» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Inspirasi
Marsinah, Ikon Perjuangan Buruh Yang Abadi
01 Mei 2017 | Inspirasi | Dibaca 5579 kali
Marsinah Ikon Pejuang Abadi: Buruh Perempuan Foto: bhayudharmakhusuma.wordpress.com
Marsinah, walau jasadnya telah pergi, namun jasanya akan selalu abadi.

retorika.id - Sesosok mayat perempuan ditemukan di Hutan Wilangan Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Sekujur tubuhnya penuh luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangan tangannya lecet-lecet. Tulang panggulnya hancur. Serta ada bercak darah di sela-sela pahanya.

Setelah berhasil diidentifikasi aparat, identitas mayat tersebut terkuak. Marsinah namanya. Buruh dari PT. Catur Putra Surya, produsen jam tangan, yang memiliki pabrik di Porong, Sidoarjo. Ia dikabarkan hilang beberapa hari dan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. 

Marsinah adalah seorang anak desa dari pasangan Sumini dan Mastin yang dilahirkan pada 10 April 1969. Pada usia 3 tahun, ia ditinggal mati oleh ibunya. Kemudian ia diasuh oleh nenek dan bibinya yaitu Pu’irah dan Sini.

Menyadari kondisi nenek dan bibinya mengalami keterbatasan ekonomi, Marsinah kecil berusaha hidup mandiri dengan berjualan makanan. Ia dikenal sebagai anak yang rajin. Sepulang sekolah ia selalu membantu bibinya memasak dan mengantarkan makanan untuk pamannya di sawah.

Selepas SMA, Marsinah muda


berkeinginan untuk kuliah di IKIP. Tapi apa daya, biaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi tidak ada. Alhasil, ia harus pergi merantau dari desa untuk bekerja. Ia beranggapan bahwa kesempatan kerja di desa cukup sempit dan tidak menjanjikan kesejahteraan yang layak.

Marsinah muda mulai melakukan perantauan ke berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya, Gresik dan Mojokerto. Pada tahun 1989, ia diterima bekerja di pabrik sepatu Bata Surabaya. Setahun kemudian, ia pindah ke pabrik arloji Empat Putra Surya di Rungkut Industri. Hingga akhirnya ia dipindah ke cabang perusahaan tersebut di Siring, Porong, Sidoarjo.

Kegagalan masuk ke perguruan tinggi tak pernah menyurutkan semangat Marsinah untuk belajar. Buruh ini berkeyakinan bahwa pengetahuan bisa mengubah nasib seseorang. Untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya, ia mengikuti kursus komputer dan Bahasa Inggris di Dian Institut, Sidoarjo. Selain mengikuti kursus, Marsinah juga memiliki kegemaran membaca koran dan majalah serta mengikuti perkembangan informasi terkini melalui televisi maupun radio.

Di mata rekan kerjanya, Marsinah dikenal sebagai orang yang pendiam, lugu, ramah, supel, ringan tangan, dan setia kawan. Selain itu, ia juga dikenal sebagai orang yang pemberani. Ia berani untuk memperjuangkan nasib para buruh yang sering diperlakukan tidak adil oleh pengusaha dan penguasa. Sikap keberanian inilah yang pada akhirnya merenggut nyawanya dalam kondisi yang tragis.

Pertengahan April 1993, para buruh PT. Catur Putra Surya (CPS) merasa resah mendengar kabar kenaikan upah menurut surat edaran Gubernur Jawa Timur. Dalam surat tersebut, pemerintah mengimbau para pengusaha untuk menaikkan upah buruh sebesar 20% dari upah pokok. Pengurus PUK – SPSI mengadakan pertemuan membahas surat edaran tersebut.

Pada tanggal 3 hingga 4 Mei 1993, para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa menuntut kenaikan upah dari yang sebelumnya Rp 1700 menjadi Rp 2250. Aksi unjuk rasa tersebut sempat dihalang-halangi oleh aparat. Aparat tak segan bertindak represif dengan memukulkan tongkat ke arah pengunjuk rasa. Bahkan mereka meneriaki para demonstran sebagai anggota Partai Komunis Indonesia.

Kemudian, Marsinah dan beberapa rekannya berunding dengan atasan PT. CPS untuk memperjuangkan kenaikan upah buruh. Perundingan ini berlangsung cukup alot. Hingga akhirnya tercapai kata sepakat antara buruh dengan pengusaha untuk menaikkan upah buruh.

Apakah ini semua sudah berakhir? Tidak. Marsinah dan 12 rekannya ditawari uang pesangon asalkan mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Marsinah berang dan menolak tawaran itu. Ia mengirim surat keberatan kepada Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo.

Setelah kejadian ini, Marsinah menghilang. Ia pamit kepada teman-temannya untuk mencari makan. Tanggal 8 Mei 1993, Marsinah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan tubuh penuh luka di Hutan Wilangan.

Kasus Marsinah menjadi sejarah hitam bagi pergerakan buruh di Indonesia. Ia gugur sebagai seorang pejuang. Pejuang yang terus meneriakkan keadilan bagi rekan-rekannya. Semangat Marsinah akan selalu ada dan tetap menyala dalam keabadian. Dialah seorang ikon perjuangan abadi para buruh, namanya harum dan akan selalu dikenang sepanjang masa.

 

Penulis : Naufal Muchlas

Editor : Choir


TAG#demokrasi  #ekonomi  #humaniora  #kisah