» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Melawan Arus untuk Amal yang Tidak Terputus
10 April 2017 | Info Kampus | Dibaca 2108 kali
Tim ALC ketika menyeberangi sungai: Tim ALC Foto: Aris Budiyono
Sebuah pepatah mengatakan “Jika keseharian kita tidak diisi dengan hal yang baik, maka kita akan senantiasa disibukkan dengan hal yang kurang baik”.

retorika.id - Begitu pula konsekuensi menjadi seorang mahasiswa. Selalu berhadapan dengan pilihan yang berlawanan. Memilih menjadi mahasiswa yang disibukkan dengan berbagai kegiatan organisasi dan mengejar prestasi, atau malah menjadi mahasiswa yang enggan meninggalkan zona nyaman dan sedikit kontribusi. Tentu tidak ada yang salah dengan keduanya, dan tidak ada pula kewajiban untuk memilih diantara keduanya. Semuanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pemilihnya.

Berorganisasi adalah salah satu pilihan mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri dan memberdayakan potensi yang dimiliki. Berorganisasi tentunya juga tidak mudah dilakukan oleh mahasiswa, karena tujuan utama menjadi mahasiswa adalah untuk belajar secara akademis sesuai dengan program studi. Maka berorganisasi adalah suatu nilai lebih yang dimiliki mahasiswa mengingat bagaimana tuntutan organisasi serta dinamika yang ada didalamnya.

 

Melawan Arus

Ada yang sedikit berbeda ketika melihat kegiatan upgrading Al-quran Learning Center (ALC). Organisasi yang masih berada dalam naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) itu melaksanakan kegiatan upgrading-nya di sebuah daerah yang terisolir. Berbeda dengan organisasi kebanyakan yang sering melakukan kegiatan upgrading di tempat yang nyaman. Sesuai dengan tujuannya, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri anggota serta pemahaman terhadap pilihan berproses dalam organisasi.

Dusun Nampu, Desa Pojok Klitih yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang dipilih ALC sebagai tempat upgrading karena lokasinya yang menantang. Untuk menuju dusun yang dihuni oleh 44 kepala keluarga tersebut hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer. Melewati area persawahan warga, hutan jati dan harus menyeberangi tiga sungai dengan lebar 25 meter yang berarus deras.

Ketika berada di sana suasana khas pedesaan yang dipenuhi dengan keterbatasan begitu terasa. Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, warga mengambil listrik dari Desa Tondhowesi Kabupaten Nganjuk. Buruknya infrastruktur serta minimnya jumlah penduduk Dusun Nampu menjadikan PLN belum bisa masuk. Dengan demikian, tak jarang warga harus membayar lebih banyak hanya untuk fasilitas elektronik yang sedikit. “Sebulan saya bisa sampai 80 ribu mas, hanya untuk lampu dan televisi saja,” jelas seorang warga.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mayoritas warga dusun melakukan kegiatan bertani dan beternak saja. Praktis tidak ada pendapatan yang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan harian dan bulanan. Sehingga membayar listrik dengan kisaran harga 80 ribu dirasa sangat memberatkan bagi warga. Namun hanya itu satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh warga.

Melihat geliat pendidikan yang ada di sana juga memprihatinkan. Sudah cukup baik pemerintah membangun SDN Pojok Klitih 3 di Dusun Nampu untuk mengakomodasi pendidikan dasar bagi anak anak disekitarnya. Namun masih banyak  kekurangan didalamnya. Fasilitas dalam sekolah hanya tersedia buku ajar dan papan tulis, walaupun gedung sekolahnya sudah cukup memadai digunakan untuk belajar. Proses belajar mengajar seringkali terlambat karena para guru yang mengajar datang terlambat.  Sulitnya medan yang ditempuh memaksa para guru yang mengajar saling menunggu dan berangkat bersama untuk saling menjaga selama perjalanan.

Walau letak SDN Pojok Klitih 3 sulit untuk dijangkau, namun hal tersebut tidak mengurangi minat siswa untuk belajar. Terdapat 17 siswa keseluruhan di SDN Pojok Klitih 3. Sepuluh di antaranya dari dari desa di Kabupaten Nganjuk, sedangkan tujuh lainnya berasal dari Dusun Nampu sendiri. Untuk sampai ke sekolah, para siswa dari Nganjuk juga harus menyeberangi satu sungai berarus deras. Namun hal tersebut tidak menghambat mereka untuk datang tepat waktu ke sekolah. Pukul tujuh, semua siswa sudah datang dan bermain menunggu para guru memulai kelas. Paling sering kelas dimulai setengah sembilan, karena para guru baru datang pada jam itu. Tanpa memperhatikan pakaian yang basah para guru langsung memulai kelas dan mengakhirinya pada jam 12. Semangat yang begitu luar biasa antara para guru dan siswa. Tapi sayang semangat mereka harus menghadapi kondisi infrastruktur yang tidak memadai.

Saat itu rombongan ALC berkesempatan untuk berangkat bersama para guru SDN Pojok Klitih 3. Melihat keseruan dan semangat para guru dalam menunaikan tugasnya. Langkah cepat menghadapi medan berlumpur serta keberanian yang menggebu melintasi sungai berarus deras. Namun berbeda halnya dengan rombongan ALC. Banyak yang berjatuhan melewati medan terjal berlumpur, serta menciutnya nyali menghadapi sungai berarus deras. Beruntung anggota tim ALC lainnya sudah mempersiapkan peralatan untuk mempermudah melalui medan yang sulit. Tali sepanjang 30 meter dibentangkan sebagai pegangan tim untuk menyeberangi sungai berarus deras. Namun derasnya air sungai tidak bisa dibendung, beberapa anggota tim berakhir dengan terjatuh dan basah oleh air sungai.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim  ALC di Dusun Nampu memang tidak banyak, karena hanya dilaksanakan pada sabtu pagi dan berakhir pada minggu siang. Selama di sana tim ALC ikut membantu para guru mengajar siswa. Dirasa hanya sebentar, maka tim ALC memutuskan untuk memberikan jam kelas tambahan bagi para siswa setelah dhuhur. Dan yang paling berkesan adalah ajakan itu disambut antusias para siswa. Jam tambahan dilakukan dengan pendampingan belajar secara intensif.

Sore hari, tim ALC juga ikut membantu mengajar baca Al-quran di masjid dusun. Cukup banyak yang ikut belajar baca Alquran di masjid selepas maghrib. Tidak hanya anak kecil, melainkan juga para orangtua yang mengantarkan anaknya. Setelah isya’ tim ALC mengisi acara dengan materi organisasi dan diskusi bersama.

Minggu pagi adalah waktunya persiapan untuk kembali. Namun para siswa SDN Pojok Klitih 3 tetap berangkat ke sekolah karena merasa ada yang memfasilitasi untuk belajar. Tidak etis rasanya jika mengorbankan semangat anak-anak untuk terus belajar. Itu artinya tim harus menunda kepulangan. Untuk mengisi waktu itu anak-anak diajak untuk bermain bersama, setelah kegiatan itu, kami memutuskan pulang karena mengantisipasi turunnya hujan yang biasa menyebabkan air sungai meluap dan tidak bisa diseberangi.

Setiap perjalanan memang selalu menghadirkan kesan serta ibrah yang mendalam. Setidaknya begitulah anggota tim ALC belajar dari masyarakat Dusun Nampu yang setiap hari menyiasati keterbatasan untuk bertahan.

Senantiasa bersyukur atas nikmat Allah yang telah diterima, karena banyak saudara kita di luar sana yang tidak beruntung. Belajar ikhlas menjalani kehidupan serta konsisten melaksanakan kewajiban adalah salah satu ciri muslim yang beriman. Memang tidak banyak hal yang bisa diberikan. Namun jika setiap kehadiran kita diterima dengan penuh keihklasan dan memberi sedikit kebermanfaatan, maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan ?

Tuhan maha adil, Ia akan membalas setiap kebajikan yang dilakukan oleh hambanya sekecil apapun. Laporan kegiatan ini sengaja dibuat karena tim ALC menyadari bahwa apa yang sudah dilakukan masih jauh dari kata sempurna. Semoga dengan aksi nyata yang dimuat dalam tulisan ini senantiasa mengerakkan hati dan jiwa manusia yang sadar bahwa keberadaanya sangat dinantikan oleh masyarakat di luar sana. Semoga aksi nyata yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan bisa menjadi amalan yang tidak terputus.

Terakhir, satu hal yang perlu disadari bersama bahwa, kita bisa berjalan jauh dengan sendirian, namun kita bisa berjalan lebih lama dan saling mengutkan jika dilakukan bersamaan. Wallahu a’lam bisshawab.

 

Reporter: Ryawan Pamoerdi

Penulis : Aris Budiyono

 

Editor: Endah Fitri Amalia

 


TAG#dinamika-kampus  #lingkungan  #pers-mahasiswa  #universitas-airlangga