» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Liputan Khusus
Unggahan Kontroversial @unair.story sebagai Bukti Rentannya Pelecehan di Ruang Virtual
17 Mei 2020 | Liputan Khusus | Dibaca 1489 kali
Sumber: Rentannya Pelecehan di Ruang Virtual Foto: Instagram/unair.story
Akun Instagram @unair.story dikecam karena sempat mengunggah foto mahasiswi baru tanpa izin dengan keterangan yang bersifat melecehkan. “Abang tunggu di kampus dek” sangat tidak layak ditulis dengan alasan apapun. Sebagai pemilik foto, Mei (nama samaran) merasa dirugikan atas unggahan yang tidak pantas tersebut. Kemudian akun @cakrawalasanubari dari Kementrian Pergerakan dan Kesetaraan Gender BEM FISIP Unair merespon cepat kasus ini. Kejadian tersebut sebagai bukti masih rentannya pelecehan virtual kepada perempuan. Pelecehan atau kekerasan secara daring dan luring, sama-sama akan berdampak buruk bagi korban saat ini dan di kemudian hari.

retorika.id- Akun Instagram @unair.story mengunggah salah satu foto mahasiswi baru dengan keterangan yang merendahkan. Foto tersebut diketahui diunggah pada Senin (11/05/2020) tanpa seizin pemilik foto. Terlebih lagi keterangan pada unggahan di Instagram tersebut tertulis “Abang tunggu di kampus dek.”

Mei (nama samaran) mengaku merasa dirugikan akibat fotonya diunggah ulang dan diberi keterangan seperti yang telah disebutkan. Beberapa tanggapan di kolom komentar justru terlihat meneruskan tulisan yang juga bersifat mengobjektifikasi. Kemudian Mei mendapatkan pesan-pesan aneh dari orang-orang asing terkait unggahan tersebut.

Unggahan itu menuai kecaman warganet, banyak yang mengetahui kejadian tersebut mengungkapkan kekecewaannya di kolom komentar. Sangat disayangkan cara penyambutan awal mahasiswa baru di ranah virtual seperti itu justru menimbulkan kesan tidak baik. Apalagi akun tersebut membawa embel-embel nama besar kampus.

Setelah dirangkul oleh pihak akun @cakrawalasanubari dari Kementrian Pergerakan dan Kesetaraan Gender BEM FISIP Unair, Mei mengungkapkan rasa takut dan tidak ketidaknyamanannya. Ia pun menyesalkan atas tindakan admin @unair.story yang bertindak demikian.

“Aku takut nanti pas udah masuk kuliah kena apa-apa,” kata Mei dalam akun


@cakrawalasanubari yang kemudian diunggah ke laman Instagram.

Dirinya juga takut memberitahu kepada orang tua agar tidak menimbulkan kekhawatiran. Justru hanya kepada kakaknya ia berani bersuara. Sang kakak yang juga melihat langsung unggahan tersebut diakui ikut merasa geram.

“Kemarin saya cuma cerita ke kakak kedua saya dan meminta kakak kedua saya agar tidak menceritakan ini ke orang tua,” jelas Mei ketika dihubungi melalui pesan langsung Instagram.

Keesokan harinya pada Selasa (12/05/2020), unggahan foto Mei belum dihapus oleh akun @unair.story. Menyikapi keadaan itu, Mei membuat pernyataan terbuka atas dirinya yang dirugikan. Melalui akun @cakrawalasanubari, ia menuntut akun @unair.story untuk menghapus unggahan dan mengajukan permohonan maaf secara terbuka.

Tanggapan atas tuntutan Mei direspon oleh akun @unair.story dengan klarifikasi, namun unggahan tersebut lagi-lagi blunder karena masih mencantumkan data pribadi serta foto yang dipermasalahkan. Tidak lama klarifikasi itu bertengger di beranda @unair.story, kemudian dihapus. Terkait unggahan klarifikasi yang dihapus tersebut, ia menjelaskan penghapusan itu atas permintaan dirinya sendiri.

“Soal post @unair.story yang dihapus itu memang saya sendiri yang minta untuk dihapus. Soalnya di post tersebut masih memuat foto dan username saya,” ujar Mei.

Mei juga mengatakan, pihak akun @unair.story sendiri telah berkomunikasi dan meminta maaf secara langsung. Penyelesaian pelanggaran privasi dari cara yang telah diusahakan, Mei mengungkapkan sudah cukup melegakan. Pesan-pesan objektifikasi kepadanya dari orang-orang tidak dikenal sudah tidak ada lagi.

“Alhamdulillah sampai sekarang udah gak ada yang nge-DM gak jelas. Yang ada malah banyak yang nge-support. Tapi mungkin masih banyak yang kepo tentang saya,” jelas mahasiswi baru angkatan 2020 ini.

Walaupun kasus telah berlalu, kesalahan serupa harus ditekan potensi kemunculannya. Kesadaran diri sendiri dan pengawasan terhadap sesama harus lebih ditingkatkan. Pelecehan atau kekerasan secara daring dan luring, sama-sama akan berdampak buruk bagi korban saat ini dan di kemudian hari.

Rentannya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)

Kasus kekerasan gender di ranah daring masih sangat rentan terjadi kepada setiap orang. Dampak Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) menurut Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) ada lima macam: (1) kerugian psikologis; (2) keterasingan sosial; (3) kerugian ekonomi; (4) mobilitas terbatas; dan (5) sensor diri. Konsekuensi selanjutnya yang timbul adalah terbentuknya ketidakamanan bagi perempuan di ranah luring dan daring.

Perkataan “Abang tunggu di kampus dek” oleh akun @unair.story menjadi pelajaran bagi semua pihak. Di samping kalimat yang terkesan mengobjektifikasi perempuan, mengunggah tanpa izin pemilik foto berujung pada pelanggaran privasi. Penyertaan data korban memposisikan dirinya tidak aman karena berpotensi disalahgunakan dan menimbulkan berbagai kerugian yang ditanggung.

Unggahan ulang oleh berbagai akun yang menjurus kepada foto-foto mahasiswi dari setiap kampus masih mudah ditemui di Instagram. Setiap mahasiswa tidak luput dari sasaran fotonya diunggah ulang oleh akun semacam itu. Iming-iming terkenal dan naiknya jumah followers akan dirasa sah-sah saja bila tidak disertai pemikiran kritis.

Internet Governance Forum (IGF) sendiri berpendapat, pelecehan daring dan kekerasan berbasis gender merugikan perempuan dengan pembatasan kemampuan mereka agar mendapatkan manfaat peluang yang sama dengan laki-laki secara daring seperti ekspresi diri. Seksisme dan misoginis menjadi ancaman yang melanggengkan ketidaksetaraan gender pada ranah luring. Sehingga, menyebabkan korban atau penyintas menjadi pihak yang rentan terancam dan dalam posisi yang tidak diuntungkan.

 

Penulis: Faiz Zaki


TAG#aspirasi  #bem  #gender  #media-sosial