» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Seminggu Pasca FISIP Unair Memulai Kuliah Daring, Mahasiswa Keluhkan Jaringan dan Kuota Internet
19 April 2020 | Info Kampus | Dibaca 1649 kali
Sumber: Survey Online Terkait Perkuliahan Daring Foto: romeltea.com
Perkuliahan daring guna mencegah penularan dari pandemi Covid-19 yang tengah melanda beberapa daerah di Indonesia adalah sesuatu yang baru di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa FISIP Unair. Meskipun sudah tersedia berbagai instrumen sebagai penunjang proses perkuliahan daring, tidak selalu hal itu dapat berjalan dengan lancar. Setelah dilakukannya evaluasi melalui survei online oleh tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Retorika, ternyata masih ada beberapa keluhan dan tanggapan lain dari mahasiswa terkait perkuliahan daring.

retorika.id- Kebijakan terkait perkuliahan daring telah dikeluarkan oleh pihak Unair beserta jajarannya guna mencegah penyebaran dari pandemi Covid-19 yang tengah melanda beberapa daerah di Indonesia. Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan mengikuti instruksi Surat Edaran Rektor Nomor: 736/UN3/HK/2020 perihal Kegiatan Belajar Mengajar, khususnya dalam upaya memasifkan penyelenggaraan pembelajaran daring atau online untuk semua perkuliahan kelas.

Dengan adanya perkuliahan daring, maka mahasiswa tidak perlu untuk datang ke kampus dan mengikuti perkuliahan secara langsung. Beberapa media yang  digunakan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, seperti Zoom, web e-learning Universitas Airlangga (AULA), Google Hangout, BigBlueButton, dsb. Proses perkuliahan pun kemudian dilakukan di balik layar dimana dosen memberikan materi dari video conference, sementara mahasiswa memperhatikan dari perangkatnya masing-masing. 

Hadirnya cara pembelajaran yang cenderung baru itu kemudian menimbulkan beberapa reaksi dari mahasiswa. Meskipun kendala pembelajaran daring bisa diatasi dengan teknologi digital, tidak semua orang dengan mudah dalam mengoperasikannya. Baik dosen maupun mahasiswa itu sendiri mengalami hal yang sama.

Pasalnya, ketika mengakses beberapa media atau aplikasi pasti menggunakan kuota internet yang masih ditanggung dengan biaya sendiri. Tidak hanya faktor kuota internet, tetapi juga terkait pemberian tugas yang terlalu berat. Pada tanggal 12 April lalu, LPM Retorika telah melakukan survei online dengan menyebarkan kuesioner pada mahasiswa FISIP mengenai evaluasi


perkuliahan daring selama satu minggu pertama, tepatnya dimulai sejak tanggal 6 April 2020.

Berdasarkan hasil dari survei yang disebar oleh tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Retorika merinci beberapa hal, seperti perangkat apa saja yang digunakan selama perkuliahan, penggunaan web e-learning Universitas Airlangga (AULA), dan aspirasi atau tanggapan terkait perkuliahan daring. Kuesioner tersebut ditanggapi oleh 52 orang dengan persentase yang berbeda, yakni dari Antropologi (16 responden); Sosiologi (12 responden); Ilmu Politik (5 responden); Hubungan Internasional (6 responden); Ilmu Komunikasi (5 responden); Ilmu Informasi dan Perpustakaan (6 responden); ditambah 2 responden yang merahasiakan identitasnya. Sebanyak 26 responden merupakan angkatan 2018, 17 responden angkatan 2017, dan sisanya masing-masing adalah mahasiswa angkatan 2019 yang berjumlah delapan responden dan 2016 hanya satu responden.

Aplikasi Zoom, sebuah media daring yang memberikan layanan tatap muka bagi penggunanya, mendapatkan presentasi penggunaan tertinggi dari responden, yakni sebesar 78%. Hal ini sangat berbeda dengan penggunaan AULA yang hanya mendapatkan 15% dari total keseluruhan sebagai fasilitas yang disediakan oleh Unair yang digunakan dalam pemberian tugas kepada mahasiswa. Selain itu, perangkat lain yang digunakan adalah Google Hangouts, BigBlueButton, Whatsapp, dan Microsoft sebagai alternatif sesuai dengan kesepakatan antara dosen dan mahasiswa. Sebanyak 50% dari total persentase setuju bahwa perkuliahan daring (Online) memiliki bobot yang berbeda dengan perkuliahan biasa (Offline). Dalam hal ini, fungsi lain dari AULA yaitu digunakan sebagai fasilitas absensi dan 56% responden setuju akan hal itu.

Selama satu minggu menjalankan perkuliahan daring, kendala paling sering adalah pada akses internet. Sebab, mahasiswa tidak pasti berada di tempat yang memiliki jaringan yang baik. Kemudian, jadwal kuliah yang tidak sesuai dengan waktu yang digunakan oleh dosen dalam melakukan perkuliahan. Selain itu, terdapat kendala lain seperti terlalu banyak tugas dan rasa malas. Sedangkan kendala paling besar adalah kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan secara online.

Di sisi lain, sebanyak 62% responden menilai bahwa perkuliahan daring dianggap kurang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Sementara hanya 12% yang menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa perkuliahan daring sudah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dari data yang diberikan, sebenarnya kendala terbesar adalah pada jaringan internet dan kuota internet sebagai penunjang utama perkuliahan daring. Aksesibilitas terhadap internet menjadi sorotan, sekitar 57% dari responden menyebut bahwa mereka mengalami kendala mengenai akses internet. Kendala tersebut tentu saja perlu untuk mendapatkan perhatian, mengingat beberapa aplikasi penunjang perkuliahan memanfaatkan media video conference dalam proses belajar mengajar.

Selain jaringan dan kuota internet, mahasiswa juga mengeluhkan adanya penambahan tugas yang semakin berat selama perkuliahan daring. Sebanyak 37% responden mengutarakan bahwa selama perkuliahan daring, pemberian tugas menjadi meningkat daripada sebelumnya sehingga memberatkan mahasiswa. Lalu, 30% responden menilai hal itu tidaklah memberatkan. Sedangkan responden lain memberikan tanggapan atas keduanya, bahwa akses internet yang membebani serta pemberian tugas yang lebih banyak daripada sebelumnya menjadi dua hal yang paling memberatkan.

Mahasiswa juga menginginkan perkuliahan daring seharusnya dilakukan seperti pada perkuliahan biasa (secara offline) sehingga tugas yang diberikan tidak memberatkan mahasiswa dan materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Mayoritas responden berharap kendala-kendala tersebut mampu teratasi melalui subsidi kuota dan pengurangan beban tugas selama perkuliahan daring. Sehingga materi yang disampaikan oleh dosen benar-benar dapat diterima secara komprehensif.

Pihak Unair sendiri telah mencoba untuk memberikan bantuan berupa kuota data sebesar 15 GB bagi mahasiswa. Untuk mendapatkan bantuan tersebut, mahasiswa Unair diharuskan untuk mengisi sebuah survei pada situs www.covid19.unair.ac.id. Dalam survey itu, mahasiswa wajib untuk mengisi dengan menggunakan data cybercampus, serta mencantumkan nomor telepon.

Dengan adanya survei pada situs www.covid19.unair.ac.id  tersebut, Unair dapat memantau status kesehatan mahasiswa terkait Covid-19.  Situs www.covid19.unair.ac.id sendiri memiliki batas pengisian hingga 14 april 2020 jam 23.59 WIB. Namun, hingga tulisan ini dibuat, belum ada pemberitahuan resmi lebih lanjut terkait bantuan kuota data tersebut.

 

Penulis: Bagus P. Widagdo dan Kezia Putri


TAG#akademik  #aspirasi  #dinamika-kampus  #fisip-unair