» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Disabilitas Bukan Hambatan Raih Pendidikan yang Layak
18 April 2021 | Liputan Khusus | Dibaca 2293 kali
Disabilitas Bukan Hambatan Raih Pendidikan yang Layak: - Foto: Dokumentasi pribadi/Adiesty Anjali
Kesulitan dalam menempuh akses pendidikan menjadi tantangan bagi penderita disabilitas, padahal pendidikan penting untuk siapa saja tanpa memandang fisik. Dalam hal ini Universitas Airlangga sebagai salah satu perguruan tinggi yang ramah terhadap disabilitas mengupayakan penyediaan fasilitas khusus untuk menunjang pembelajaran bagi mahasiswa penyandang disabilitas, meskipun belum mencakup semua fakultas.

retorika.id–  Mahasiswa penyandang disabilitas tidak pernah kehilangan semangat dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Kementerian Sosial Masyarakat BEM FISIP Unair 2021 melalui program kerja Gemah Disabilitas menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Lebih Dekat dengan Disabilitas: Sosok Inspiratif di Tengah Pandemi Covid-19” pada hari Sabtu (17/4/2021) pukul 13.00 WIB melalui platform Zoom Meeting dihadiri kurang lebih  200 peserta.

Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H., CN. selaku Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga, serta Alfian Andhika Yudhistira, alumni S1 Antropologi FISIP Unair, sekaligus Ketua Biro Pendidikan dan Informasi Teknologi DPD Pertune Jawa Timur yang juga merupakan penyandang disabilitas tunanetra.

Acara ini dimulai dengan sambutan oleh Presiden BEM FISIP Unair 2021 yang diwakili oleh Hardiansyah Dewa selaku Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Dilanjutkan dengan sambutan dari Menteri Sosial Masyarakat yaitu Christiana Permata selaku


perwakilan dari pihak penyelenggara acara. 

“Diharapkan dengan diselenggarakan acara ini, teman-teman dapat memahami bahwa keterbatasan secara fisik bukanlah halangan dalam meraih prestasi,” ujar Christiana dalam sambutannya.

Memasuki sesi pemaparan,  Dr. M. Hadi Subhan selaku narasumber pertama menceritakan  bahwa Universitas Airlangga memiliki jumlah mahasiswa penyandang disabilitas sebanyak 29 orang per tahun 2020. 

Dalam merespons kondisi tersebut, Subhan menjelaskan bahwa Universitas Airlangga telah menyediakan fasilitas bagi para mahasiswa penyandang disabilitas seperti modul khusus, wadah pemberdayaan mahasiswa disabilitas, serta ADik (afirmasi pendidikan) yang dilaksanakan sejak tahun 2019.  Selain itu pihak universitas telah mengupayakan pembuatan sarana fisik kampus yang ramah bagi para penyandang disabilitas, meskipun  belum mencakup semua fakultas.

Para peserta merespon dengan baik pemaparan dari narasumber pertama dan mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya adalah dari Fira Fitria, seorang mahasiswa magister Kebijakan Publik di Universitas Airlangga yang juga seorang penyandang disabilitas Cerebral Palsy (CP). Ia menanyakan terkait  beasiswa untuk siswa-siswi SMA disabilitas yang ingin melanjutkan kuliah di Unair. 

Subhan pun menanggapi pertanyaan tersebut dan menyampaikan bahwa Unair terbuka kepada siswa-siswi SMA yang ingin melanjutkan kuliah di Unair, khususnya mereka yang menyandang disabilitas dengan memberikan beasiswa, salah satunya yaitu KIP-K untuk mahasiswa baru. Untuk Sesi selanjutnya adalah pemaparan oleh Alfian Yudhistira dengan  tema “Rising Awarness For Visually Impaired”. 

Alfian menyoroti beberapa hambatan para tunanetra, salah satunya yaitu kesulitan dalam menempuh akses pendidikan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti ketidaktahuan keluarga, SLB (Sekolah Luar Biasa) yang terbatas, sekolah inklusi yang tidak merata, dan lain-lain. 

“Pendidikan penting untuk siapa saja, tak terkecuali para tunanetra. Tetapi faktanya, banyak dari mereka yang belum mempunyai kesempatan untuk memperoleh hak pendidikannya.” Tegas Alfian.

Maka dari itu, Alfian berharap bahwa setiap orang bisa memberikan paradigma yang positif kepada para tunanetra maupun para disabilitas lainnya. Ia juga mengajak audiens untuk membantu kawan-kawan disabilitas lainnya menjadi seseorang yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Dalam sesi tersebut, Alfian juga berbagi pengalaman saat ia menjadi mahasiswa penyandang disabilitas di Universitas Airlangga. Ia harus berjuang lebih keras daripada teman-temannya yang lain karena keterbatasannya tersebut, misalnya saat akan membaca buku atau jurnal, ia harus menggunakan alat bantu berupa scan agar tulisan dapat terbaca.

“Keterbatasan yang dimiliki bukanlah hambatan, justru yang jadi masalah jika menutup mata dan menyalahkan takdir Tuhan,” ujar Alfian di akhir sesi.

 

Penulis: Ariel Syalia Prananda dan  Adiesty Anjali
Editor: Dina Marga

 


TAG#beasiswa  #bem  #disabilitas  #fisip-unair