"Disitu sudah ada tulisannya, sebetulnya kalau mahasiswa cerdas itu seharusnya tahu. Bahwa lift diprioritaskan untuk mahasiswa difabel, dosen, dan tamu. Nah, sebenarnya itu efektif. Cuman yang nggak sadar itu mahasiswa sendiri, gitu lo,†ujar Eko Bambang Harianto, SE selaku Kepala Sub Bagian Sarana dan Prasarana.
retorika.id – Sebagai syarat universitas akreditasi internasional tahun 2019, Dr. Falih Suaedi Drs., M.Si. selaku Dekan FISIP Unair telah meresmikan Lift Fisip Unair pada tanggal 21 Januari 2020 lalu. Target utama pengguna lift ini adalah mahasiswa penyandang difabel. Namun, tidak jarang banyak mahasiswa yang masih sehat fisiknya menggunakan lift tersebut, bahkan dalam situasi yang tidak darurat.
Kepala Sub Bagian Sarana dan Prasarana Eko Bambang Harianto, SE menyatakan, “Disitu sudah ada tulisannya, sebetulnya kalau mahasiswa cerdas itu seharusnya tahu. Bahwa lift diprioritaskan untuk mahasiswa
difabel, dosen, dan tamu. Nah, sebenarnya itu efektif. Cuman yang nggak sadar itu mahasiswa sendiri, gitu lo.” (10/03)
Eko juga menambahkan bahwa sebenarnya FISIP telah memberikan fasilitas yang cukup bagi mahasiswa, tetapi larangan-larangan selain penggunaan lift seperti merokok maupun buang sampah sembarangan juga dilanggar. “Kalau kita pakai kata yang extreme, seperti ‘jangan’ nanti kesannya malah membedakan,” ujarnya.
Penggunaan lift FISIP Unair yang telah dioperasikan selama semester genap ini kedepannya akan dievaluasi lebih lanjut. Misal, pemberian kartu Radio Frequency Identification (RFID), semacam kartu semi konduktor yang sering digunakan untuk public transportation kepada pengguna utama lift atau sidik jari. Sehingga mahasiswa yang tidak mempunyai kartu atau tidak terdaftar dalam finger print tidak bisa menaiki lift. “Karena ini baru diresmikan dan baru dilaunching maka untuk sementara seperti ini, kita masih menunggu kebijakan dekanat.”
Walaupun begitu, Eko juga masih mempertimbangan perawatan lift. Sebab, lift yang juga jarang digunakan akan menyebabkan kerusakan mesin. Hal ini akan lebih mengkhawatirkan jika mahasiswa difabel justru memilih naik tangga dan tidak menggunakan lift.
Sedangkan menurut Almira Nuril, selaku mahasiswa ilmu komunikasi menjelaskan bahwa “Mahasiswa yang bukan difabel juga boleh aja naik lift asal tahu gitu waktu dan kondisi yang tepat untuk pemakaiannya.”
Menurut Alfian Andhika Yudhistira, selaku penyandang tunanetra yang merupakan mahasiswa antropologi mengaku, “Kalau untuk yang tuna daksa memang membantu, tapi untuk yang tunanetra menurutku ya sama aja, karena kadang kalau kita ke beberapa kelas itu harus muter dulu jadinya malah jauh.”
Penulis: Aisyah Amira Wakang
TAG: #dinamika-kampus #disabilitas #fisip-unair #sarana-prasarana