» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Inspirasi
Stoisisme: Cara Para Filsuf Mendapatkan Ketenangan Hidup
25 April 2022 | Inspirasi | Dibaca 3478 kali
Stoisisme: Cara Para Filsuf Mendapatkan Ketenangan Hidup: - Foto: Sumber: BBC Radio 4
Banyak dari manusia di masa sekarang mengalami berbagai macam kegelisahan atau emosi negatif. Manusia sering merasa putus asa yang berlebih terhadap sesuatu yang berada diluar kendali mereka dan gagal untuk fokus terhadap sesuatu yang dapat mereka kendalikan. Pokok ajaran dari filsafat Stoisisme adalah fokus terhadap sesuatu yang dapat dikendalikan oleh diri dan mengabaikan hal diluar kendali manusia.

Retorika.id - Rasa cemas, depresi, dan takut, terkadang menghambat seseorang dalam berkembang sebagai manusia dan akhirnya selalu mengekang seseorang untuk berada di zona nyaman. Sesesorang dewasa ini cenderung menghindari problematika hidup yang mereka alami dan bersikap “tidak peduli”. Padahal “masalah” tersebut, layaknya manusia yang terus tumbuh dari anak-anak, dewasa, tua, hingga tiada. Masalah bisa tumbuh menjadi besar dan serius. selain itu, juga dapat menghancurkan seseorang, bila individu tersebut tidak pernah memiliki usaha untuk mengendalikan problematika hidup yang mereka alami.

Stoisisme adalah salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang bertumpu pada ide untuk memiliki hidup yang selaras dengan keseluruhan kosmos, termasuk manusia. Salah satu pokok ajaran stoisisme adalah untuk mengendalikan suatu kegiatan yang masih bisa untuk dikendalikan dan tidak memperdulikan suatu aktivitas yang berada diluar kendali seseorang. Contohnya adalah ketika mendekati hari ujian, seseorang masih bisa mengendalikan dirinya untuk belajar, dengan tujuan mendapatkan nilai yang bagus, tetapi ketika ujian itu telah selesai, seseorang tidak layak untuk memikirkanya kembali karena hasil ujian tersebut berada diluar kendali individu.

Manusia selalu mempunyai masalah yang harus dia hadapi di dunia ini, daripada menjauh dari itu semua karena rasa cemas, takut, depresi, lebih baik mempersiapkan sesuatu yang berguna untuk meminimalisir masalah tersebut. hal utama yang dibutuhkan untuk melawan rasa cemas, takut, atau depresi adalah kemampuan seseorang dalam membedakan mana


sesuatu yang dapat dikendalikan manusia dan diluar kendali manusia. Setelah itu, berusaha dengan keras terhadap sesuatu yang dapat dikendalikan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam hidup terkadang terdapat kondisi dimana ketika seseorang yang berusaha susah payah justru tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi orang yang tidak pernah berusaha justru mendapatkanya dengan mudah. Hal itu membuat mereka yang bersusah payah mengira hidup ini tidak adil, hidup ini penuh dengan penderitaan, padahal sesuatu yang membuat manusia itu menderita adalah keinginan mereka yang terlalu tinggi atau bertolak belakang dengan kemampuan alamiah mereka. Inti dari stoisisme adalah menuntut seseorang untuk terus maju, berkembang, dan menghadapi segala rintangan hidup dengan cara yang tidak selalu sama dengan orang lain.

Stoisisme tidak hanya menawarkan cara untuk menghadapi rintangan dan hidup berkembang, tetapi juga memiliki makna bahwa seseorang dalam menjalani kehidupanya haruslah ikhlas dan tidak pasrah terhadap takdir, dalam arti yang lebih luas manusia tidak boleh pasrah bila kehidupanya berjalan tidak sesuai yang ia kehendaki, manusia memiliki kesempatan untuk berubah. Namun, ketika perubahan yang dilakukan itu tidak membuahkan hasil, maka mereka harus ikhlas dan berusaha mencari jalan lain. Contohnya adalah ketika ada seseorang yang ingin menjadi kaya karena dia melihat orang yang menjadi artis itu memiliki hidup yang mewah dan orang itu mengambil kesimpulan bahwa satu-satunya cara untuk menjadi kaya adalah dengan menjadi artis, padahal untuk menjadi kayak tidaklah  harus menjadi artis.

Kekuatan sejati dari stoisisme terletak pada karakteristik pantang menyerah, tidak peduli terhadap kegagalan, terus berusaha, melakukan berbagai percobaan supaya bisa sampai pada tujuan yang diinginkan. Walaupun itu berat, penuh kesedihan, penuh penderitaan, dan membutuhkan perjuangan lebih dari sekali atau dua kali. Namun, itu lebih baik daripada hanya diam dan menunggu kematian. Dalam aliran filsafat stoisisme ini terdapat tiga filsuf utama yang berperan penting yaitu, Seneca, Epitectus dan Marcus Aurelius.

 

Seneca dan Hidup yang Bahagia

Seneca memberikan kontribusi penting dalam proses konstruksi makna bahagia yang diinginkan oleh semua manusia. Sebelum kata “bahagia” itu terucap, manusia harus mengetahui jalan yang harus mereka ambil dan proses perkembangan dari jalan yang telah dipilih. Kesalahan yang tercipta, tanpa adanya pertimbangan yang matang akan menyebabkan seseorang hilang arah dan tujuan. Kebahagiaan dapat dicapai saat seseorang dapat keluar dari belenggu kegelisahan dan mengerti apa yang harus dilakukan. Kegagalan akan berbanding terbalik dengan kenyataan dan keadilan. Maka solusi terbaik yang harus dilakukan adalah meninggalkan kegelisahan ini atau meningkatkan ketenangan diri untuk mencapai kebahagiaan.

Epitectus dan Pertimbangan Hidup

Dalam ketakutan mempertimbangkan suatu hal, Epitectus menggambarkanya dengan ketakutan manusia ketika berhadapan dengan sakit dan kematian. Epitectus mengira bahwa ketakutan manusia pada rasa sakit atau kematian seperti pradoks yang mustahil untuk dihindari. Setiap pertimbangan hidup yang menciptakan keraguan dan ketidakpastian harusnya dihadapi dengan rasa berani, sekaligus penuh dengan kehati-hatian. Berani untuk tidak bergantung pada satu pilihan dan berhati-hati dalam bertindak. Pokok dari pikiran Epitectus, tidak hanya mengajarkan ketenangan diri, tetapi juga keberanian menghadapi ketidakpastian takdir.

Marcus Aurelius dan Moral sebagai Kontrol Emosi

Marcus menyadari bahwa dalam berinteraksi dengan manusia lainya, terdapat banyak hal yang tidak terduga akan terjadi. Marcus mengetahui setiap perilaku manusia dengan dasar yang baik selalu berkeinginan untuk menjadi dambaan setiap orang dan sebaliknya. Marcus berusaha untuk menciptakan setiap konsistensi baik dalam hidup yang digunakan untuk mengontrol emosi terhadap segala sesuatu yang tidak terduga. Sehingga seseorang bisa tetap merasa tenang, berani, dan dalam kondisi sadar dalam mengahadapi yang tidak pasti. Setiap pagi seseorang akan berurusan dengan orang lain yang memiliki rasa penasaran, tidak tahu rasa terima kasih, ceroboh, licik, dan palsu. Semua kualitas buruk itu tertanam dalam tubuh manusia atas dasar ketidaksadaran diri.

            

Penulis: Geovany Seno Hermawan

Editor: Edsa Putri Ayu

 

Sumber Refrensi

https://theconversation.com/stoisisme-filsafat-romawi-penawar-depresi-87687

Seneca, E. d. (2021). The Wisdom of Stoics. Kartasura: CV. Diomedia.


TAG#kisah  #sejarah  #sosial  #