Webinar dengan sistem diskusi ini membahas mengenai kebangkitan gerakan #Localpride di Indonesia. Berusaha mencari jawaban apakah masyarakat menggunakan produk lokal karena suatu kesadaran, atau hanya sebuah alternatif menghadapi mahalnya produk ‘ORI’ atau karena banjirnya produk ‘KW’. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini sangatlah tercapai, terbukti dengan atensi luar biasa dari partisipan dari seluruh Indonesia yang melebihi target, beserta banyaknya pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai local pride yang disampaikan oleh pemateri.
retorika.id- Telah dilangsungkan kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial dan Budaya, BEM FISIP Unair pada Sabtu (24/10/20). Webinar yang mengusung tema #LOCALPRIDE: Kesadaran atau Alternatif? mengundang dua orang pembicara, yakni Edwin Yani Widjaja (Owner Taylor Fine Goods) dan Norif Warisman (Youtuber/Influencer) dengan Vanessa Audy sebagai moderator. Kegiatan ini dimulai pada pukul 15.00 WIB yang diadakan melalui Zoom dan live YouTube.
Webinar dengan sistem diskusi ini membahas mengenai kebangkitan gerakan #Localpride di Indonesia. Tujuan pelaksanaan webinar ini adalah berusaha mencari jawaban apakah masyarakat menggunakan produk lokal karena suatu kesadaran, atau hanya sebuah alternatif menghadapi mahalnya produk ‘ORI’ atau karena banjirnya produk
‘KW’.
“Karena muncul seribu pertanyaan di kepala kami tentang kebangkitan gerakan #Localpride di Indonesia. Kami tertarik untuk menggali informasi, apakah orang menggunakan produk fashion dari brand lokal untuk menghiasi tubuhnya itu, memang karena kesadaran atau sekadar alternatif atau pelarian dari mahalnya dan banyaknya barang KW dari produk fashion asal luar negeri,” ungkap Ketua Pelaksana, Calvin Alif saat dihubungi oleh tim Retorika melalui WhatsApp Chat.
Pemateri pertama secara garis besar memaparkan perkembangan local brand di Indonesia, bagaimana local brand harus kompetitif agar bisa melakukan branding dan menembus pasar internasional. Perlu diketahui juga dalam membangkitkan local pride ini menurut Norif terdapat dampak positif dan negatifnya.
“Sisi positifnya yang pasti semakin banyak orang-orang yang ingin berkompetisi di industri ini, di mana semakin banyak yang berkompetisi maka akan semakin ramai, ketika semakin ramai berarti masyarakat akan peduli. Kalau sisi negatifnya menurut pandangan saya, ada orang yang ikut-ikutan tren, tetapi karena tidak siap mental karena hujatan di sosial media saat memasarkan produknya maka akan membuat mereka down," papar Norif.
Lebih lanjut mengenai local pride, Edwin sebagai pembicara sekaligus Owner Taylor Fine Goods menyampaikan terkait strategi dalam mengembangkan industri fashion.
“Bagi kalian yang ingin mengembangkan industri fashion atau yang lainnya, passion itu penting banget cobalah dengan mengkolaborasikan passion atau kesukan kalian dengan IT,” ujar Edwin.
“Setuju dengan pemaparan dari Norif Warisman, bahwa local pride sebenarnya sudah mulai naik, namun kondisinya masih telak jauh jika dibandingkan dengan brand luar. Tugas kita sebagai masyarakat memberi support brand local apapun kondisinya. Sederhana yang bisa kita lakukan yaitu membeli dan jangan menawar karena harga brand lokal sudah murah,” tambah Edwin.
Calvin juga menambahkan bahwa indikator keberhasilan dari kegiatan ini sangatlah tercapai, terbukti dengan adanya atensi luar biasa dari partisipan dari seluruh Indonesia yang melebihi target beserta banyaknya pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai yang disampaikan oleh pemateri.
Penulis: Hani Elza dan Uyun Lissa Fauzia
TAG: #bem #budaya #fisip-unair #seni