» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Opini
Pers Mahasiswa, Pilar Keempat Demokrasi?
28 Maret 2017 | Opini | Dibaca 3119 kali
Pers dan media bukan 'tuk kita kendalikan, bredel maupun kita kriminalkan. Namun justru ingin kita berdayakan peran media sebagai pilar ke-4 Demokrasi. -Joko Widodo-

retorika.id - Pers merupakan wadah di mana fungsi sebagai media kontrol sosial sampai pemberian informasi dalam kehidupan sosial kepada warga Negara berlangsung. Di mulai dari informasi massa hingga pendidikan publik. Mengingat keberadaan pers memiliki posisi strategis, seringkali disebut sebagai pilar keempat dari sistem demokrasi di Indonesia setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif (Trias Politica).

Kebebasan pers secara tidak langsung juga menjadi tolok ukur kualitas demokrasi suatu instansi maupun negara. Hal itu dikarenakan kebebasan pers secara tidak langsung memiliki korelasi terhadap kemajuan demokrasi. Lalu, bagaimana dengan pers mahasiswa menyikapi realitas tersebut?

Pada hakekatnya, kedudukan Pers Mahasiwa (Persma)


memiliki fungsi sama dengan pers pada umumnya. Perbedaaan mendasar di antara keduanya hanya terletak pada sikap independensi dan ruang untuk melakukan kontrol sosial. Persma lebih spesifik berada di kalangan mahasiswa dan independen dalam mengungkapkan realitas yang ada.

Hal itu dikarenakan tindakan mereka tidak lagi berdasar pada orientasi ekonomi dan politik dalam makna yang luas, melainkan mengedepankan sikap idealisme dari seorang mahasiswa. Sehingga keberadaan Persma menjadi wadah bagi mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi sekaligus kontrol sosial di lingkungan kampus.

Akan tetapi, seperti halnya roda perekonomian. Pers mahasiswa seringkali mengalami fluktuasi. Siklus naik turun itu dapat diamati dan ditelusuri pada pers mahasiswa di sekitar kita. ‘Hidup segan, mati tak mau’, dapat menjadi metafora dari kemandegan yang dialami oleh pers mahasiswa.

Apabila kita kupas lebih dalam, kemandegan Persma berawal dari sikap mahasiswa yang apatis terhadap fungsi Persma yang sesungguhnya. Mahasiswa masih belum menangkap peluang yang dapat digali dari adanya Persma. Selain itu, Persma kadangkala mengalami kungkungan dari sebuah sistem; persma kurang pula difungsikan sebagai pilar keempat seperti halnya pers secara umum. Untuk itu, sudah sewajarnya jika kita sebagai mahasiswa mempertanyakan kedudukan dan kebebasan Persma sebagai bagian dari pilar demokrasi di kampus.

Mengingat mahasiswa sebagai agent of change, seharusnya mampu memberikan kontribusi awal untuk kemajuan negara melalui tulisan. Salah satu wadah yang tepat yakni melalui Pers Mahasiswa, Persma sudah selayaknya diberdayakan sebagai wadah kritis yang nyata bagi mahasiswa.

Berpijak dari realitas tersebut, sudah saatnya Pers Mahasiswa berada di garda depan dalam menyuarakan kebenaran dan menegakkan keadilan. Pers Mahasiswa harus mampu memberikan kontribusi nyata melalui tulisan. Melalui tulisan pula, mereka bisa memiliki ruang bebas untuk mengkritisi segala permasalahan yang terjadi. Akhirnya mahasiswa bisa menjadi semakin kritis dan sekaligus memberikan sumbangsih pemikiran-pemikiran yang solutif dari harapan kiprahnya yang kritis.

Sehingga metafora yang melekat pada Pers Mahasiswa menjadi masa lalu dan berubah menjadi citra baru yang lebih baik demi menyokong pilar demokrasi di dalam kampus. Hidup Mahasiswa !

Salam Persma.

 

Penulis : Endah Fitri Amalia

(Editor : Faridatul Lailiyah)


TAG#aspirasi  #demokrasi  #fisip-unair  #gagasan