir="ltr">“Aku kemarin pakai cat akrilik, terus beli kuas, sama beli paletnya. Kalau biaya, payungnya aja 108.000 (rupiah), terus ketambahan kuas, cat, sama palet jadinya sekitar 150.000 (rupiah) ke atas.”
Biaya yang cukup tinggi dinilai memberatkan para mahasiswa PDB. Pasalnya, seluruh biaya ditanggung tanpa reimburse. Payung yang dilukis juga tidak dikembalikan kepada masing-masing mahasiswa PDB.
“Teman saya mungkin karena ngekos ya, jadi kayak ga ada uangnya. Itu kan uangnya patungan sekelompok. Jadi kendalanya ada yang uangnya belum ada. Sekelompok isinya lima sampai enam orang.”
Terkait isu seputar penugasan payung bagi mahasiswa PDB, Syahrur Marta Dwi Susilo, selaku Ketua Unit Pendidikan Kebangsaan dan Karakter (UPKK) angkat bicara. Ketika diwawancarai, Syahrur berujar bahwa tujuan tugas melukis payung adalah memang untuk memperindah lingkungan Kampus C Unair yang menjadi lokasi utama dilaksanakannya PIMNAS ke-37.
“Kan aspek menyambut (PIMNAS), ya. Kemudian di situ juga ada aspek kreativitas dari mahasiswa. Itu ada di mata kuliah PKK ya, kalau nggak salah.”
Syahrur juga menambahkan tema penugasan ini adalah Payung Motivasi, dengan harapan mahasiswa akan mengenang ambisi-ambisinya setiap melewati payung-payung tersebut.
“Temanya adalah Payung Motivasi, Tujuan dari payung itu adalah meninggalkan kata-kata, gambar yang bisa membuat mahasiswa termotivasi sehingga terserah sesuai kreativitas, ada yang dari kesehatan misalnya menggambar seorang dokter. Harapannya, itu dipasang terus sehingga saat anak lewat bisa teringat “wah itu payung saya”! Teringat bahwa pernah bercita-cita sebagai dokter, teringat-terus semangatnya.”
Menanggapi isu tentang biaya tinggi yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa demi menuntaskan penugasan tersebut, Syahrur beralasan bahwa pihak UPKK tidak pernah mengharuskan mahasiswa untuk menghias payung dengan peralatan yang harganya mahal, seperti cat akrilik.
“Disebutkan dalam penugasan bahwa cukup menghias payung saja. Cara menghiaskannya kami bebaskan kepada mahasiswa. Bisa saja, kan, menggunakan barang-barang murah, seperti spidol.”
Namun, Syahrur mengakui bahwa antusiasme penugasan payung ini termasuk tinggi, apalagi mahasiswa tentu mendambakan reward berupa nilai yang apik. Alhasil, penggunaan properti yang mahal itu tidak terhindarkan.
“Jadi, payung itu dinilai. Menjadi bagian dari penilaian tugas. Satu satu dinilai jadi itu bentuk apresiasi kami. Ini juga bukan kompetisi. Ini bagian dari pembelajaran.”
Hasil karya tersebut terlihat pada Kamis (25/10/2024) ratusan payung warna-warni kini menaungi area jalan kaki yang biasanya diterpa panasnya Kota Surabaya. Namun, sayangnya, beberapa payung yang dipajang tersebut sudah rusak. Bahkan ada beberapa payung yang meski rusak, dibiarkan tetap menjuntai, sehingga besi payung yang tajam memunculkan risiko bagi warga Kampus yang ingin melintas di bawahnya.
Dalam masalah ini, Syahrur mengaku bahwa pihak UPKK tidak tahu menahu. Pasalnya, pihak yang bertanggung jawab untuk memajang dan mengurus hiasan payung-payung tersebut adalah Direktorat Logistik, Keamanan, Ketertiban dan Lingkungan (DLKKL) Unair.
“Terkait dengan pemasangan, bukan kami yang memasang. Yang memasang adalah DLKL, tapi kami kerja sama. Karena kita kan ga punya sarana dan prasarana. UPKK kan pendidikan bukan masalah infrastruktur. Jangan dikira UPKK punya semuanya, jadi koordinasinya dari DLKKL.”
Hingga saat berita ini diturunkan, DLKLL tidak memberikan tanggapan. Tim Retorika hanya diarahkan untuk menghubungi Unit Layanan Terpadu (UTL) Unair, yang kontaknya dijawab oleh chatbot. Ketika dihubungi kembali, pihak DLKKL justru tidak memberikan respon dalam bentuk apapun.
Penulis: Anisa Eka, Naara Nava
Editor: Sulthan Zakky
TAG: #dinamika-kampus #event #universitas-airlangga #