
Terpilihnya Risyad Fahlefi sebagai Ketua BEM Unair dan Sinyie Wulandari sebagai Wakil Ketua BEM Unair 2021, serta perubahan struktur jajarannya mengundang perbincangan publik karena terkesan ter buru-buru dan tertutup, jabatan di dominasi mahasiswa dari FISIP, serta posisi wakil ketua BEM Unair yang diisi oleh perempuan. Menanggapi hal tersebut, Risyad dan Sinyie sedikit menjelaskan kepada Retorika tentang perspektifnya, bahwa akan banyak program kerja yang terbengkalai jika perubahan struktur jabatan tidak segera dilakukan.
retorika.id-Terpilihnya Risyad Fahlefi sebagai Ketua BEM Unair dan Sinyie Wulandari sebagai Wakil Ketua BEM Unair 2021 serta perubahan struktur jajarannya, mengundang perbincangan publik. Beberapa komentar seperti proses pemilihan yang terkesan buru-buru dan tertutup, selain itu banyaknya kepala dan menteri yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ataupun Sinyie sebagai perempuan yang menduduki posisi Wakil Ketua BEM Unair. Menanggapi beberapa komentar tersebut, Risyad dan Sinyie sedikit menjelaskan kepada Retorika tentang perspektifnya.
Proses Pemilihan Terkesan Buru-buru dan Tertutup
Ketua BEM Unair 2021 yakni Risyad Fahlefi menjelaskan bahwa pemilihannya serta wakil ketua maupun jajarannya telah sesuai dan disahkan secara konstitusi. Terpilihnya Risyad Fahlefi menjadi Ketua BEM Unair 2021 yang baru menggantikan Abdul Chaq sudah sesuai dengan aturan organisasi mahasiswa dan juga Surat Keputusan (SK) Rektor. Hal ini juga dijelaskan oleh Dr. Hadi Subhan, S.H., M.H., C.N. selaku Direktur Kemahasiswaan Unair.
“Ketua dan Wakil Ketua BEM Universitas Airlangga (Unair) dipilih oleh MPM dan kemudian disahkan dengan SK Rektor. Kalo dalam masa jabatannya, ketua BEM berhalangan tetap, misal mengundurkan diri atau meninggal dunia atau sakit permanen dan yang sejenisnya, maka ketua digantikan oleh wakil ketua BEM untuk menjabat sisa masa jabatan, dan ketua baru tersebut mengusulkan wakil ketua BEM. Ketua dan wakil ketua BEM penggantian antar waktu ini disahkan dengan SK Rektor,” ujar Dr. Hadi melalui chat WhatsApp (28/8/2021).
Menambahkan terkait proses pemilihan Wakil Presiden (wapres) BEM Unair, Risyad berujar jika menurut konstitusi dan keterangan yang disampaikan oleh Dr. Hadi, dirinya memiliki hak prerogatif untuk memilih wapres saat ini guna membantu dan mendampingi dalam melakukan tugas sebagai presiden BEM.
“Untuk DLM saya koordinasi. Tapi, dalam pengambilan keputusan itukan saya, misal kayak Pak Jokowi, mengganti menteri,
dan segala macem, itu kan hak prerogatif dari presiden to. Namun, tentu hak prerogatif itu berdasarkan dari pertimbangan-pertimbangan – yaitu musyawarah atau masukan-masukan dari teman-teman yang lain,” jelas Risyad.
Dirinya juga mengaku, musyawarah tersebut memang tidak menghadirkan seluruh anggota BEM karena jumlahnya yang terlalu banyak yakni hampir 400 orang dan tentu tidak semua anggota mengetahui detail kondisi permasalahan, pertimbangan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, musyawarah dilakukan hanya bersama pengurus internal kabinet dan juga organisasi mahasiswa lainnya, seperti Badan Pengurus Harian (BPH), Badan Pengurus Inti (BPI), dan Dewan Legislatif Mahasiswa Unair.
Sementara, atas komentar yang dikesankan terburu-buru. Menurut Risyad justru sebaliknya, tidak ada kesan terburu-buru sebab banyak program kerja yang nantinya terbengkalai jika proses pemilihan tidak segera dilaksanakan.
“Sebenarnya nggak ada kesan terburu-buru menurut saya. Justru kalau misalkan saya lama untuk bertindak tentu akan kasihan staffnya, kasihan dirjennya, terus bagaimana dengan lembaga lain yang sudah bekerjasama. Misalkan, media partner, kampus lain, dan sebagainya.”
Ditambah, terjadinya kasus dan isu-isu yang beredar dalam internal BEM Unair semenjak Juni lalu. Surat rekomendasi terkait pernyataan sikap Dewan Legislatif Mahasiswa atas kasus permasalahan dana jaket BEM Unair pun telah sigap dikeluarkan pada 24 Juni. Hingga akhirnya surat pengunduran diri dari Ketua BEM Unair dan Inspektorat Jenderal sebelumnya diumumkan pada 9 Juli 2021.
“Tentu akan terbengkalai semuanya ketika tugas-tugasnya tidak dikerjakan dengan cepat apalagi sebenernya kan kasus dan segala macem itu udah di mulai dari bulan Juni kalau nggak salah, terus bulan juli itu berjalan, surat rekomendasi udah keluar dari MPM, terus ini sudah Agustus, tanggalnya pun udah 27, jadi tak rasa nggak terburu-buru. Kalau misalkan aku ngomongnya September, nah ini kan malah terbengkalai semua,” jelas Risyad.
Wakil Ketua BEM Unair Perempuan
Diangkatnya Sinyie sebagai Wakil Ketua BEM atau Wapres BEM baru juga menimbulkan komentar dan joke dari para mahasiswa Universitas Airlangga. Seperti salah satunya komentar milik akun Instagram @m_rizky_nugroho dalam postingan Reformasi Kabinet Dekat: “wakil e dengaren wedok...” atau “Numben wakil presbem unair cewek."
Menanggapi hal tersebut, Sinyie mengaku tidak terlalu terganggu dengan komentar-komentar di atas. Jauh-jauh hari, sebelum postingan tersebut di unggah, ia juga sudah banyak mendengar komentar dari anggota BEM Unair sendiri.
“Cuman aku pribadi nggak terlalu terganggu sama komentar-komentar yang seperti itu, malah dengan posisiku yang saat ini, aku kan terpilih juga karena keputusan dari temen-temen, kayak gitu. Pastinya aku sangat mengapresiasi atas kepercayaan temen-temen yang dikasihkan ke aku dan pastinya aku pengen ngebuat temen-temen ini bangga lah dan nggak salah mempercayakan posisi itu buat aku,” terang Sinyie kepada Retorika (27/08/2021) via WhatsApp.
Ia juga menambahkan, jika jabatan yang ia emban saat ini justru menambah semangatnya untuk melaksanakan tugas sebagai wakil ketua atau wapres BEM Unair.
“Aku nganggepnya itu bukan sebagai sebuah beban sih, karena beberapa mungkin ada yang aduh berat banget, ada title perempuan sebagai wapres kayak gitu kan, cuman aku nganggepnya ya, aku harus lebih semangat lah dengan posisiku yang sekarang ini, aku harus lebih bisa membuktikan kalau aku sebagai perempuan itu pantes buat jadi wapresbem.”
Sinyie juga berharap, dengan adanya komentar wakil ketua bem perempuan pertama ini, ia bisa lebih menginspirasi para perempuan lainnya untuk bisa lebih tergerak dan mau mengisi posisi atas dalam suatu organisasi, seperti ketua dan wakil ketua BEM. Baik ditingkat fakultas maupun universitas.
“Karena menurutku, mau perempuan ataupun laki-laki itu sebenarnya sama aja yang membedakan itu cuma kemauan dan seberapa besar tekadnya,” tutup Sinyie.
Sementara, komentar terkait banyaknya kepala dan menteri yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tim Retorika sudah menghubungi keduanya sejak Minggu (29/8/2021), namun baik Risyad maupun Sinyie tidak juga membalas sampai artikel ini terbit.
Evaluasi yang Akan Diperhatikan
Risyad mengaku dirinya beserta BO, BOP, dan juga DLM telah melakukan rapat evaluasi tengah tahun pada Kamis (26/8/2021). Melalui rapat tersebut, didapatkan saran terkait penyesuaian program kerja di beberapa kementerian, misalnya anggaran, situasi, dan kondisi. Serta, terbentuknya LPPAK dan menteri Seni dan Budaya.
Pergolakan kasus BEM Unair sebelumnya, tentu menjadi evaluasi bersama bagi BEM Unair. Oleh karena itu, di masa kepemimpinan Risyad dan Sinyie, mereka menekankan nilai-nilai integritas, koordinasi, dan komunikasi.
“Menurutku semua hal itu dimulai dari komunikasi yang dibangun, lalu ketika komunikasi yang dibangun tersebut lancar maka segala persoalan yang ada dan timbul yang menjadi kendala yang sedang dihadapi akan dapat terkoordinasi dengan baik. Dan juga meminimalisir adanya miskomunikasi yang akhirnya nanti akan menimbulkan perpecahan,” ujar Sinyie.
Sementara itu, Dr. Hadi juga mengevaluasi bahwa, “Kepengurusan sebelumnya sudah baik. Hanya karena ada bagian yang kurang komunikasi dan konsolidasi di internal sehingga ada yang miskom.”
Dr. Hadi juga berharap jika Risyad dan Sinyi selaku ketua dan wakil ketua BEM penggantian antar waktu dapat mengonsolidasikan tim BEM agar lebih solid, dan menjalankan program kerja yang ada secara berkualitas dan bertangging jawab. Serta membina hubungan yang harmonis baik ke bawah, ke samping, maupun ke atas. Tak lupa menjadi penyambung lidah bagi stake holders yang ada dan memberikan kontribusi yang nyata di kalangan ormawa regional maupun nasional.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Sindhie Ananda Dwianti
TAG: #bem #dinamika-kampus #universitas-airlangga #