» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Generasi Muda Optimis terhadap Isu Sektor di Indonesia, Kenapa?
18 Agustus 2021 | Liputan Khusus | Dibaca 1659 kali
Generasi Muda Optimis terhadap Isu Sektor di Indonesia, Kenapa?: Sumber: Foto: Laporan Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia Tahun 2021/GNFI
Survei Indeks Optimisme pada generasi muda tahun ini bertujuan untuk mengukur bagaimana dampak pandemi Covid-19 yang telah mengubah perilaku, kebiasaan, dan dinamika kehidupan masyarakat. Survei ini diadakan oleh Good News From Indonesia (GNFI) yang bekerja sama dengan lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) pada 8-15 Juli 2021. Menurut survei, sektor Pendidikan dan Kebudayaan memeroleh presentasi paling tinggi terhadap tingkat optimisme generasi muda saat ini. Sementara itu, sektor Politik dan Hukum memperoleh klasifikasi rendah atau pesimis.

retorika.id-Good News From Indonesia (GNFI) bekerja sama dengan lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) kembali mengadakan Survei Indeks Optimisme pada generasi muda. Secara umum, survei ini bertujuan untuk mengukur seberapa optimistis generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan. Khususnya, mengukur bagaimana dampak pandemi Covid-19 yang telah mengubah perilaku, kebiasaan, dan dinamika kehidupan masyarakat.

Survei dilakukan pada tanggal 8-15 Juli 2021 dengan membagi perhatian pada lima isu utama yakni, Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, dan Politik dan Hukum. Secara keseluruhan, generasi muda merasa optimistis terhadap masa depan Indonesia dengan net index 67,0%. Artinya, generasi muda memiliki optimisme yang tinggi. Berikut rincian sektor dan net index yang diperoleh:

  1. Pendidikan dan Kebudayaan (83,9%)
  2. Kebutuhan Dasar (75,1%)
  3. Ekonomi dan Kesehatan (64,5%)
  4. Kehidupan Sosial (50,5%)
  5. Politik dan Hukum (28,1%)

Faktor Penyebab Tingginya Optimisme

     1. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Berdasarkan data di atas, pendidikan menjadi sektor yang tingkat optimismenya paling tinggi bagi generasi muda.

“Optimisme dalam subjek pendidikan menjadi modal banyak hal. Modal untuk sehat secara jiwa dan raga. Pemuda memiliki kesehatan mental walaupun di kondisi yang krisis, mereka mampu melihat dunianya dalam perspektif yang positif. Rasa optimis dalam subjek pendidikan juga menjadi modal untuk banyak hal untuk kompetensi-kompetensi yang esensial,” ujar Najelaa Shihab, Pendidik dan Inisiator Semua Murid Semua Guru.

Tingkat optimisme yang tinggi ini dipengaruhi oleh faktor penilaian responden yang melihat, semakin mudahnya akses pendidikan berkualitas di Indonesia. Buktinya dapat dilihat melalui fasilitas pendidikan tinggi pada setiap daerah di Indonesia. Meski begitu, Najelaa menjelaskan


bahwa pada kenyataannya, akses pendidikan saat ini memang memiliki capaian-capaian yang baik. Namun akses tersebut tidak selalu disertai dengan kualitas pendidikan yang baik pula. Ini juga terjadi di semua jenjang termasuk perguruan tinggi yang dinilai menjadi alasan kuat optimis oleh pemuda.

Akses pendidikan yang dinilai baik oleh responden juga memengaruhi tingkat optimisme di sektor kebudayaan. Tak hanya itu, diterimanya produk kerajinan tangan Indonesia pada level dunia, produk musik, fashion, dan film berbasis budaya yang diterima di dunia juga memengaruhi net index yang diperoleh sehingga responden merasa sektor budaya mampu berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.

     2. Sektor Kebutuhan Dasar

Sektor berikutnya adalah kebutuhan dasar dengan net index 75,1%. Generasi muda optimistis mereka mampu memenuhi kebutuhan pokok, seperti membeli pakaian layak (sandang), memenuhi gizi seimbang (pangan), dan membeli rumah di masa depan (papan).

Ahmad Erani, Pakar Ekonomi dan Guru Besar Universitas Brawijaya berujar, melihat kebanyakan responden berasal dari kota-kota besar di Indonesia tentu mereka memiliki standar hidup yang berbeda.

“Aspirasi terhadap hidup itu lebih tinggi dibandingkan di kota-kota maupun daerah yang lebih kecil. Kalau mereka ingin rumah tentu aspirasi mereka akan berbeda dibanding rumah di daerah yang lain. Saya kira dasar tadi itu bisa kita pakai untuk memberikan sebagian penjelasan atas temuan-temuan tadi itu,” jelas Erani.

     3. Sektor Ekonomi dan Kesehatan

Menariknya, di tengah perlambatan ekonomi dan terbatasnya peralatan medis akibat dampak pandemi Covid-19, sektor ekonomi dan kesehatan mampu menempati posisi ketiga. Sementara itu, generasi muda masih memiliki optimisme dapat terserap di dunia kerja, yang menciptakan usaha/berwirausaha, atau mendapatkan pekerjaan yang diinginkan di masa depan. Selain itu, generasi muda juga optimistis mampu mendapatkan akses layanan kesehatan yang baik di masa depan.

“Saya tadinya merasa bahwa penilaian terhadap ekonomi itu akan rendah mungkin setara di bidang politik/hukum. Saya kira salah satunya itu karena mereka melek informasi,” ujar Erani.

Untuk menjelaskan fenomena tersebut, Erani melihat ada dua perspektif yang bisa dijadikan opsi. Pertama, ada perbandingan yang memadai antara situasi pandemi di Indonesia dengan negara lain. Harus diakui, jika semua data ekonomi, kesehatan, sosial, dan seterusnya diakumulasi, Indonesia bukanlah negara yang bisa dikategorikan paling buruk jika dibandingkan dengan negara lain.

Kedua, beberapa program bantalan sosial yang dilakukan oleh pemerintah bekerja lumayan efektif untuk memitigasi sementara waktu, saat kondisi kehidupan di masyarakat makin susah. Sehingga mereka tidak terlalu memberikan nilai yang muram terhadap ekonomi. Meskipun sebetulnya situasi dan kondisi ekonomi tersebut cukup berat.

     4. Sektor Kehidupan Sosial

Secara persentase, angka sektor kehidupan sosial memang lebih rendah dari ketiga sektor sebelumnya, namun indeks optimismenya masih bisa dikategorikan tinggi. Hal ini karena responden merasa masyarakat Indonesia semakin memiliki sikap toleransi dan kebebasan berpendapat di masa depan.

Sedangkan menurut Robby Muhammad, Pakar Sosiolog dan Akademisi, tantangan Indonesia lebih kepada keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan yakni toleransi.

“Tantangan kita itu adalah keragaman yang memang sangat tinggi di Indonesia, ya memang itu masih dirasakan sebagai tantangan yang menjadi kekuatan. Kalau kita menemukan cara bagaimana keragaman ini, justru bisa kita ubah mindset-nya keragaman ini menjadi suatu kekuatan,” ungkapnya.

Robby juga menambahkan, tantangan berat bagi anak muda saat ini adalah isu kehidupan sehari-hari. Misalnya, cara berpakaian mereka, apakah mereka sudah memiliki kendaraan yang benar, atau sudah menonton film di platform yang benar. Terkadang hal itu menjadi tekanan tersendiri bagi anak muda sekarang ini.

     5. Sektor Politik dan Hukum

Bidang politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme paling rendah dengan klasifikasi pesimis. Persepsi bahwa praktik korupsi di Indonesia masih sangat tinggi merupakan alasan utama sektor hukum dan politik menjadi sektor dengan tingkat optimisme terendah ketimbang sektor lainnya.

Selain itu, responden juga masih merasa pesimis terhadap penegakan hukum di Indonesia yang tidak diskriminatif di masa depan. Dari semua aspek yang ada, isu korupsi dan penegakan hukum menjadi permasalahan yang paling banyak diragukan responden.

“Kredibilitas kebijakan pemerintah ini merupakan sebuah peluit yang nyaring untuk didengar, terkait perbaikan kualitas kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagi anak muda, pemerintah sering kali dianggap bagian dari permasalahan, bukan pemecahan,” ungkap Ahmad Erani, Pakar Ekonomi dan Guru Besar Universitas Brawijaya.

Meski begitu, rasa optimis anak muda terhadap berbagai sektor di Indonesia terbilang masih tinggi secara keseluruhan. Najelaa berpendapat, anak muda yakin, mereka punya kemampuan untuk berkontribusi lebih terhadap sektor tersebut.

Erani juga berpendapat, anak muda zaman sekarang memiliki karakteristik yang percaya diri dan independensi tinggi. Sebab, mereka sudah hidup di dunia yang serba ringkas, cepat, dan segala sesuatunya dapat difasilitasi dengan teknologi.

Generasi muda saat ini juga gandrung dengan perubahan dan tantangan, tidak terlalu suka dunia yang statis, tapi berharap ada lompatan-laporan. Baik yang sifatnya positif maupun keadaan buruk yang berpotensi peluang untuk mencari terobosan-terobosan baru.

 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Dien Mutia Nurul Fata

 

Daftar Pustaka:

Official, K.G. (2021, Agustus 12). Melihat Hasil Survei Indeks Optimisme Indonesia 2021. Good News From ndonesia. Diperoleh dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/08/12/melihat-hasil-survei-indeks-optimisme-indonesia-2021


TAG#demokrasi  #ekonomi  #hukum  #pemerintahan