Pembatalan Piala Dunia FIFA U-20 jadi polemik yang membawa kubu pro dan kontra pada publik. Adanya intervensi politik dalam dunia olahraga menyebabkan komplikasi isu sehingga muncul pertanyaan bagaimana nasib para aktor olahraga kedepannya.
Retorika.id - Pada 29 Maret 2023 lalu, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) secara resmi mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang rencananya diselenggarakan bulan Mei mendatang. Keputusan tersebut diambil FIFA setelah berdiskusi dengan representatif Indonesia melalui Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI), Erick Thohir. Buntut pembatalan tersebut membuat publik terbelah, ada yang menyatakan kesetujuannya dan tidak sedikit yang berhaluan kontra.
Isu pembatalan piala dunia di Indonesia erat kaitannya dengan kehadiran Tim Nasional (Timnas) Israel di ajang internasional ini. Identitas Indonesia sebagai negara yang mendukung penuh kemerdekaan Palestina selama ini, menghalangi keikutsertaan Israel. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
FISIP UNAIR, Dinar Putri Herlambang menyebut pembatalan memang dikarenakan isu Israel utamanya setelah kepala daerah kader PDI Perjuangan yakni Gubernur Bali, I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyatakan penolakannya.
“Penolakan itu didasari komitmen dukungan yang diajukan secara lampau, dulu sekali saat kemerdekaan Palestina sesuai dengan amanat presiden pertama kita yaitu Presiden Soekarno. Ini [juga] ada hubungannya dengan Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) yang mengancam bakal mencegat kedatangan Timnas Israel ke Indonesia. Kemudian ada pula majelis yang nggak setuju, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengklaim kalau memang Israel ke sini, mereka sangat menolak tegas kehadiran Timnas Israel,” kata Dinar saat diwawancarai Tim Retorika, Jumat (7/4/2023).
Lebih lanjut, Dinar juga menyatakan langkah pembatalan oleh FIFA tersebut antara tepat dan tidak tepat, tergantung dari sisi mana menelaahnya. Jika dimaksudkan untuk meneruskan amanat Soekarno untuk tetap menghargai Palestina, itu termasuk ego politik. Namun, melihat dari sisi kekecewaan dan kekesalan pemain untuk dapat berlaga di ajang internasional serta venue olahraga yang telah lama dipersiapkan, tidak tepat rasanya untuk bisa menerima keputusan tersebut.
Di sisi lain, pembatalan Piala Dunia FIFA U-20 ini juga menjadi pukulan telak bagi dunia olahraga. Harapan para pemain untuk dapat berlaga hingga kedatangan turis mancanegara guna menunjang pariwisata pun jadi angan-angan saja.
“Perkembangan pemain itu terhambat, kemudian adanya rasa kekesalan pada pemain karena itu harapan setiap pemain kan, kapan lagi Indonesia bisa berlaga di FIFA, yang mana mereka itu nggak lolos kualifikasi dan mereka itu bisa berlaga karena menjadi tuan rumah,” jelas Dinar.
“Kemudian juga potensi hilang dari kunjungan pariwisata. Jadi banyak pariwisata yang berbondong-bondong untuk mendatangkan banyak mancanegara wisma seperti itu. Jadi kunjungan ini melonjak karena jumlah tim yang bermain [dalam laga] U-20 itu sangat dinantikan dari staf tim nasional hingga peserta sendiri, jadi sangat excited gitu,” imbuhnya.
Penulis: Dewi Rachmawati
Editor: Shafira Brihan
TAG: #bem #event #gagasan #media-sosial