» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Sastra & Seni
Gadis Hujan
28 Januari 2019 | Sastra & Seni | Dibaca 2634 kali
Gadis Hujan: - Foto: Free Design File

retorika.id - Secangkir cappucino tampak asyik mengepul dengan asap tipisnya, ditemani oleh seorang pemuda berkacamata yang sekarang tengah sibuk menatap layar laptop-nya. Sesekali ia menghela nafas panjang lalu mengerakkan jemarinya di atas keyboard. Mengetikkan sesuatu, raut mukanya tampak tengah berpikir keras akan sesuatu.

Ia menghela nafas lagi ...

Menyandarkan punggungnya di kursi sembari mengusap wajahnya dengan rasa frustasi yang mulai berkecamuk. Ia lelah. Sudah hampir seminggu ini ia seakan-akan tengah disibukkan oleh banyak deadline tugas liputan. Dan sekarang ia tengah dilanda penyakit block writer –kehabisan kata-kata, dan haus akan ide kepenulisannya kali ini.

Dan lelaki bernama Radit itu pun memutuskan untuk melayangkan pandangannya ke arah jalanan di luar dari cafe ini, yang sekarang


tampak beberapa orang berjalan berlalu lalang mengejar kesibukan mereka.

Sekarang pukul 5 sore, langit pun mulai menampakkan kecantikan senjanya. Dan hujan pun masih tetap setia mengguyur kota pahlawan ini.

Radit masih terbuai dalam pandangannya ke arah jalanan trotoar di luar sana  Yang mana, tampak beberapa anak kecil tengah berlarian k sana kemari, menikmati guyuran hujan itu, seakan tak peduli lagi bagaimana dinginnya air hujan. Mereka menikmatinya, seperti Radit yang sudah lama tak menyempatkan diri untuk menikmati sedapnya Cappucino di cafe langganannya ini.

Setelah beberapa anak kecil itu menyingkirkan diri dari pandangannya, tatapan lelaki beralis tebal ini tetap terpaku ke arah jalanan trotoar, di mana di sana, tampak seseorang tengah berdiri diam di tengah guyuran hujan yang sekarang berhasil menarik seluruh perhatian Radit ke arahnya.

Seorang gadis berambut sebahu tengah berdiam diri menikmati guyuran hujan yang nampaknya semakin turun dengan deras. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit hujan yang semakin berwarna kemerahan.

Ia speechless ...

Di tengah lalu lalang orang berjalan, gadis itu tetap berdiri kukuh di sana, di tengah derasnya hujan. Gaun putihnya terlihat sangat basah kuyup membuat Radit tak tega.

Entah karena apa dan demi apapun, sungguh gadis itu benar-benar berhasil menyedot seluruh perhatian Radit sampai lelaki itu memutuskan untuk keluar dari cafe dan berjalan menuju ke tengah trotoar, menghampiri gadis hujan itu sembari membawa payung hitamnya.

Lelaki itu tak peduli dengan kemejanya yang mulai terlihat basah kuyup, Beberapa orang tak sengaja menabrak berkali-kali ke arah bahunya. Tetapi lelaki itu tetap bersikukuh berjalan dengan cepat ke arah gadis dengan dress putihnya. Jaraknya semakin dekat dan hujan semakin turun dengan derasnya. Mengaburkan pandangannya, ditambahkan dengan kacamatanya yang mulai mengembun, mengganggu arah pandangan Radit.

Tinggal sedikit lagi”, batinnya menyemangati diri.

Tinggal satu langkah lagi, dan tangannya akan menggapai bahu gadis hujan itu

"Hei..", sapa Radit sembari menepuk bahu gadis berambut sebahu itu. Iya dalam bayangannya ia menepuk bahu berambut sebahu itu.

Tetapi ternyata, Radit tengah terjebak dalam kesemuan yang tengah ia ciptakan sendiri.

Gadis itu bukanlah gadis hujan, dan ia segera tersadar bahwa gadis itu telah lenyap dihembuskan oleh hembusan angin hujan..

Ya, sesederhana itu kesemuan yang telah ia ciptakan hingga ia terjebak di dalamnya.

 

PenulisShafira Faizuniar


TAG#cerpen  #karya-sastra  #romansa  #