» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Kesempatan Berkarier Sebagai Reporter, Dimas: Satu Hal yang Dibutuhkan Reporter Hanya Kemauan
16 Mei 2020 | Info Kampus | Dibaca 1389 kali
Sumber: Career Opportunities as Reporter Foto: Dokumentasi pribadi/ Alvidha Febrianti
Kamis, 14 Mei 2020 melalui aplikasi Zoom, Pusat Pembinaan Karir, Kewirausahaan, dan Hubungan Alumni (PPKHA) telah menyelenggarakan seminar online Airlangga Career Club (ACC). Seminar yang menghadirkan seorang reporter Jawa Pos, Dimas Nur Aprianto ini mengangkat tema “Career Opportunities as Reporter”.

retorika.id- Seminar online yang bertajuk “Career Opportunities as Reporter” berlangsung melalui via Zoom pada hari Kamis, 14 Mei 2020. Seminar tersebut diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Karier, Kewirausahaan, dan Hubungan Alumni (PPKKHA) dengan menghadirkan seorang reporter Jawa Pos, Dimas Nur Aprianto. Lebih dari 200 peserta yang mendaftarkan diri dan bergabung di dalam seminar online ini. Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Ratna Dewi Kumalasari selaku moderator dari PPKHA.

Seminar online ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan berbagi pengalaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan reporter seperti tugas reporter, tahapan-tahapan reportase, syarat utama seorang reporter, proses pembuatan berita, tantangan yang dihadapi reporter, dan masih banyak lagi. Sebagai alumni program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR, Dimas mengungkapkan bahwa semua orang bisa menjadi reporter tanpa memandang latar jurusan. Dengan kata lain, tidak melulu mereka yang berasal dari jurusan wartawan atau jurusan komunikasi media yang mampu menjadi reporter. Akan tetapi, apabila ada individu yang berasal dari jurusan wartawan


dapat memberikan nilai tambah tersendiri. “Menurut pengamatan saya, beberapa teman-teman lulusan dari jurusan wartawan atau media dan komunikasi, akan memiliki tambahan skill ketika mereka bekerja sebagai reporter,” ujar Dimas.

Perkembangan dunia teknologi, terutama di bidang informasi dan komunikasi saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi tersebut memberikan pengaruh besar pada gaya hidup masyarakat yang dahulu mencari informasi melalui surat kabar. Lalu, saat ini mayoritas masyarakat beralih ke media online sebagai sumber informasi mereka. Fenomena media konvensional dan media online  menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para reporter atau dunia jurnalisme di era saat ini. Kedua fenomena itulah yang kemudian memunculkan apa yang dinamakan jurnalisme online, karena telah terjadi penggabungan antara media online dengan media konvensional dalam satu model pemberitaan.

Dimas juga mengutarakan, meskipun media online menyuguhkan berbagai keuntungan dan lebih murah dibandingkan dengan media cetak (konvensional), tetapi media konvensional masih memiliki tempat tersendiri bagi beberapa pembaca. Sebab, media cetak cenderung bersifat lebih rinci dan lengkap, dimana wartawan akan dilatih dalam menyajikan berita dengan narasumber yang tidak sedikit.  “Di era digitalisasi ini membuat penjualan koran menjadi turun karena habit kita yang sebelumnya lewat media konvensional beralih menjadi digital,” ucap Dimas, ketika ditanya oleh salah satu peserta terkait bagaimana tingkat penjualan koran di era digitalisasi.

Di samping itu, dengan adanya media sosial membuat siapa saja dapat menjadi seorang jurnalis, lebih tepatnya disebut sebagai Citizen Journalist. Sebab, setiap orang mampu saling bertukar informasi melalui media sosial, seperti Instagram, Twitter, Whatsapp, dan Facebook.  Arus pertukaran informasi yang terjadi antara audiens dan informan semakin lancar berkat kemudahan layanan dan fitur di dalam media sosial. Namun, menurut Dimas, setiap berita yang disebarkan melalui media sosial itu belum tentu memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan kredibel.

Dengan pembawaan yang santai dan humoris dalam memaparkan materi, Dimas membagikan beberapa tip kepada seluruh peserta yang mengikuti seminar online. Pertama, untuk menjadi seorang reporter tidak harus cantik dan tampan. “Untuk menjadi reporter tidak seratus persen harus cantik atau tampan, yang penting enak dilihat,” ungkapnya. Kedua, untuk menjadi reporter harus memiliki kemauan yang kuat. Dimas menjelaskan, “yang dibutuhkan oleh seorang reporter hanya satu, kemauan saja.” Ketiga, harus rajin berlatih menulis sejak dini. “Tidak harus pintar menulis, yang penting kalian bisa menyampaikan tulisan itu secara runtut,” ujar Dimas. Keempat, ketika kita ingin mendaftar menjadi reporter, kita harus mengenali dahulu bagaimana karakteristik perusahaan media yang dituju.

Dengan demikian, untuk mengawali karier di media, seseorang harus memulainya menjadi reporter telebih dahulu dan setelah itu baru naik ke level berikutnya. Tentunya pencapaian untuk menjadi reporter itu harus diimbangi dengan kemauan yang kuat dan sering melatih diri dengan cara mengikuti berbagai program pelatihan jurnalistik atau semacamnya, serta mencoba untuk mengirim tulisan di berbagai media berita. Sehingga, hal itu mampu menjadi salah satu teknik efektif dalam membangun rapport dengan perusahaan media yang hendak dituju.

 

Penulis: Alvidha Febrianti

 

 


TAG#akademik  #aspirasi  #gagasan  #pers-mahasiswa