
Karya ini merupakan reaksi dari buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, karya Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D. Buku ini menguraikan teori tentang keberadaan Atlantis di Indonesia
Atlantis,
Sebuah utopia dengan berjuta estetika
Sebuah utopia yang bersahabatkan alam dan pengetahuan
Sebuah utopia yang dibangun oleh kecerdasan dan kesahajaan
Sebuah utopia yang akhirnya binasa karena ketamakan
Sebuah utopia yang terasa nyata namun terus disangsikan
Sebuah utopia yang terus dicari kebenarannya
Santos, apakah benar negeri impian itu berada di Nusantara?
Santos, benarkah sisa peradaban maju itu membekas di Indonesia?
Santos, sudah pantaskah negeri ini mengemban kejayaan Atlantis yang mustahil ‘tuk terulang?
Maaf Santos, negeri ini memang kaya namun disini bukanlah tanah jaya
Biar kuberitahu tentang negeri ini..
Nusantara, atau yang kau sebut Indonesia itu …
Negeri penuh berkah Ilahi
Negeri dengan segudang potensi
Negeri dengan berjuta pesona alam
Negeri dengan keberagaman manusia dan budaya
Negeri yang dianggap memiliki segalanya
Ya,
Ini adalah sebuah potret negeri bersahaja yang bisa menjadi adikuasa
Sebuah potret negeri yang patut diirikan dunia
Sebuah negeri yang layak berdiri di barisan terdepan di dunia
Namun
kini,
Negeri ini tak lagi berdikari
Negeri ini bingung cara membahagiakan dirinya sendiri
Negeri ini kian linglung karena hilangnya sosok pemimpin
Negeri ini menjadi rentan terpecah belah oleh provokasi
Negeri ini susah untuk berbenah diri
Santos, bumi pertiwiku merintih
Negeri ini sudah cukup tersayat dari luar dan menjerit dari dalam
Ya,
Negeri yang ramah pada luar dan “masa bodoh” pada dalam ini membuat begitu banyak daftar ironi
Kasihan bumi pertiwiku kini,
Negeri ini bergejolak dari dalam
Negeri ini terisak karena perpecahan penghuninya
Negeri ini mulai tak dibanggakan oleh penghuninya
Negeri ini terus disalahkan oleh penghuninya
Santos,
Negeri ini juga terus diserang dengan kebaikan semu dari luar
Ya, negeri ini seakan pasrah kala dimanfaatkan pihak luar
Sebab negeri yang merintih ini tak kuasa untuk tak mengiyakan semua bantuan penuh motif itu
Faedah jangka pendek yang justru akan menyengsarakan di kemudian hari
Jadi, kutanyakan lagi padamu, Santos
Layakkah Nusantara disandingkan dengan kemegahan utopis Atlantis?
Layakkah negeri kaya namun berpenghuni miskin ini disejajarkan dengan kemakmuran Atlantis?
Rasanya terlalu dini untuk berbangga diri dengan asumsimu, Santos
Karenamu yang menyandingkan Indonesia sebagai bagian dari reruntuhan Atlantis
Tidakkah kau tahu, Santos?
Rasa bangga berlebihan muncul kala Indonesia dielu-elukan
Rasa bangga yang dibanggakan oleh orang yang sebenarnya tak puas dengan negeri ini
Rasa bangga yang diperoleh bukan dari sang pejuang negeri, melainkan penggerutu negeri ini
Ya, tak mau berjuang tapi berasa pejuang
Mengaku pancasilais tapi berkelakuan miris
Meneriakkan Pancasila dalam bualan semata
Menyerukan Bhineka Tunggal Ika namun menghakimi perbedaan yang ada
Beramah tamah pada asing, namun menghardik pada sesama saudara
Keraguan makin bermunculan akan teorimu, Santos
Bagaimana mungkin peradaban paling maju itu berada di negara yang masih “belum maju”?
Memang Atlantis berisikan para jenius,
Dan di Indonesia sendiri tak sedikit pula orang yang jenius
Namun sayang,
Perbedaan mendasarnya ialah apresiasi petinggi negeri
Juga kepercayaan negeri
Sebab tak sedikit pundi-pundi yang dikeluarkan
Namun tak banyak hasil seketika yang memuaskan
Rasa takut akan berkembanglah yang kemudian mengekang
Sehingga membuat kemajuan negeri ini kian mengambang
Sehingga pergilah mereka,
Pergilah mereka yang peduli dengan nasib Nusantara
Pergilah mereka yang mampu memajukan Nusantara
Pergilah mereka yang mungkin bisa membuat asumsi Atlantis di Indonesia menjadi nyata
Siapa yang salah dalam hal ini?
Jadi, Santos …
Masihkah Indonesia ini pantas menjadi bagian dari peradaban Atlantis itu?
Sungguh perbandingan yang sangat kontras
Atlantis dan Indonesia,
Negeri impian dan negeri penuh angan
Maaf, Santos
Namun kebanggaan akan teori Atlantis di Indonesia kini menjadi ironi yang sedikit memuakkan
Atlantis,
Rasanya masih belum pantas untuk menduganya berada di bumi pertiwi ini
Namun kuucapkan terima kasih padamu, Santos
Terima kasih telah membahagiakan bangsa ini dengan fantasi yang kau beri
Kuharap fantasi itu dapat menggetarkan jiwa nasionalis dan pancasilais negeri ini agar kau tak terlalu kecewa pernah menganggap kami sebagai bagian dari Atlantis.
Penulis : Anita Fitriyani
TAG: #gagasan #karya-sastra #seni #