Tragedi berakhir dalam sebuah gelanggang dendam ironi, kapan kebenaran akan diungkapkan? Kapan permintaan maaf akan diberikan. Tidak cukupkah bukti dengan jutaan nyawa melayang, tidak cukupkah propaganda klise untuk terus berulang? Sebuah Puisi Penghayatan Tragedi 1965.
Hari ini, lima puluh tiga tahun yang lalu
Darah-darah terkoyak di antara bengisnya palu
Tangisan tertumpah pada setiap tebasan arit
Tiada kata yang merdeka di antara mereka
Mati dengan senyuman atau hinaan
Tiada yang mengerti atau bahkan
tak ingin mengerti
Sejarah mengikat menyumpah
Dendam menyimpan mereka yang menang
Menyeruak pada setiap pelatuk pistol
Yang ditarik dan ditembakkan
Yang tahu akan sedikit bertopeng
Yang tidak tahu akan maju menopang
Jula-juli jaman pembelaan kaum miskin tertindas
Kidung-kidung dinyanyikan kepada bayi
Agar mereka tetap tumbuh
Tumbuh untuk menyaksikan bahwa negeri ini sudah setengah mati
Tari-tari di gelarkan kepada kami
Agar kami tetap mengerti
Mengerti bahwa ada gerak yang tak terlihat
Dendam yang tak habis
Sungai yang tak surut
Dan kami akan hanyut
Cukupkah hanya mengerti?
Dan kemudian berdiam diri.
Penulis : Diva Oktaviana
TAG: #humaniora #karya-sastra #politik #puisi