Video tutorial e-vote Pemira FISIP 2020 yang diunggah pada (26/01/2021) menuai kritikan dari berbagai pihak. Kejanggalan terjadi ketika isu penggiringan pilihan dilakukan oleh KPUM terhadap koalisi Partai Cinta dan Mentari. Terlihat, KPUM maupun Panwaslu tidak menganggap serius hal ini, Sampai hari pemilihan, tidak ada klarifikasi ataupun keterangan resmi dari KPUM maupun Panwaslu. Kredibilitas dan Independensi KPUM serta Panwaslu pun dipertanyakan.
retorika.id- Melalui official account Instagram KPUM FISIP 2020 pada (26/01/2021) lalu, terdapat unggahan video mengenai tutorial e-vote pemira FISIP. Namun, menilik lebih jauh video tersebut, terdapat kejanggalan seperti isu penggiringan opini pada koalisi Mencintai (Partai Cinta dan Partai Mentari). Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh banyak pihak di hari-hari sebelumnya.
Mengecek isu itu, tim Retorika mencoba memperlambat video tutorial tersebut, hasilnya pada contoh pemilihan BLM, pendemo memilih Partai Cinta. Selanjutnya, pada pemilihan DLM dan kandidat Capres-Cawapres, pendemo juga memperlihatkan pilihannya kepada Partai Cinta dan Paslon nomor urut 1, koalisi Mencintai.
Hal ini juga disampaikan oleh akun Instagram @slsblathirah yang juga mendapat atensi banyak dari berbagai pihak melalui postingannya pada (26/01/2021) kemarin.
“Hal ini memperjelas bahwa KPU sengaja menggiring opini ke arah koalisi Mencintai. Idealnya video tutorial e-voting bersifat netral dan tidak memperlihatkan salah satu paslon ataupun caleg partai tertentu,” tulisnya pada caption unggahan tersebut.
Terkait isu tersebut, kami telah
mencoba menghubungi Alfenza, selaku ketua KPUM FISIP Unair sejak pukul 10.24 WIB, tetapi pihaknya sendiri masih belum bisa memberikan keterangan hingga pelaksanaan voting pemira FISIP selesai. Alfenza terkesan bungkam dan menghindar ketika dihubungi. Sejak pagi hari sampai voting selesai, Alfenza tidak kunjung memberikan klarifikasi maupun keterangan kepada Retorika.
Melihat sulitnya Ketua KPUM dihubungi, kami lanjut untuk menghubungi beberapa pihak dari anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) seperti Rusalle dan Zein.
Rusalle, salah satu anggota menyatakan bahwa memang independensi KPUM tidak bisa dicampuri oleh Panwaslu. Panwaslu tidak bisa secara teknis mengatur urusan-urusan KPUM, karena sifat KPUM yang independen dan sifat Panwaslu yang hanya mengawasi.
“Terkait video tersebut, saya sudah melihatnya. Namun, dari KPUM seiring berjalannya pemira FISIP 2020 ini tanpa intervensi dari Panwaslu. KPUM memiliki sifat independen dalam melaksanakan pemira FISIP 2020 ini. Sifat Panwaslu hanya mengawasi saja,” ucap Rusalle via call WhatsApp.
Menurutnya, isu KPUM yang menggiring opini pemilih untuk memilih partai Mencintai adalah hal asumtif. Dirinya tidak bisa memastikan apakah hal tersebut merupakan ketidak sengajaan atau bukan. Rusalle seolah-olah menganggap tutorial yang dilakukan oleh KPUM itu adalah hal yang wajar dan biasa.
“Saya tidak mengetahui mengapa KPUM di dalam video tersebut mengklik seperti itu dan mungkin saja random atau hal sebagainya. Katakanlah misalnya mengklik yang lainnya-pun, bisa jadi tendensi juga dan dari aku mungkin memang format websitenya yang seperti itu jadi mengklik apa adanya saja,” jelas Rusalle.
Rusalle juga menjelaskan jika tidak ada Undang-Undang yang mengatur tentang sosialisasi pemilihan pemira, seperti video tutorial tersebut. Itu adalah tanggung jawab KPUM. Namun, sebagai Panwaslu dirinya tentu akan menanyakan motif dari video tersebut dan meminta KPUM mengonfirmasi segera adanya isu tersebut. Ia menyatakan bahwa ia masih mempelajari hal itu karena ia baru tahu masalah ini.
“Saya belum mengonfirmasi hal tersebut terhadap KPUM karena secara jujur saya selaku Panwaslu baru mengetahui hal ini.” Lanjutnya.
Senada dengan Rusalle, Zein Al-Riso selaku anggota Panwaslu juga menuturkan, jika video tersebut belum pasti ada unsur kesengajaan. Dirinya juga sudah mengingatkan anggota KPUM agar lebih hati-hati.
“Sudah saya sampaikan, sebenarnya karena saya juga mendapat laporan dari teman-teman bahwa ini terlalu menggiring ke salah satu paslon, seperti itu.”
Agar tidak terjadi masalah seperti ini lagi, ia menyarankan agar pihak KPUM bisa menutup gambar partai, foto, nama, dan NIM dengan blank photo atau shape berwarna putih.
“Kita tidak bisa menjelaskan pasti karena logikanya ketika ingin memberikan tutorial seharusnya paslonnya secara kosongan, contoh tidak ada foto sama sekali calon, bahkan terlalu blak-blakan ketika ada foto serta NIM dimasukkan seperti itu.”
Dalam hal ini, KPUM dan Panwaslu terlihat kurang tanggap melihat dampak dan meminimalisir isu. Pihaknya terkesan menghindar dan tidak terbuka sehingga membuat pemira tahun ini dianggap janggal. Pihak Retorika sendiri tidak mendapat data dan akomodasi jurnalistik dengan baik dalam pemira tahun ini. Alangkah baiknya jika pendapat publik dapat didengar guna mewujudkan demokrasi kampus.
Penulis: Awan Hermawan & Putra Pradana
Editor: Aisyah Amira W & Muhammad Alfi R
TAG: #bem #blm #demokrasi #dinamika-kampus