» Website: https://www.retorika.id » Email: redaksi@retorika.id, lpmretorikafisipua@gmail.com » Alamat: Gedung FISIP Unair, Jl. Dharmawangsa Dalam 4-6 Surabaya 60286 » Telepon: .

Info Kampus
Melawan Sekat Gender dalam Pendidikan dan Pekerjaan
09 Juni 2021 | Info Kampus | Dibaca 1701 kali
Melawan Sekat Gender dalam Pendidikan dan Pekerjaan: Sumber: Foto: Dokumentasi Pribadi
BEM FISIP Unair kembali mengadakan Bincang Mengenal #2 bersama dengan Kementrian Pergerakan dan Kesetaraan Gender dengan mengambil tema “Melawan Sekat Gender dalam Pendidikan dan Pekerjaan”. Disiarkan langsung melalui siaran langsung Instagram di akun resmi @bemfisipunair pada Minggu (06/06/2021), Bincang Mengenal #2 kali ini membahas tentang perempuan yang bekerja dan belajar di bidang yang mayoritas adalah laki-laki.

retorika.id- Adanya pemahaman yang berkembang di masyarakat akan sifat dari setiap gender membuat beberapa bidang pendidikan atau pekerjaan diasosiasikan terhadap gender tertentu saja. Perempuan seringkali dibatasi ruang geraknya dalam berkarya dan meraih cita-cita. Pada era modern seperti sekarang, perempuan sudah mulai mendobrak batasan-batasan itu dalam kontribusi mereka di beberapa sektor publik. Akan tetapi masih ada banyak tantangan yang dimiliki perempuan karena masih kuatnya bias gender. Begitu ungkapan yang disampaikan oleh moderator Salva Nada, staf KPKG BEM FISIP Unair, sekaligus membuka Bincang Mengenal #2 pada malam hari itu.

Siaran langsung kali ini menghadirkan 2 pembicara yakni Faustina Prima yang merupakan seorang Process Safety Engineer  di JGC Indonesia dan Marsya Amanda seorang taruni Ketatalaksanaan Angkatan Laut dan Kepelabuhan di PIP Semarang. Bincang Mengenal ke-2 kali ini membahas topik mengenai perempuan yang bekerja dan belajar di bidang yang mayoritas adalah laki-laki. Melaui siaran langsung Instagram di akun resmi @bemfisipunair itu, Faustina dan Marsya menceritakan pengalaman dan pandangannya selama menempuh pendidikan dan saat bekerja di bidang yang kerap kali didominasi oleh laki-laki.

Dimulai dari Faustina, setelah lulus dari Universitas Indonesia tahun 2017 lalu, ia menceritakan alasan awal mula dirinya bisa bekerja di bidang teknik. Faustina memutuskan untuk menggeluti bidang teknik karena ketertarikannya dengan pelajaran sains dan


teknik,  serta impiannya sejak kecil untuk menjadi seorang ilmuwan atau insinyur.

Saat berkuliah menjadi mahasiswa jurusan teknik bioporoses, Faustina aktif di sebuah organisasi yang mewadahi peminatan minyak dan gas. Selain itu, berawal dari mengikuti banyak perlombaan dan menang saat mengikuti lomba paper membuatnya semakin ketagihan dan memustukan untuk terus berada di bidang teknik yang memang mayoritas adalah laki-laki.

Hingga saat dirinya bekerja, pada proses awal recruitment ia merasakan adanya diskriminasi terhadap perempuan. Menurutnya laki-laki memiliki previlese karena secara fisik dianggap lebih kuat, tidak mudah sakit, tidak terlalu emosional, berbeda dengan anggapan perempuan yang sebaliknya serta anggapan bahwa perempuan yang bekerja di bidang teknik ketika sudah menikah akan susah meneruskan pekerjaan tersebut.

Di sisi lain, Marsya menyampaikan bahwa awal mulanya ia tidak berpikir akan memilih untuk masuk di sekolah pelayaran karena memang keinginan awalnya adalah masuk universitas. Berbeda dengan sang kakak yang merupakan seorang laki-laki dan mengambil kuliah seni, ia justru meneruskan jejak sang ayah meskipun tidak ada paksaan dari ayahnya. Marsya akhirnya memutuskan untuk masuk ke salah satu sekolah pelayaran di Semarang.

I feel like this is the real path, karena waktu itu aku nyari-nyari ke universitas yang aku cari, aku masih belum tahu mau ke jurusan apa.” Ungkap Marsya.

Bermodalkan rasa yakin meskipun belum ada persiapan, Marsya merasa bahwa hal tersebut akan menjadi tantangan baru dalam dirinya. Meskipun ada kesulitan-kesulitan tertentu yang dihadapinya entah dari dalam pendidikan maupun luar pendidikan, ia tetap senang dengan pilihannya saat ini.

“Di jaman sekarang ini, sudah bukan waktunya kita masih berpikir perempuan sekadar ikut suami, memangnya kenapa kalau kita sekolah tinggi? Kenapa kalau kita mempunyai pendidikan yang bagus?” tegasnya. Menurut pandangannya, setiap orang memiliki jalannya masing-masing dan itu tidak bisa didasari oleh gender, baik itu perempuan ataupun laki-laki, mereka bisa menekuni hal yang ia inginkan tanpa memandang gender.

Stigma dan stereotip bahwa perempuan hanya mampu mengerjakan pekerjaan domestik saja, sehingga menimbulkan ketidaksetaraan, diskriminasi, dan dianggap remeh menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk membuktikan bahwa perempuan juga mampu mengerjakan pekerjaan dan belajar di pendidikan yang didominasi oleh laki-laki.

Marsya mengungkapkan bahwa stigma dan stereotip tersebut memang masih sangat kental karena pemikiran-pemikiran tersebut lahir dari mindset orang-orang yang ada di sekitar kita, Prima juga menambahkan bahwa budaya patriarki yang sudah ada sejak dulu yang membuat kebanyakan masyarakat menempatkan laki-laki sebagai ketua adat, pemimpin keluarga, pencari nafkah sedangkan perempuan itu hanya mengurus rumah tangga.

“Meskipun jaman sudah berubah, tapi yang namanya pola tradisi dimana mereka dibesarkan itu masih ada.” ungkap Prima.

Dalam sesi tanya jawab, Prima dan Marsya menerima beberapa pertanyaan dari topik yang dibawakan malam itu. Salah satunya pertanyaan dari salah seorang dengan akun Instagram @baebbaee yang bertanya “Kalau ada teman yang bilang ‘ah itu mah pekerjaan cowok,’ kita harus gimana ya?”

Marsha pun menanggapi, baginya jika ada orang yang mengatakan hal demikian itu akan memancing dirinya untuk membuktikan bahwa ia bisa. Dirinya sebagai perempuan itu bisa dan mampu. Begitupun dengan Prima, ia justru akan merasa denang karena dirinya menjadi perempuan diantara banyak lelaki yang melakukan pekerjaan tersebut. Ia juga merasa bangga dan tertantang untuk menjadi yang lebih baik lagi untuk menguasai skill yang sudah ada maupun yang akan datang.

“Ya, saya ini meskipun katanya cewek, bisa kok survive di engineering.” Ujarnya.

Di akhir sesi, Faustina dan Marsya memberikan pesan untuk perempuan di luar sana yang sedang ataupun akan bekerja dan belajar di bidang yang mayoritas laki-laki. Marsya berpesan untuk terus mengikuti passion, jangan mendengarkan kata orang lain selama kita bisa maka ikuti saja jalannya dan jadikan hal itu motivasi.

Work hard, level up your skill, manage your attitude. You will achieve it or not, you will be the star.” Pesan Prima, menutup acara Bincang Mengenal #2 malam itu.

 

Penulis: Adiesty Anjali

Editor: Kadek Putri Maharani


TAG#bem  #fisip-unair  #gender  #