Banyak orang yang ingin menjadikan passion untuk bisnis atau mendapatkan penghasilan, tetapi sebagian besar orang tidak tahu passion-nya apa. Oleh karena itu, perlu untuk bereksplorasi untuk menumbukkan ide kreatif dan inovatif. Salah satu contoh konkretnya adalah dengan menjadi pelaku ekonomi kreatif yang turut berkontribusi dalam mengembangkan UMKM di ranah digital.
retorika.id- Artibility menggandeng Kementrian Digital Komunikasi dan Informasi BEM FISIP Unair 2021 untuk ikut serta berkontribusi dalam menyukseskan acara webinar yang bertajuk "Artibilty:Passion Pays Your Bills" pada (12/06) menggunakan platform zoom meetings yang dihadiri lebih dari 290 peserta.
Acara tersebut mengundang dua pembicara utama, yakni Dr.H. Soekarwo, S.H.,M.Hum selaku mantan gubernur Jawa Timur Periode 2009-2019 yang saat ini tengah menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden periode 2019-2024. Kemudian, pembicara yang kedua, Erika Richardo, yakni seorang content creator, art enthusiast, serta owner dari @by.painters di Instagram.
Saat ini, banyak orang yang ingin menjadikan bisnis sebagai passion atau sekadar untuk mendapatkan penghasilan. Namun, banyak juga orang yang bingung mengenai passion-nya. Erika sebagai owner dari @by.painters mengungkap bahwa ia sangat menyukai art. Kemudian, kebetulan terdapat pandemi yang membuatnya harus tetap di rumah saja, ia melihat berita di Australia bahwa terdapat satu website yang menjual beraneka ragam paint. Setelah itu, Erika mulai menggas ide, mencari supplier, modal dari uang angpau, serta jualan painting miliknya .
“Dengan mengusung konsep serba visual, salah satu cara agar produkku terjual adalah aktif bermain media sosial seperti Shopee, Tokopedia dan platform bisnis lainnnya,”ujarnya.
Tentunya dalam memulai bisnis, setiap orang memiliki cara yang berbeda, ada orang yang lebih condong melakukan observing, bahkan suatu eksperimen. Seperti contoh saat ini, bisnis yang mengikuti tren BTS berdampak pada segi marketingnya yang sangat luas, sehingga melalui hal tersebut membuka kesempatan seorang untuk observing.
Di sisi lain, berkaitan dengan sektor UMKM yang terdampak pandemi mengalami penurunan produktivitas, sehingga harus diupayakan tips dan trik agar UMKM bangkit dari keterpurukannya. Melalui @by.painters, Erika mengungkapkan salah satu cara untuk mengapresiasi UMKM adalah menggunakan produk yang dihasilkan UMKM
tersebut.
Sebagai seorang pembisnis muda, tentunya banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh Erika, tetapi ia terus bereksplorasi dan mencari informasi dari tokoh inspiratif sebagai penyemangat.
“Untuk menggali potensi sesuai minat dan bakat, salah satunya adalah jangan terlalu kecewa dengan diri sendiri, jika masih bingung tentang passion, kuncinya adalah menikmati setiap proses, jangan takut memulai sesuatu dan terus bereksplorasi,” ujarnya
Dalam berbisnis tentunya tidak terlepas dari marketing yang merupakan strategi utama untuk mempromosikan produk bagi khalayak luas dengan pembawaan semenarik mungkin dan tidak monoton dengan tujuan untuk menarik konsumen.
Kemudian, agar bisa fokus ke depan, jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang berdampak pada perasaan cemas dan takut, perlu di ingat bahwasanya setiap orang memiliki proses yang berbeda.
Sebagai content creator di Tiktok, pada awalnya Erika mendapatkan hate comment dari orang orang sekitar, seperti celetukan “alay lu” . Namun disisi lain, Erika terus maju dan tidak mempedulikan orang sekitar sebab yang di share itu adalah konten edukatif mengenai art jadi tidak terlalu dipikirkan..
Salah satu titik terendahnya adalah disaat memulai bisnis @by.painters, Erika juga mulai masuk kuliah, jadi hal tersebut membuat dilema apakah ia bisa membagi waktu dengan baik. Namun, untuk menghadapi hal tersebut perlu take a breath, mencari waktu untuk diri sendiri dan menciptakan ketenangan.
Selanjutnya, pembicara kedua yakni Soekarwo atau yang biasa dikenal dengan Pak Karwo membahas mengenai UMKM di di Indonesia. Bahwasanya terdapat 64, 2 juta pelaku UMKM dan usaha besar, tetapi jumlahnya lebih mendominasi sektor UMKM dibuktikan dengan 97 % penyerapan lapangan pekerjaan berasal dari sektor UMKM.
Kontribusi dari produk domestik bruto nasional sekitar 60, 34% berasal dari UMKM, tetapi melihat kondisi sekarang, pandemi Covid-19 belum juga berakhir yang berdampak pada produktifitas UMKM dan segi pendapatan. Sehingga, jika hendak melakukan pendampingan harus mengetahui kondisi UMKM, sejauh mana dapat bertahan di tengah pandemi.
Di era yang serba digital, tentunya merupakan sebuah harapan sekaligus tantangan. Sebab banyaknya UMKM yang mendominasi sektor perekomian Indonesia hanya 13% yang mengadopsi digitalisasi, sedangkan yang 87 % belum mendapat literasi mengenai perkembangan teknologi sehingga menghambat kemajuan.
Dilihat dari segi managemen, UMKM berkaitan dengan produksi, pembiayaan, dan pemasaran. Di tengah pandemi ini juga terdapat kebijakan pemerintah yang menganjurkan tidak boleh menciptakan kerumunan, adanya pembatasan bekerja, dan belajar dirumah yang memaksa para UMKM harus beradaptasi dengan dunia digital agar perekonomiannya berjalan. Sehingga, sebagai seorang mahasiswa, tentunya berperan besar untuk ikut serta membangun dan menciptakan aplikasi kerja sama untuk memberdayakan UMKM.
Dalam hal ini, pemerintah baik lembaga legislatif maupun eksekutif harus membuat public policy untuk memberikan support kepada UMKM yang terdampak pandemi, salah satunya dengan memberikan stimulus pada UMKM.
Melihat kondisi UMKM akibat pandemi (11/03), sejumlah 48% tutup sementara, sedangkan terdapat 35% demand pasar domestik mengalami penurunan, yakni di satu sisi suplay naik yang mengindikasikan terdapat permasalahan mengenai produksi karena sulitnya pasokan.
Di era digitalisasi juga banyak pengguna e-commerce, padahal hanya sedikit UMKM yang beradaptasi dengan digitalisasi, sehingga hal ini berdampak banyaknya pengguna yang lebih tertarik produk import karena tidak adanya variasi pilihan.
Sehingga pertumbuhan pengguna e-commerce harus didukung untuk mendorong digitalisasi UMKM, jangan sampai konsumen lebih banyak mengonsumsi barang impor. Diketahui bahwa dari industri kreatif menyumbang sekitar 41% kuliner, 17 % fashion, 14% kriya, dan lainnya sebangak 20% per September 2020.
Berbicara mengenai ekonomi kreatif, terdapat prinsip dasar yang harus dijunjung tinggi, yakni memberikan nilai tambah dan meningkatkan kekayaan intelektual agar dapat memunculkan ide kreatif dan inovatif.
Dengan adanya situasi new normal, berarti juga menjadi new cultural sebab yang awalnya banyak tidak produktif menjadi produktif dengan memanfaatkan digital sebagai bagian dari strategi marketing. Hal ini disebabkan perekonomian Indonesia sedang pada tahap transisi dari ekonomi tradisional ke ekonomi digital.
Tantangan pengembangan ekonomi kreatif adalah terkait lemahnya riset, tidak dikenal luas oleh konsumen di dalam negeri maupun luar negeri, kurangnya akses terhadap sumber pendanaan dan pembiayaan, dan skema insentif belum terbangun. Sehingga untuk menjawab tantangan ini maka dibutuhkan insentif bagi pelaku ekonomi kreatif.
Terkait dengan digitalisasi yang sangat memengaruhi industri global, yang mana dengan platform teknologi dapat merubah cara untuk berinteraksi antara pembeli dan penjual. Maka dari itu, pekerjaan penting saat ini adalah meningkatkan literasi digital di sektor usaha
“Saya melakukan kunjungan di dua kabupaten yakni Ngawi dan Bojonegoro, membuat riset untuk disampaikan ke presiden agar dapat mengetahui transformasi digital yang tidak berjalan maksimal. Hasil yang didapat bahwasannya petani dan pelaku UMKM konvensional, omsetnya turun atau mengalami kebangkrutan. Sedangkan, yang sudah mengadopsi digital naik cukup signifikan,”ujarnya.
Adanya pengetahuan dan kemampuan teknologi digital yang rendah mengakibatkan ketidaktrampilan, ditambah paket internet yang cukup mahal menghambat transformasi digital UMKM.
Maka dari itu, terdapat beberapa rekomendasi di antaranya: 1) Pemerintah harus mendorong UMKM yang masih melakukan usaha luring menjadi daring; 2)Mendorong penguatan teknologi digital di masyarakat terutama generasi Z dan generasi millennial; 3) Melakukan edukasi dan sosialisasi yang masif dalam pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan perekonomian; 4)Pemerintah aktif membangun budaya literasi teknologi digital untuk mengoptimalkan penggunaan internet secara positif; 5)Memperkuat akses pembiayaan atau pendanaan bagi pelaku ekonomi kreatif; 6) Mendorong dan menjamin para pelaku ekonomi kreatif untuk diberikan fasilitas yang layak; serta 7) Perguruan tinggi/ entitas pendidikan melakukan pendampingan penggunaan teknologi digital.
Penulis : Dina Marga H
Editor : Sindhie Ananda Dwianti
TAG: #bem #ekonomi # #